Tanaman Sawi Brassica juncea L.

28 Larva instar III dan IV memakan seluruh bagian daun sehingga meninggalkan ciri yang khas, yaitu tinggal epidermis bagian atas daun atau bahkan tinggal tulang daunnya saja Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 97-98. Tingkat populasi larva ulat tritip tertinggi terjadi pada tanaman yang berumur 6 sampai 8 minggu setelah tanam. Tingkat populasi larva yang tinggi dapat mengakibatkan serangan yang sangat berat pada tanaman. Serangan larva ini terjadi secara eksplosif pada musim kemarau, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai seratus persen Pracaya, 1993; Mulyaningsih, 2010: 97-98. Gambar 9. Serangan Hama Ulat Tritip Sumber : Dokumentasi pribadi

D. Tanaman Sawi Brassica juncea L.

1. Klasifikasi Menurut Tina, dkk 1994, klasifikasi tanaman sawi sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Cruciferae 29 Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea L. Nurshanti, 2010: 90. Gambar 10. Tanaman Sawi Sumber : Dokumentasi pribadi 2. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Sawi Sawi termasuk jenis tanaman sayuran dan tergolong kedalam tanaman semusim berumur pendek. a. Daun Daun tanaman sawi berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang dan pendek, sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah daun tersusun saling membungkus dengan pelepah- pelepah daun yang lebih muda tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan bercabang-cabang Kurniadi, 1992; Nurshanti, 2010: 90. b. Akar Tanaman sawi memiliki sistem perakaran akar tunggang radix primaria dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang silendris, menyebar ke 30 seluruh arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman Haryanto, 2003; Nurshanti, 2010: 90. c. Batang Tanaman sawi memiliki batang caulis yang pendek dan beruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang berdirinya daun. Sawi umumnya berdaun dengan struktur daun halus dan tidak berbulu. Daun sawi membentuk seperti sayap bertangkai panjang dan berbentuk pipih Rahmat, 2007; Nurshanti, 2010: 91. d. Bunga Bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang tinggi dan bercabang banyak. Setiap kuntum bunga terdiri dari empat helai kelopak, empat helai mahkota berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua. Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga lebah maupun bantuan manusia. Hasil penyerbukan ini akan membentuk buah yang berisi biji Haryanto, 2003; Nurshanti, 2010: 91. e. Buah Buah sawi termasuk tipe buah polong yakni berbentuk memanjang dan berongga Haryanto, 2003; Nurshanti, 2010: 91. 3. Syarat Tumbuh Sawi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, akan tetapi keadaan alam Indonesia dengan iklim, cuaca, dan sifat tanah memungkinkan untuk dikembangkan 31 dengan baik. Tanaman sawi dapat tumbuh di tempat yang berhawa panas maupun hawa dingin, tetapi dapat tumbuh baik dengan iklim yang kering pada suhu 15 – 20 o C dan ketinggian 5 – 1200 mdpl. Tanah yang baik untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus dan kaya akan bahan organik, jenis tanah andosol dan regosol, memiliki pembuangan air yang baik dengan derajat keasaman pH tanah yang optimum untuk pertumbuhannya berkisar antara 6 – 7 Nurhayati, dkk, 1984; Nurshanti, 2010: 92. Tanaman ini memerlukan hawa yang sejuk akan lebih baik tumbuh ditanam pada suasana yang lembab, dan tidak menyukai air yang menggenang. Jarak tanam yang baik untuk tanaman sawi adalah 20x20 cm Haryanto, 2003; Nurshanti, 2010: 92. 4. Kandungan Gizi Tanaman Sawi Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 gram berat basah sawi ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Sawi Zat gizi Sawi Protein g 2,3 Lemak g 0,3 Karbohidrat g 4,0 Ca mg 220,0 P mg 38,0 Fe mg 2,9 Vitamin A mg 1.940,0 Vitamin B mg 0,09 Vitamin C mg 102 Sumber: Haryanto, dkk, 2007: 5-6. 32 5. Produktifitas Tanaman Sawi Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Hasil Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2014 No Komoditas Luas Panen Ha Produksi Ton Rata-Rata Hasil TonHa 1 Kubis 63.116 1.435.833 22,75 2 Kembang kol 11.303 136.508 12,08 3 PetsaiSawi 60.804 602.468 9,91 4 Kangkung 52.541 319.607 6,08 5 Bayam 45,325 134.159 2,96 Sumber: Taufik, 2014: 19 dimodifikasi. 6. Hama Penyerang Tanaman Sawi Hama tanaman sawi yang cukup penting menurut Tjahjadi 1989: 107 sebagai berikut. a Agrotis ipsilon Hama ini merusak tanaman kubis, sawi, dan petsai pada saat di persemaian hingga beberapa minggu setelah tanaman di lapangan. Gejala serangan yang khas ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang kubis, sawi, dan petsai. Ulat aktif pada sore hingga malam hari, sehingga petani hanya menemukan bekas serangan pada pagi hari Tjahjadi, 1989: 107. b Ulat krop kubis Crocidolomia binotalis Zell Gejalanya yaitu daun bagian dalam yang terlindung oleh daun bagian luar rusak dan terlihat adanya bekas gigitan. Tidak heran bila dari luar tanaman masih terlihat baik, tetapi bagian dalam sudah mengalami kerusakan. Kerusakan ini terjadi sampai ke titik tumbuh Haryanto, dkk, 2007: 71. 33 Ulat krop kubis ini berwarna hijau, terdapat garis berwarna hijau muda dan rambut berwarna hitam di punggungnya. Serangga dewasa menghasilkan telur yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur menetas dalam jangka warktu 1-2 minggu dan setiap hari jumlah telur akan bertambah Haryanto, dkk, 2007: 71. c Ulat keremeng atau tritip Plutella xylostella Gejalanya daun tampak seperti karancang putih. Jika lebih diperhatikan karancang tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah dagingnya dimakan ulat. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari daun tersebut mengering dan sobek. Serangan berat menyebabkan seluruh daging daun habis termakan sehingga yang tersisa hanya tulang-tulang daunnya Haryanto, dkk, 2007: 72. Ulat keremeng memiliki warna hijau muda ketika baru menetas. Setelah dewasa berbentuk ngengat dan warna kepalanya menjadi lebih pucat dan terdapat bintik coklat Haryanto, dkk, 2007: 72. d Ulat grayak Spodoptera litura Ulat ini memakan daun yang tua maupun muda. Tetapi ulat ini juga mempunyai banyak tanaman inang. Selain dapat menurunkan kuantitas, juga akan menurunkan kualitas hasil Tjahjadi, 1989: 108. e Kutu daun Aphis sp. Kutu ini menusuk dan menghisap cairan tanaman, terutama pada musim kemarau. Jika serangan berat, tanaman akan layu akibat kekurangan cairan. Bekas tusukan yang ditinggalkan yang kurang baik bagi perkembangan daun, daun akan keriting atau tumbuhnya tidak normal Tjahjadi, 1989: 108. 34 f Siput setengah telanjang Parmarion pupillaris Siput ini berwarna coklat kekuningan atau coklat keabuan. Rumah pada punggungnya kerdil dan sedikit menonjol. Siput jenis telanjang halus dan tidak ada tonjolannya. Panjang siput 5 cm. Siput ini polifag atau pemakan segala tanaman. Siput sering merusak tanaman yang baru saja tumbuh seperti kol, sawi, tomat, tembakau, ubi jalar, dan kentang Pracaya, 2008: 298. g Sumpil Ada 2 jenis sumpil yaitu Lamellaxis gracilis Hutt. dan Subbulina octona Brug. Sumpil mempunyai rumah yang bentuknya silindris dan berukuran kecil dengan panjang 11 mm, warnanya kuning muda. Kedua jenis sumpil ini biasanya tercampur menjadi satu populasi. Binatang ini merusak semai tembakau, kol, sawi, dan bermacam-macam sayuran Pracaya, 2008: 298.

E. Pengelolaan Hama Terpadu PHT