45
pada peristiwa resurjensi justru populasi hama tersebut semakin meningkat setelah memperoleh penyemprotan pestisida. Dengan adanya sifat resurjensi ini penggunaan
pestisida tidak hanya sia-sia tetapi malah sangat membahayakan Untung, 1996: 12- 13.
3. Letusan hama kedua
Setelah perlakuan pestisida sintetik tertentu secara intensif ternyata hama sasaran utama memang dapat terkendali, tetapi kemudian yang muncul dan berperan
menjadi hama utama adalah jenis hama lain yang sebelumnya masih dianggap tidak membahayakan Untung, 1996: 13. Upaya untuk mengantisipasi permasalahan
tersebut, sudah saatnya dikembangkan penggunaan pestisida nabati yang merupakan alternatif sebagai sarana pengendalian OPT yang selalu tersedia di alam, dapat dibuat
sendiri serta relatif cukup aman bagi lingkungan. Pestisida nabati merupakan produk alam yang berasal dari tumbuhan yang mengandung bioaktif seperti senyawa
sekunder yang jika diaplikasikan ke sasaran hama dapat mempengaruhi sistem syaraf, terganggunya sistem reproduksi, keseimbangan hormon, perilaku berupa
penarikpemikat, penolak, mengurangi nafsu makan, dan terganggunya sistem pernafasan Hidayat, 2001; Petrus dan Ismaya, 2014: 163.
G. KERANGKA BERPIKIR
Pestisida nabati merupakan pestisida yang berasal dari tumbuhan dan bersifat mudah terdegradasi di alam. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
pengendali hama adalah tapak liman. Pada daun tapak liman memiliki kandungan
46
saponin, flavanoida, dan minyak atsiri. Saponin merupakan racun kontak dan racun perut. Saponin menyebabkan terganggunya permeabilitas membran sitoplasma,
menyebabkan lisis sel, serta penurunan daya makan. Flavanoid berfungsi sebagai antifeedan
dan menghambat pembentukan ATP. Minyak atsiri berfungsi untuk menekan hormon juvenil agar terjadi metamorfosis dini, imago steril, pupa cacat dan
mati. Senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh ulat tritip secara langsung maupun melalui perantara makanan, yaitu daun sawi. Masuknya senyawa-senyawa kimia
berakibat pada tingginya mortalitas hama ulat tritip dan pemendekan fase larva menjadi pupa, sehingga berpengaruh pada rendahnya kerusakan tanaman sawi dan
tingginya berat basah tanaman sawi. Dengan demikian tanaman tapak liman berpotensi sebagai pestisida nabati untuk pengendalian hama ulat tritip. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pestisida Nabati Tapak Liman Elephantopus scaber L. terhadap Pengendalian Hama Ulat
Tritip Plutella xylostella Tanaman Sawi Brassica juncea L..
47
Gambar. 11 Kerangka Berpikir
DaunTapak liman Elephantopus scaber L.
Saponin
Lisis sel dan Menghambat
aktivitas makan hama
Minyak Atsiri
Anti JH metamorfosis
dini larva cacat, dan
pupa mati
Flavanoid
Menghambat aktifitas makan antifeedan dan
menghambat pembentukan ATP
Daun tanaman sawi Brassica juncea
L
.
Ulat Tritip Plutella xylostella
Kerusakan tanaman sawi Berat basah tanaman sawi
Mortalitas hama ulat tritip Pemendekan fase larva ulat
tritip menjadi pupa
48
H. Hipotesis
1. Semakin tinggi dosis pestisida nabati tapak liman, maka semakin tinggi
mortalitas hama ulat tritip. 2.
Semakin tinggi dosis pestisida nabati tapak liman, maka semakin pendek siklus hidup larva ulat tritip yang menjadi pupa dan semakin menurun jumlah pupa.
3. Semakin tinggi dosis pestisida nabati tapak liman, maka semakin rendah tingkat
kerusakan tanaman sawi. 4.
Semakin tinggi dosis pestisida nabati tapak liman, maka semakin besar berat basah tanaman sawi.
5. Semakin tinggi dosis pestisida nabati tapak liman, maka semakin efektif untuk
pengendali hama ulat tritip.
49
BAB III METODE PENELITIAN