34
f Siput setengah telanjang Parmarion pupillaris
Siput ini berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput jenis telanjang halus dan tidak ada
tonjolannya. Panjang siput 5 cm. Siput ini polifag atau pemakan segala tanaman. Siput sering merusak tanaman yang baru saja tumbuh seperti kol, sawi, tomat,
tembakau, ubi jalar, dan kentang Pracaya, 2008: 298. g
Sumpil Ada 2 jenis sumpil yaitu Lamellaxis gracilis Hutt. dan Subbulina octona Brug.
Sumpil mempunyai rumah yang bentuknya silindris dan berukuran kecil dengan panjang 11 mm, warnanya kuning muda. Kedua jenis sumpil ini biasanya tercampur
menjadi satu populasi. Binatang ini merusak semai tembakau, kol, sawi, dan bermacam-macam sayuran Pracaya, 2008: 298.
E. Pengelolaan Hama Terpadu PHT
Sayur-sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat penting baik bagi konsumen maupun produsen. Sayuran merupakan sumber gizi yang utama sebagai
penghasil vitamin dan mineral. Bagi perekonomian nasional, peran sayuran semakin meningkat karena dibeberapa daerah pusat holtikutura telah berhasil mengekspor
beberapa komoditi sayuran seperti kubis, kentang, dan cabai Untung, 1993: 55. Oleh karena peran yang sangat penting bagi masyarakat dalam dan luar negeri maka
produktivitas dan kualitas sayuran yang dihasilkan petani selalu ditingkatkan. Intensifikasi sayuran yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas per satuan
35
unit lahan selalu diusahakan oleh petani dengan meningkatkan penggunaan berbagai masukan produksi seperti bibit, pupuk, zat pengatur tumbuh, dan pestisida. Usaha
intensifikasi yang dilakukan oleh petani sayuran umumnya atas dasar pengalaman dan pengetahuannya yang terbatas serta kurang memperoleh bimbingan dan
pengawasan dari petugas pemerintah Untung, 1993: 55. Menurut Sastrosiswojo 1990, rata-rata petani sayuran harus mengeluarkan sekitar 50 dari biaya produksi
yang digunakan untuk pengendalian kimiawi dengan mencampur berbagai jenis pestisida Untung, 1996: 56. Dilaporkan juga bahwa petani sayuran rata-rata
menyemprot tanaman sayurannya 16 kali dalam satu musim atau dengan interval penyemprotan 4-6 hari. Tidak sedikit petani sayuran yang menyemprot dengan
interval lebih pendek daripada interval tersebut, terutama bila turun hujan Untung, 1993: 56.
PHT sebagai konsep dan kebijakan pemerintah dalam setiap program dan perlindungan tanaman pangan merupakan konsep yang tepat untuk memperbaiki
keadaan dan kehidupan petani sayuran sehingga sumberdaya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal Untung, 1993: 56. Menurut Kenmore 1989, PHT
sebagai perpaduan yang terbaik, maksudnya adalah perpaduan penggunaan berbagai metode pengendalian hama yang dapat memperoleh hasil yang terbaik yaitu stabilitas
produksi pertanian, kerugian seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan, serta petani memperoleh penghasilan yang maksimal dari usaha taninya Untung, 1996: 9.
Konsep PHT muncul akibat dari kesadaran manusia akan bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup ekosistem dan kehidupan manusia
36
secara global, sedangkan kenyataan yang terjadi bahwa penggunaan pestisida oleh petani di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan
konsep PHT yang merupakan pendekatan pengendalian hama yang baru yang dapat menekan penggunaan pestisida Untung, 1996: 80.
Bebrapa faktor yang mendorong penerapan PHT pada tanaman sayuran, yang pertama adalah kegagalan pengendalian hama secara konvensional. Praktik
penggunaan pestisida yang lazim dilakukan petani sayuran didorong oleh konsep pengendalian hama yang tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi.
Petani sayuran umumnya menerapkan asas preventifpencegahan. Penyemprotan dengan pestisida dianggap sebagai asuransi kesehatan tanaman. Karena dorongan
konsumen petani menjadi takut serangga atau entomofobi. Petani berpendapat setiap jenis serangga pada tanaman tentu merugikan sehingga harus diberantas dengan
pestisida. Orientasi penggunaan pestisida bukan lagi efikasi dan efisiensi pengendalian tetapi sudah berubah menjadi berorientasi pada kepuasan naluri yang
lebih bersifat subyektif dan emosional. Orientasi penggunaan pestisida seperti ini mengakibatkan penggunaan pestisida oleh petani semakin tidak rasional Untung,
1993: 58. Faktor yang kedua yang mendorong dan mengharuskan petani sayuran menerapkan PHT adalah kecenderungan terjadinya perubahan permintaan konsumen
pada masa mendatang terutama permintaan akan produk holtikutura yang bebas residu pestisida. Menigkatnya kesadaran manusia akan lingkungan hidup yang bersih
dan tidak tercemar, maka masyarakat akan semakin menghargai bahan makanan yang bebas residu bahan pencemar seperti pestisida Untung, 1993: 58. Faktor yang ketiga
37
yaitu kebijakan pemerintah. Sejak Pelita III telah dinyatakan bahwa PHT merupakan kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan. Kebijakan tentang PHT
kemudian diperkuat oleh Inpres No. 31986 dan UU No. 21992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. UU No. 21992 telah menetapkan berbagai bentuk sanksi yang
sangat berat bagi siapa saja yang menyalahgunakan penggunaan pestisida baik secara sengaja maupaun tidak sengaja Untung, 1993: 59.
PHT tidak hanya mencakup pengertian tentang perpaduan beberapa teknik tentang pengendalian hama, tetapi dalam penerapannya PHT harus memperhitungkan
dampaknya baik yang bersifat ekologis, ekonomis, dan sosiologis sehingga secara keseluruhan dapat diperoleh hasil yang terbaik. Oleh karena itu, PHT dalam
perencanaan, penerapan, dan evaluasinya harus mengikuti suatu sistem pengelolaan yang terkoordinasi dengan baik Untung, 1996: 9.
1. Pengendalian Hama Ulat Tritip dengan Pestisida Nabati
Pemanfaatan pestisida nabati yang berasal dari senyawa sekunder tanaman telah banyak digunakan untuk pengendalian OPT tanaman pertanian termasuk
tanaman perkebunan. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga Grainge dan Ahmed, 1988; Siswanto dan
Elna, 2012: 107. Indonesia diperkirakan memiliki kawasan hutan tropis terbesar di Asia-Pasifik yaitu sekitar 1,15 juta kilometer persegi dengan keanekaragaman
jenis pohon yang paling beragam di dunia Siswanto dan Elna, 2012: 107. Tingginya keanekaragaman hayati Indonesia, menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
di dunia yang mempunyai jumlah keanekaragaman hayati terbesar. Pulau Jawa
38
memiliki jumlah spesies setiap 10.000 km
2
antara 2000 – 3000 spesies, banyak
diantaranya berpotensi sebagai bahan baku pestisida Kardinan, 2002; Siswanto dan Elna, 2012: 107. Lebih dari 40 jenis tumbuhan dari berbagai provinsi di Indonesia
yang telah dilaporkan berpotensi sebagai pestisida nabati Ditjenbun, 1994; Siswanto dan Elna, 2012: 107.
Melimpahnya kekayaan flora di Indonesia berpotensi sebagai sumber pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang
digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan berupa hama dan penyakit tumbuhan maupun tumbuhan pengganggu gulma. Pestisida nabati
merupakan hasil ekstraksi bagian dari tumbuhan baik dari daun, bunga, buah, biji, dan akar. Biasanya bagian tumbuhan tersebut mengandung senyawa atau metabolit
sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu Siswanto dan Elna, 2012: 107-108.
Menurut Syakir 2011: 10-11, dalam fisiologi tanaman ada beberapa jenis tanaman yang berpotensi menjadi bahan pestisida sebagai berikut :
a. Kelompok tumbuhan insektisida nabati, merupakan kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang, serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serangan serangga.
b. Kelompok tumbuhan atraktan atau pemikat, di dalam tumbuhan ini ada satu
bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dar jenis Bactrocera
39
dorsalis . Tumbuhan yang biasa diambil manfaatnya, daun wangi kemangi dan
selasih. c.
Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini
terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk penekan kelahiran
umunya mengandung steroid. Sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis tumbuhan yang biasanya dipakai sebagai
rodentisida nabati adalah gadung racun. d.
Kelompok tumbuhan molukisida adalah kelompok tumbuhan yang
mengahasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh molukisida, diantaranya daun sembung dan akar tuba.
e. Kelompok tanaman fungisida nabati, merupakan kelompok tumbuhan yang
digunakan untuk mengendalikan jamur patogenik antara lain cengkeh, daun sirih, sereh, pinang, da tembakau.
f. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan kelompok ini tak
hanya berfungsi untuk satu jenis misalnya pestisida sintetik saja, tetapi juga berfungsi sebagai fugisida, bakterisida, molukisida, dan nematisida. Tumbuhan
yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini adalah jambu mete, sirih, tembakau, dan mimba.
Pestisida dalam hal ini pestisida nabati dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga atau menurut sifat kimianya.
40
Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, pestisida sintetik dibagi dalam tiga kelompok yaitu racun perut stomach poisons, racun kontak contact poisons, dan
racun fumigan Dantje, 2015: 185. a.
Racun perut adalah jenis pestisida yang dimakan oleh serangga dan membunuh serangga itu kususnya dengan merusak atau mengabsorbsi sistem pencernaan.
Kelompok insektisida ini digunakan untuk mengendalikan hama serangga yang bertipe mengunyah makanan Dantje, 2015: 185.
b. Racun kotak adalah jenis pestisida yang diabsorbsi melalui dinding tubuh
serangga harus mengadakan kontak secara langsung dengan pestisida sintetik Dantje, 2015: 185. Insektisida masuk dan terserap melalui dinding atau kulit
tubuh serangga yang disebut eksoskelet Natadisastra dan Ridad, 2009: 356. c.
Racun napas fumigans, insektisida masuk melalui pori atau lubang pernafasan pada dinding tubuh serangga yang disebut spirakel atau stigma, dan masuk ke
dalam saluran pernafasan serangga Natadisastra dan Ridad, 2009: 356. Pemanfaatan pestisida nabati untuk pengendalian OPT mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan pestisida sintetik terutama dari segi keamanannya. Pestisida nabati terbuat dari bahan alaminabati, maka pestisida ini mudah terurai bio-
degradable sehingga relatif tidak berbahaya bagi kehidupan. Berkembangnya
penggunaan pestisida sintetik yang dinilai praktis oleh para petani untuk mencegah atau menghambat serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang sangat
besar bagi manusia dan lingkungan. Cara terbaik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak menggunakan pestisida sintetik sebagai pemberantas
41
hama, walaupun dalam kenyataannya hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat, atau bahkan menyebabkan rusaknya
lingkungan dan merosotnya hasil panen, maka penggunaan pestisida sudah harus dipikirkan untuk mulai dikurangi Siahaya dan Rumthe, 2014: 113.
2. Organisme Penganggu Tanaman OPT
Peningkatan produksi sayuran di Indonesia sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri untuk mengimbangi laju pertambahan penduduk yang
semakin meningkat pula. Sebagai penghasil vitamin dan mineral, sayuran merupakan salah satu sumber gizi yang dibutuhkan bagi tubuh Kurniawan, dkk, 2013: 204.
Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi sayuran di Indonesia adalah akibat serangan hama dan penyakit. Tanaman sawi tidak lepas dari OPT yaitu Agrotis
ipsilon, ulat krop kubis, Plutella sp, Spodoptera litura, kutu daun Aphis sp, siput
setengah telanjang, dan sumpil. Hama penting yang menyerang tanaman Cruciferae, yaitu ulat tritip. U;at tritip merupakan ulat pemakan daun yang paling banyak
menyerang tanaman sayur-sayuran dan menyebabkan kerusakan sekitar 12,5 Sriniastuti, 2005; Nurshanti, 2010: 87. Kerugian besar bahkan kegagalan panen
dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Ulat tritip menempati kedudukan sebagai hama utama, kehilangan hasil akibat serangan hama ini cukup
tinggi yaitu dapat mencapai 100 dan Pracaya, 1991; Luhukay, dkk, 2013: 164- 165.
Telah banyak diteliti bahwasanya ekstrak tanaman tertentu mengandung molekul, yang bekerja secara tunggal maupun berinteraksi dengan molekul lainnya
42
yang mampu berperan sebagai pestisida. Cara kerja mode of action molekul tersebut dapat sebagai biotoksin, pencegah makan antifeedant, penolak repellent
dan pengganggu alami, baik yang diperoleh dari tumbuhan maupun jasad renik yang disebut sebagai pestisida biorasional biorational pesticides EPA, 1989; Siahaya
dan Rumthe, 2014: 113.
F. Risiko Penggunaan Pestisida Sintetis