9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida Nabati
Perlindungan tanaman merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh OPT. Penggunaan
pestisida sebagai salah satu komponen pengendalian OPT sebaiknya diterapkan secara bijaksana. Hal ini berkaitan dengan dampak negatif yang ditimbulkan berupa
resurgensi, resistensi, matinya populasi musuh alami, dan pencemaran lingkungan melalui residu yang ditinggalkan serta terjadinya keracunan pada manusia Petrus dan
Ismaya, 2014: 163. Sampai saat ini penggunaan pestisida sintetik paling banyak pada tanaman
holtikutura, khususnya tanaman sayuran yang justru hasilnya langsung dikonsumsi manusia, baik dalam bentuk yang sudah dimasak atau masih mentah Untung, 1993:
3. Pengendalian hama oleh petani masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetik yang diyakini praktis dalam aplikasi dan hasil pengendalian jelas terlihat.
Namun, petani cenderung menggunakan pestisida sintetik dengan takaran yang berlebihan, sehingga penggunaan pestisida sintetik perlu dikelola dan dikendalikan
secara efektif dan aman bagi lingkungan Julaily, dkk, 2013; Petrus dan Ismaya, 2014: 163. Pestisida kimia memiliki kandungan racun yang berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan sedangkan pestisida nabati tidak mengandung zat racun
10
yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan Ardra, 2013; Afifah, dkk, 2015: 2. Dampak penggunaan pestisida sintetik diantaranya :
1. Munculnya ketahanan hama terhadap pestisida sintetik
Karena hama terus-menerus mendapatkan tekanan oleh pestisida maka melalui proses seleksi alami spesies hama mampu membentuk strain yang lebih tahan
terhadap pestisida tertentu yang sering digunakan oleh petani Untung, 1996: 12. 2.
Timbulnya resurjensi hama Dampak pestisida sintetik yang dirasakan oleh petani adalah timbulnya
resurjensi hama atau peristiwa meningkatnya hama setelah hama tersebut memperoleh perlakuan pestisida sintetik tertentu. Apabila pada peristiwa resistensi
hama menjadi lebih tahan terhadap pestisida sehingga sulit untuk dimusnahkan, tetapi pada peristiwa resurjensi justru populasi hama tersebut semakin meningkat setelah
memperoleh penyemprotan pestisida. Dengan adanya sifat resurjensi ini penggunaan pestisida tidak hanya sia-sia tetapi malah sangat membahayakan Untung, 1996: 12-
13. 3.
Letusan hama ke dua Setelah perlakuan pestisida sintetik tertentu secara intensif ternyata hama
sasaran utama memang dapat terkendali, tetapi kemudian yang muncul dan berperan menjadi hama utama adalah jenis hama lain yang sebelumnya masih dianggap tidak
membahayakan Untung, 1996: 13. Upaya untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, sudah saatnya dikembangkan penggunaan pestisida nabati yang merupakan
alternatif sebagai sarana pengendalian OPT yang selalu tersedia di alam, dapat dibuat
11
sendiri serta relatif cukup aman bagi lingkungan. Pestisida nabati merupakan produk alam yang berasal dari tumbuhan yang mengandung bioaktif seperti senyawa
sekunder. Jika diaplikasikan ke sasaran hama dapat mempengaruhi sistem syaraf, terganggunya sistem reproduksi, keseimbangan hormon, perilaku berupa
penarikpemikat, penolak, mengurangi nafsu makan, dan terganggunya sistem pernafasan Hidayat, 2001; Petrus dan Ismaya, 2014: 163.
Menurut Haryono 2012: 1, pestisida nabati adalah pestisida yang berasal dari tumbuhan, sedangkan arti pestisida itu sendiri adalah bahan yang dapat digunakan
untuk mengendalikan populasi OPT. Pestisida nabati bersifat mudah terdegradasi di alam Bio-degredable, sehingga residunya pada tanaman dan lingkungan tidak
signifikan. Pestisida nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1.
Repelan , yaitu menolak kehadiran serangga, misal: dengan bau yang
menyengat. 2.
Antifeedan , mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
4. Menghambat reproduksi serangga betina.
5. Racun syaraf.
6. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.
7. Atraktan
, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga.
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri Syakir, 2011: 11-12.
12
Pestisida nabati terbuat dari sari bagian tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder tertentu. Bagian tanaman yang dapat digunakan yaitu bunga,
buah, biji, kulit batang, daun, dan akar Afifah, dkk, 2015: 2. Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati Mega-biodiversity
terbesar kedua di dunia setelah Brazil, termasuk memiliki sejumlah tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pestisida, baik yang langsung digunakan atau
dengan ekstraksi sederhana dengan air, ekstraksi dengan pelarut organik lainnya ataupun dengan cara penyulingan, tergantung kepada tujuan dari formula yang akan
dibuat Rusli dkk, 1993; Sambodo, 2010: 6. Kemampuan air dalam mengekstrak bahan aktif yang bersifat insektisidal dari
tumbuhan umumnya terbatas, karena senyawa aktif tersebut merupakan senyawa organik yang kesetimbangan polarnya cenderung tidak polar dan karena keterbatasan
air dalam mensuspensiakan kandungan senyawa aktif Rusli dkk, 1993; Sambodo, 2010: 6. Ekstrak air mempunyai kecenderungan tidak lama. Pada penelitian ekstrak
biji air mimba setelah tiga hari mengalami penurunan pH hingga 4,2, pada kondisi pH tersebut terjadi fermentasi yang menyebabkan bau busuk. Hal senada dikatakan
bahwa proses fermentasi yang menyebabkan bau busuk pada ekstrak air daun dan biji mimba sudah terjadi pada 60 jam setelah ekstraksi Priyadi, 1999; Sambodo, 2010:
6. Pengendalian hayati memberikan keuntungan yang paling utama yakni tidak
mencemari lingkungan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah hanya tingkat keberhasilannya memang masih lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian
13
secara kimiawi. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari penggunaan pestisida nabati.
1. Kelebihan
a. Mudah dan cepat terdegradasi oleh sinar matahari,
b. Memiliki spektrum pengendalian yang luas racun perut dan syaraf dan
bersifat selektif, c.
Dapat digunakan untuk mengendalikan OPT yang telah resisten terhadap pestisida sintetik,
d. Fitotoksisitas rendah,
e. Aman terhadap manusia, hewan, dan lingkungan, dan
f. Relatif murah dan mudah dibuat oleh petani.
2. Kelemahannya:
a. Cepat terurai dan daya tahannya relatif lambat sehingga perlu aplikasi lebih
sering, b.
Daya racunnya rendah tidak langsung mematikan serangga, c.
Kurang praktis dibanding dengan pestisida sintetik yang sudah siap dalam kemasan,
d. Tidak ada keseragaman bahan, dan
e. Tidak tahan lama disimpan.
Siswanto dan Elna, 2012 : 108. Penggunaan pestisida nabati sebagai agensia hayati semakin memperoleh
perhatian besar karena penggunaan pestisida sintetis yang kurang tepat dapat
14
menimbulkan resistensi, resurjensi, dan peledakan hama kedua Sheiton, dkk, 1995; Mulyaningsih, 2010: 2.
B. Tapak Liman Elephantopus scaber L.