Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan Fase

67

B. Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan Fase

Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa pada Tanaman Sawi 1. Jumlah Larva Ulat Tritip Instar III yang menjadi Pupa Data hasil pengamatan jumlah pupa ulat tritip setelah aplikasi dosis pestisida nabati ekstrak tapak liman ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 8. Data Hasil Pengamatan Jumlah Pupa Ulat Tritip Pe rla ku an Dosis Pembentukan pupa pengamatan ke-1 27 Oktober 2016 Pembentukan pupa pengamatan ke-2 29 Oktober 2016 Pembentukan pupa pengamatan ke-3 31 Oktober 2016 Jumlah Pupa Pupa 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 P0 P1 2,5 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 14 56 P2 5 2 1 2 1 1 2 2 2 13 52 P3 7,5 1 1 2 1 1 1 2 2 1 12 48 P4 10 1 1 1 2 1 2 1 2 11 44 P5 Sintetik Keterangan : P0 : Kontrol negatif air0 P1 : Tanaman sawi dengan perlakuan dosis pestisida nabati 2,5 P2 : Tanaman sawi dengan perlakuan dosis pestisida nabati 5 P3 : Tanaman sawi dengan perlakuan dosis pestisida nabati 7,5 P4 : Tanaman sawi dengan perlakuan dosis pestisida nabati 10 P5 : Kontrol positif pestisida sintetik Berdasarkan Tabel 8, pembentukan pupa tertinggi pada dosis 2,5 sebesar 56 dan terendah pada dosis 10 sebesar 44. Peningkatan dosis ekstrak tapak liman pada penyemprotan pertama, ke dua, dan ke tiga menyebabkan pemendekan fase larva menjadi pupa dan jumlah pupa semakin menurun. Pembentukan pupa berbanding terbalik dengan jumlah mortalitas larva, karena larva yang masih bertahan hidup akan memaksimalkan pertumbuhan metamorfosisnya. Hal ini disebabkan 68 adanya tekanan saponin dan flavanoid yang merupakan senyawa metabolit sekunder dari tanaman tapak liman. Ulat tritip mempunyai siklus hidup yang sempurna sehingga disebut holometabola Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 96. Siklus hidup ulat tritip dimulai dari telur kemudian berubah menjadi larva instar I, instar II, instar III, dan instar IV, pupa, dan imago. Rukmana 1994, menyebutkan bahwa siklus hidup larva ulat tritip instar III untuk berubah menjadi pupa membutuhkan waktu 6 hari. Sesuai dengan Herlinda, dkk 2004, sebelum menjadi pupa, larva instar III yang berlangsung selama 2-3 hari harus melewati instar IV terlebih dahulu yang berlangsung selama 3-4 hari baru setelah itu menjadi pupa. Namun, dalam penelitian, sebelum genap 6 hari larva ulat tritip instar III sudah berubah menjadi pupa. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi pemendekan fase larva ulat tritip instar III menjadi pupa karena tekanan, yang disebabkan oleh penyemprotan ekstrak tapak liman. Untuk mengurangi tekanan terhadap saponin dan flavanoid, larva memaksimalkan pertumbuhannya dengan melakukan metamorfosi dini. Metamorfosis dini pada larva ulat tritip instar III dipengaruhi oleh kandungan minyak atsiri yaitu Precocene I dan precocene II yang berfungsi sebagai anti hormon juvenil. Namun metamorfosis tidak menghasilkan bentuk imago, karena Precocene I dan precocene II menyebabkan tergganggunya proses pergantian kulit serangga. Keadaan tersebut mengakibatkan pupa mengalami kecacatan sehingga terjadi kematian pada pupa Prijono, 1999. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, 69 aplikasi pestisida nabati tapak liman berpengaruh terhadap percepatan pembentukan pupa ulat tritip. Gambar 13. Siklus Hidup Ulat Tritip Setelah Aplikasi Pestisida Nabati Tapak Liman Sumber : Dokumentasi pribadi dan http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm Pada kontrol positif larva ulat tritip instar III telah mengalami kematian, sehingga tidak bermetamorfosis menjadi pupa. Hal tersebut karena akumulasi zat aktif klorpirifos pada pestisida sintetik Dursban 200 EC Budigunawan, 2004; Seharusnya Instar III berkisar 2-3 hari dan Instar IV berkisar 3-4 hari Herlinda, dkk, 2004 tetapi pada penelitian, perubahan larva menjadi pupa hanya memerlukan waktu 2 hari. Larva instar III memperpendek waktu hidupnya. Penelitian 2 hari Teori 10-13 hari Teori 2-8 hari Imago tidak terbentuk, karena pupa mengalami kematian Pada penelitian, pembentukan pupa ulat tritip terjadi selama 24 jam Teori 24 jam Teori 7-47 hari Penelitian 24 jam Ulat tritip fase telur 70 Hidayat, dkk, 2012: 4. Menurut Siburian 2013: 887, cara kerja klorpirifos yaitu sebagai racun kontak dan racun perut lambung yang menyebabkan tingginya mortalitas larva ulat tritip instar III sehingga tidak ditemukannya pupa pada kontrol positif, sedangkan pada kontrol negatif belum ada yang berubah menjadi pupa pada pengamatan ke tiga. Hal ini karena kontrol negatif hanya disemprot menggunakan air yang tidak memiliki zat aktif, sehingga tidak berpengaruh pada siklus hidup larva.

2. Analisis Statistik Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi

Pupa Analisis statistik pemendekan fase larva ulat tritip instar III setelah aplikasi ekstrak tapak liman ditunjukkan pada Tabel 9 dan 10. Tabel 9. Hasil Analisis Statistik Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Pengamatan I Dosis Ekstrak Tapak Liman Rata-rata pembentukan pupa ± SD 2,5 5 7,5 10 0,00±0.00 a 1,40±0,55 b 1,40±0,55 b 1,20±0,45 b 1,20±0,45 b Total 1,04±0,67 Keterangan: huruf yang sama menunjukkan rata-rata pembentukan pupa sama. Aplikasi ekstrak pestisida nabati tapak liman yang pertama Tabel 9, menunjukkan rata-rata pembentukan pupa ulat tritip tertinggi pada kelompok perlakuan dosis 2,5 yaitu 1,40 ekor dengan standar deviasi sebesar 0,55, dan terendah pada kelompok perlakuan dosis 10 yaitu 1,20 ekor dengan standar deviasi 71 0,45. Semakin tinggi dosis yang disemprotkan, maka semakin cepat membunuh larva dan larva semakin cepat berubah menjadi pupa. Tabel 10. Hasil Analisis Statistik Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Pengamatan II Dosis Ekstrak Tapak Liman Rata-rata pembentukan pupa ± SD 2,5 5 7,5 10 0,00±0,00 a 2,80±1,09 b 2,60±1,14 b 2,40±1,14 b 2,20±1,09 b Total 1,00±1,38 Keterangan: huruf yang sama menunjukkan rata-rata pembentukan pupa sama. Aplikasi ekstrak pestisida nabati tapak liman yang ke dua Tabel 10, rata-rata pembentukan pupa ulat tritip tertinggi pada kelompok perlakuan dosis 2,5 yaitu 2,80 ekor dengan standar deviasi sebesar 1,09, dan terendah pada kelompok perlakuan dosis 10 yaitu 2,20 ekor dengan standar deviasi 1,09. Semakin tinggi dosis yang disemprotkan, maka semakin cepat membunuh larva dan larva semakin cepat berubah menjadi pupa. Hasil analisis statistik Tabel 9 dan 10 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang disemprotkan, maka semakin cepat membunuh larva dan larva semakin cepat berubah menjadi pupa. Tekanan senyawa kimia yang dampaknya terakumulasi di dalam tubuh larva pada penyemprotan pertama, ke dua, dan ke tiga, menyebabkan penghambatan perkembangan dan pertumbuhan larva ulat tritip instar III, sehingga untuk dapat bertahan hidup larva memaksimalkan pertumbuhan dengan melakukan metamorfosis dini yang dipengaruhi oleh senyawa Precocene I dan precocene II. 72 Sesuai Prijono 1999, senyawa tersebut berfungsi sebagai anti hormon juvenil. Namun, metamorfosis tidak menghasilkan bentuk imago, karena senyawa tersebut menyebabkan tergganggunya proses pergantian kulit serangga, sehingga pupa ulat tritip yang terbentuk mengalami kecacatan dan akhirnya mati. Pada kontrol negatif dengan perlakuan air, belum ditemukan adanya larva yang berubah menjadi pupa. Hal ini dikarenakan air tidak mengandung zat kimia yang mempengaruhi siklus hidup ulat tritip. Pada kontrol positif, karena larva sudah mati semua, maka tidak ditemukan adanya larva yang berubah menjadi pupa. Kematian larva pada kontrol positif disebabkan oleh kandungan klorpirifos dari pestisida sintetis Dursban 200 EC yang berfungsi sebagai racun kontak dan racun perut, menyebabkan larva mengalami kematian Siburian, 2013: 887.

3. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman

terhadap Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Hasil uji Anova satu arah pengaruh dosis ekstrak tapak liman terhadap pembentukan pupa ulat tritip adalah sebagai berikut. Tabel 11. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Pengamatan I ANOVA Pupa Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Group 6.960 4 1.740 8.700 .000 Within Group 4.000 20 .200 Total 10.960 24 Keterangan: α = 0,05 taraf kepercayaan 95. 73 Pada penyemprotan pertama Tabel 11 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pembentukan pupa ulat tritip menurut dosis pestisida nabati ekstrak tapak liman yang telah diaplikasikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh harga signifikasi sebesar 0,000 p0,05. Tabel 12. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Pengamatan II ANOVA Pupa Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Group 26.000 4 6.500 6.500 .002 Within Group 20.000 20 1.000 Total 46.000 24 Keterangan: α = 0,05 taraf kepercayaan 95. Pada penyemprotan ke dua Tabel 12, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pembentukan pupa ulat tritip menurut dosis pestisida nabati ekstrak tapak liman yang telah diaplikasikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh harga signifikasi sebesar 0,000 p0,05. Tabel 11 dan 12, menunjukkan bahwa aplikasi pestisida nabati ekstrak tapak liman penyemprotan pertama dan ke dua terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata pembentukan pupa ulat tritip menurut dosis yang telah diaplikasikan. Hal tersebut dilihat dari taraf kepercaya an kedua uji yang nilainya kurang dari α = 0,05. Hasil analis statistik menunjukkan bahwa perbedaan dosis pestisida nabati ekstrak tapak liman berpengaruh terhadap pemendekan fase larva ulat tritip instar III menjadi pupa, dengan penurunan jumlah pupa. 74

4. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap

Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Adanya signifikasi hasil uji Anova satu arah pengaruh dosis ekstrak tapak liman terhadap pembentukkan pupa, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menentukan perbedaan antar perlakuan, yang disajikan pada Tabel 13 dan 14. Tabel 13. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Pengamatan I Pupa Duncan Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 5 .0000 7.5 5 1.2000 10 5 1.2000 2.5 5 1.4000 5 5 1.4000 Sig. 1.000 .525 Berdasarkan Tabel 13, hasil uji Duncan pada aplikasi ekstrak yang pertama menunjukkan bahwa dosis 0 memiliki pengaruh yang berbeda terhadap dosis 2,5, 5, 7,5, dan 10, tetapi antar perlakuan pestisida nabati ekstrak tapak liman memiliki pengaruh yang sama sebagai pengendali hama ulat tritip pada tanaman sawi. Tabel 14. Uji Duncan Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Pemendekan Fase Larva Ulat Tritip Instar III menjadi Pupa Pengamatan II Pupa 75 Duncan Dosis N Subset for alpha = 0.05 1 2 5 .0000 10 5 2.2000 7.5 5 2.4000 5 5 2.6000 2.5 5 2.8000 Sig. 1.000 .396 Berdasarkan Tabel 14, hasil uji Duncan pada aplikasi ekstrak yang ke dua menunjukkan bahwa dosis 0 memiliki pengaruh yang berbeda terhadap dosis 2,5, 5, 7,5, dan 10, tetapi antar perlakuan pestisida nabati ekstrak tapak liman memiliki pengaruh yang sama sebagai pengendali hama ulat tritip pada tanaman sawi. Hasil uji Duncan di atas Tabel 13 dan 14, menunjukkan bahwa kontrol negatif 0 memiliki pengaruh yang berbeda terhadap dosis 2,5, 5, 7,5, dan 10, tetapi antar perlakuan pestisida nabati ekstrak tapak liman memiliki pengaruh yang sama sebagai pengendali hama ulat tritip pada tanaman sawi. Hal tersebut dikarenakan dosis ekstrak tapak liman yang digunakan memiliki jarak yang terlalu dekat sehingga pada uji statistik belum terlihat pengaruh yang nyata.

C. Pengaruh Pemberian Pestisida Nabati Tapak Liman terhadap Tingkat