20
sesqueterpenoid 13,95 , dan 8 jenis senyawa chromene 71,05. Dari 8 jenis senyawa chromene, terdapat Precocene I 6,7-dimetoksi-2,2-dimetilchromene dan
Precocene II 7-metoksi-2,2-dimetilchromene Adeleke, dkk, 2002; Susanto, 2010:
4. Senyawa Precocene I dan precocene II yang terkandung di dalam ekstrak tapak liman berfungsi sebagai anti hormon juvenil menyebabkan tergganggunya proses
pergantian kulit serangga yang mengakibatkan larva cacat atau mati dan mengalami metamorfosis dini Prijono, 1999.
C. Hama Ulat Tritip Plutella xylostella
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak, dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis
Dadang, 2006. 1.
Klasifikasi
Gambar 2. Ulat Tritip Sumber: http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm
Klasifikasi ulat tritip menurut Kalshoven 1981 sebagai berikut :
21
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
2. Biologi dan Siklus Hidup Hama Ulat Tritip
Di Indonesia, hama ulat tritip merupakan hama utama pada tanaman kubis Setiawati, 1996; Mulyaningsih, 2010: 96. Ulat ini sering disebut hama bodas,
hama kracang, hama wayang dan ulat tritip Pracaya, 1993; Mulyaningsih, 2010: 96. Ulat daun ini dikenal dengan nama diamondback moth merupakan serangga
kosmopolit yang dapat hidup di daerah tropik, sub tropik, dan yang beriklim sedang Kalshoven, 1981; Irawati, 2000: 27. Hama ini bersifat polifag, khususnya pada
famili Cruciferae, diantaranya kubis, lobak, kubis bunga, dan kubis tunas. Ulat tritip mempunyai siklus hidup yang sempurna sehingga disebut juga
holometabola . Siklus hidup pada ulat tritip yaitu telur
– larva – pupa – imago. Telur, larva, dan pupa hidup pada inang, sedangkan imagonya hidup pada inang atau
tanaman lain yang berdekatan dengan inang Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 96.
22
Gambar 3. Siklus Hidup Ulat Tritp Sumber: http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm
a Telur
Gambar 4. Fase Telur Ulat Tritip Sumber: http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm
Telur diletakkan di balik daun secara terpisah satu persatu, kadang-kadang dua- dua atau tiga-tiga butir perkelompok Rukmana,1997; Mulyaningsih, 2010: 96. Telur
berbentuk oval dengan ukuran lebar 0,26 mm, panjang 0,49 mm dan berwarna kuning cerah saat baru diletakkan dan berwarna lebih tua saat menjelang menetas
2-8 hari 2-8 hari
10-13 hari
24 jam 7-47 hari
23
Setiawati, 1996; Mulyaningsih, 2010: 96. Stadium telur berkisar antara 2 sampai 8 hari.
b Larva
Larva terdiri dari empat instar Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 96. Panjang setiap instar larva tidak lebih dari 1,7 mm untuk larva instar I, tidak
lebih dari 3,5 mm untuk larva instar II, dan instar III dan IV panjang badannya tidak lebih dari 7 mm dan 11,2 mm berturut-turut Capinera, 2000; Wardhani, 2004: 9.
Gambar 5 Gambar 6
5 Larva Ulat Tritip 6 Larva Ulat Tritip Instar III
Sumber: 5 http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm, 6 Dokumentasi pribadi
Menurut Herlinda, dkk 2004, instar I yang baru menetas berkisar 3-4 hari, berwarna hijau pucat, kepalanya berwarna hitam cenderung pasif, makan daun kubis
dengan cara membuat lubang galian ke dalam jaringan permukaan bawah daun dan membuat liang-liang korokan ke dalam jaringan parenkim sambil memakan daun.
Larva instar II berkisar 1-2 hari, berwarna hijau tua dengan kepala berwarna hitam, kemudian larva ke luar dari liang-liang korokan yang transparan dan makan jaringan
permukaan bawah daun Herlinda, dkk, 2004. Instar III berkisar 2-3 hari dan Instar 10-13 hari
24
IV berkisar 3-4 hari Herlinda, dkk, 2004. Instar III dan IV, memiliki ciri kepala berwarna hijau sampai coklat, memakan bagian bawah daun lebih banyak dari
instar-instar sebelumnya Pracaya, 1993; Mulyaningsih, 2010: 96. Secara keseluruhan stadium larva berlangsung 10-13 hari Herlinda, dkk, 2004. Pada
ketinggian 1100-2000 mdpl stadium larva lebih panjang yaitu 12 hari dan di bawah ketinggian 250 mdpl lebih pendek yaitu 9 hari Rukmana, 1997; Mulyaningsih, 2010:
96. Larva selalu berada di bawah permukaan daun dan di antara vena daun.
Selanjutnya larva memakan jaringan bawah daun dengan membentuk seperti jendela pada bagian bawah daun, tetapi tidak memakan vena daun. Larva ini lebih suka
memakan daun yang masih muda dan lebih banyak ditemukan bergerombol di sekitar titik tumbuh Shelton, dkk, 1993; Mulyaningsih, 2010: 96. Jika serangan
parah tanaman tidak dapat membentuk krop dan akhirnya tanaman mati. Umumnya pada instar larva sangat rakus dalam hal makanan sebab dibutuhkan energi yang
cukup banyak untuk pertumbuhan, bergerak dan cadangan makanan sewaktu pembentukan pupa Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 96.
Instar II sampai IV berperilaku lincah, jika terganggu akan menggeliat jatuh dengan cepat dan menggantungkan diri dengan benang sutera Rukmana, 1997;
Mulyaningsih, 2010: 96. Larva akan naik kembali pada daun melalui benang sutranya apabila keadaan sudah aman Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010:
96. Larva instar IV membentuk benang seperti benang sutra putih di bawah
25
permukaan bawah daun yang terlindung untuk menghindari sinar matahari Permadi, 1993.
c Pupa
Gambar 7. Pupa Muda Ulat Tritip
Sumber:http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm
Pembentukan pupa mula-mula dibuat dari bagian dasar, bagian sisinya, kemudian tutupnya yang masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan
pernafasan. Pupa muda berwarna hijau dan setelah 24 jam berubah menjadi coklat kehitaman Suyanto, 1994; Mulyaningsih, 2010: 97. Pupa berukuran panjang 5-6
mm dengan diameter 1,2-1,5 mm. Pupa terselubungi kokon dengan stadium pupa 6-7 hari pada ketinggian 1100-1200 m dpl dan 4 hari di bawah ketinggian 250 m dpl
Rukmana, 1997; Mulyaningsih, 2010: 97. d
Dewasaimago
Gambar 8. Imago
Sumber:http:entnemdept.ufl.educreaturesvegleafdiamondback_moth.htm 24 jam
7-47 hari
26
Imago berwarna coklat keabu-abuan, imago jantan berukuran lebih kecil dibandingkan imago betina dengan warna lebih cerah, warna sayap betina agak pucat
dan aktif pada malam hari Ashari, 1995; Mulyaningsih, 2010: 97. Imago berupa ngengat kecil dengan ukuran panjang 8-10 mm. Ketika sayapnya menutup saat tidak
terbang, sepanjang bagian punggung ngengat terdapat satu ciri tertentu, yaitu 3 bentuk segi
empat “diamond back moth” Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 97. Imago betina mampu bertelur 180-320 butir yang diletakkan di bawah
permukaan daun, mengelompok atau terpisah pada tanaman lain. Satu imago betina dapat meletakkan telur pada bermacam-macam tanaman Cruciferae Pracaya, 1993;
Mulyaningsih, 2010: 97. Cara penyebarannya berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau antar daerah yang berdistribusi sangat jauh dengan bantuan
hembusan angin Rukmana, 1997; Mulyaningsih, 2010: 97. Ngengat kecil lebih suka beristirahat di bawah permukaan daun, pada bagian tanaman yang “protective”
baginya Shelton, dkk, 1995; Mulyaningsih, 2010: 97. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7-47 hari, rata-rata 16,2 hari dan ngengat jantan antara 3-58 hari,
dengan rata-rata 12,1 hari. Jumlah telur yang diletakkan tiap ngengat betina antara 18-356 butir, rata-rata 159 butir. Jumlah telur yang diproduksi setiap ngengat betina
dipengaruhi oleh perbedaan temperatur, umur, dan kondisi makan larva Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 97.
3. Aktivitas Makan Hama Ulat Tritip
27
Serangga akan menghadapi dua hal untuk memulai aktivitas makan, yang pertama adanya rangsangan-rangsangan untuk inisiasi aktivitas makan feeding
stimulant dalam tanaman yang memberikan masukan isyarat untuk pengenalan jenis
makanan dan menjaga aktivitas makan dan yang ke dua adalah pendeteksian kehadiran senyawa-senyawa asing foreign compound yang dapat bersifat sebagai
penghambat makan atau bahkan menghentikan aktivitas makan sama sekali Dadang dan Kanju, 2000: 30.
4. Gejala Serangan Hama Ulat Tritip
Ulat tritip biasanya menyerang tanaman pada saat berumur 2-6 minggu Rukmana, 1994; Siahaya dan Rumthe, 2014: 113. Hama ulat tritip memakan daun-
daun baik pada tanaman yang masih muda maupun tanaman yang sudah tua Trizelia, 2002; Mulyaningsih, 2010: 97-98. Mula-mula larva akan merusak daun dengan cara
menggigit mengunyah kemudian memakan permukaan bawah daun. Bagian bawah daun rusak, epidermis bagian atas terlihat putih transparan. Setelah daun tersebut
tumbuh dan melebar, lapisan epidermis akan robek sehingga daun tampak berlubang Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 97-98. Gejala serangan oleh hama ini
khas dan tergantung pada instar larva yang menyerang. Larva instar pertama yang baru menetas memakan daun dengan jalan membuat lubang galian pada permukaan
bawah daun, selanjutnya larva membuat lorong gerekan ke dalam jaringan parenkim sambil memakan daun.
Larva instar II, keluar dari liang gerekan yang transparan dan memakan jaringan daun pada permukaan bawah daun. Demikian juga larva instar III dan IV.
28
Larva instar III dan IV memakan seluruh bagian daun sehingga meninggalkan ciri
yang khas, yaitu tinggal epidermis bagian atas daun atau bahkan tinggal tulang daunnya saja Mau dan Kessing, 1992; Mulyaningsih, 2010: 97-98. Tingkat
populasi larva ulat tritip tertinggi terjadi pada tanaman yang berumur 6 sampai 8 minggu setelah tanam. Tingkat populasi larva yang tinggi dapat mengakibatkan
serangan yang sangat berat pada tanaman. Serangan larva ini terjadi secara eksplosif pada musim kemarau, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai seratus
persen Pracaya, 1993; Mulyaningsih, 2010: 97-98.
Gambar 9. Serangan Hama Ulat Tritip Sumber : Dokumentasi pribadi
D. Tanaman Sawi Brassica juncea L.