Rumusan hipotesis Menentukan t hitung t

54 terdapat sebagian siswa yang sudah dapat memainkan angklung dengan ritmis yang tepat namun kurang kompak dengan siswa yang lain. Hal tersebut berakibat pada rendahnya nilai siswa data skor pre-test dapat dilihat pada lampiran nomor 2. Setelah tes awal dilakukan selanjutnya siswa diberikan treatment atau perlakuan, yaitu dengan memberikan latihan pembelajaran musik angklung menggunakan media penandaan warna atau colour signing. Jadi dalam penelitian ini skor pre-test berfungsi sebagai kontrol. Setelah itu dilakukan tes keterampilan untuk yang kedua kalinya post- test . Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, seluruh siswa menunjukkan adanya peningkatan skor kemampuan bermain musik angklung setelah diberikan perlakuan yaitu pelatihan musik angklung menggunakan media penandaan warna colour signing. Hal ini ditunjukkan dari skor total pre-test sebesar 141 meningkat pada post-test menjadi 167. Skor total baik pre-test maupun post-test tersebut merupakan hasil dari penjumlahan antara skor masing-masing butir kriteria penilaian dalam instrumen penelitian yaitu ‘ketetapan ritmis’, ‘posisi dan cara memegang angklung’, ‘cara membunyikan angklung’, ‘kekompakan’, dan ‘sikap’. Terdapat dua skor pre-test dan post-test karena proses pengambilan nilai dilakukan oleh dua orang 2 rater, oleh karena itu selanjutnya dicari rata-rata skor total baik data skor total pre-test maupun data skor total post-test. Jadi angka 141 merupakan nilai pembelajaran angklung siswa berkebutuhan khusus sebelum diadakannya treatment yang secara keseluruhan mencakup nilai dari kriteria penilaian ketetapan ritmis, posisi dan cara memegang angklung, cara membunyikan angklung, kekompakan, dan sikap yang dinilai oleh dua orang 55 penilai dan diambil nilai rata-ratanya. Demikian pula dengan skor total post-test 167. Selain itu juga terdapat peningkatan nilai rata-rata mean sebesar 2,36 dari yang semula pada pre-test senilai 12,82 meningkat menjadi 15,18 pada post-test. Nilai rata-rata mean diperoleh dari rata-rata skor total yang merupakan hasil dari penilaian dua orang rater baik pada pre-test maupun pada post-test. Apabila membandingkan antara tabel 12 dengan tabel 20 maka keduanya menunjukkan adanya peningkatan nilai siswa yang semula empat siswa memiliki nilai dengan predikat nilai ‘cukup’ ‘menjadi baik’, keseluruhan populasi siswa berkebutuhan khusus memiliki nilai dengan predikat baik, tidak ada siswa yang memiliki nilai dengan predikat sangat kurang, kurang, ataupun cukup. Walaupun masih belum ada siswa yang memiliki nilai dengan predikat sangat baik, namun tabel tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan nilai pembelajaran musik angklung. Setelah dilakukan uji beda t-test dengan bantuan SPSS 16.0 for windows, diperoleh nilai t hitung t o sebesar 9,690 dan signifikansi sebesar 0,006 dengan t tabel sebesar 2,228 dan signifikansi 0,006 0,05, serta nilai t hitung t tabel 9,690 2,228 maka dari itu dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan tidak ditolak. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dengan skor post-test. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara siswa yang berlatih musik angklung dengan media penandaan warna colour signing dengan siswa yang tanpa menggunakan media penandaan warna colour signing. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan media penandaan