4
Ibu Maesaroh merupakan satu-satunya guru pembimbing yang khusus menangani siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Bulakan 1. Beliau
menggunakan kurikulum individual yang dibuat khusus untuk merancang program pembelajaran di kelas berkebutuhan khusus. Karena beliau merupakan
satu-satunya guru yang sanggup menangani siswa berkebutuhan khusus, maka beliau dituntut untuk mengajar semua bidang mata pelajaran termasuk mata
pelajaran Seni Budaya dan Kesenian SBK. SD Negeri Bulakan 1 memiliki beberapa macam alat-alat musik yang dapat menjadi media dalam pembelajaran
Seni Budaya dan Kesenian. Salah satu alat musik yang disediakan oleh pihak sekolah adalah angklung.
Pada observasi awal yang dilakukan di kelas, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran SBK terutama pada saat siswa
diajarkan cara memainkan angklung. Kemampuan berkonsentrasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain terhadap pembelajaran sangatlah berbeda.
Sebagian siswa yang menderita tuna grahita hanya mampu menangkap pelajaran selama kurang lebih 5 sampai 10 menit. Kendala lain yang muncul dari siswa
hiperaktif yang terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini diindikasikan dari sulitnya siswa hiperaktif dalam berkonsentrasi, tidak fokus saat
menerima materi pembelajaran, dan cepat bosan terhadap kegiatan yang dilakukan secara berulang, bahkan terdapat seorang siswa di kelas tersebut yang mengalami
gangguan pendengaran atau tuna rungu. Menurut Ibu Maesaroh, kelas berkebutuhan khusus kekurangan tenaga
pengajar. Beliau menambahkan bahwa idealnya proses pembelajaran untuk siswa
5
berkebutuhan khusus adalah empat siswa ditangani oleh satu orang guru, sedangkan di kelas tersebut ibu Maesaroh harus menangani 12 siswa sekaligus
sehingga proses pembelajaran berlangsung kurang efektif. Selama ini Ibu Maesaroh menggunakan metode pembelajaran kooperatif cooperative learning,
jadi sebagian siswa yang sudah bisa memainkan angklung dapat membantu siswa lainnya. Kurangnya media pembelajaran yang tepat juga menjadi penyebab
lambannya proses pembelajaran angklung, hal ini ditunjukkan dari banyaknya jumlah pertemuan yang diperlukan untuk mengajarkan siswa memainkan sebuah
lagu menggunakan angklung. Oleh karena itu penggunaan waktu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi kurang efisien.
Melihat berbagai uraian tersebut, terdapat bermacam-macam hal yang mampu dibenahi sehingga menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah satu
permasalahan yang menjadi sorotan adalah keterbatasan media pembelajaran pada kegiatan pembelajaran angklung. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipilih
alternatif judul “Efektivitas pembelajaran angklung dengan media penandaan warna colour signing bagi siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Bulakan 1
Sukoharjo”. Selanjutnya akan dilakukan eksperimen dengan menggunakan Pre- Experimental Design
sebagai desain eksperimen dengan bentuk One-Group Pre- test Post-test
yang kemudian akan dianalisa menggunakan kaidah statistika.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa kesulitan mempelajari alat musik angklung.
6
2. Kurangnya media yang mampu membuat siswa lebih tertarik dan antusias dalam pembelajaran angklung.
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat terbatasnya sumber daya yang diperlukan untuk meneliti beberapa masalah tersebut dan agar penelitian lebih maksimal serta hasil yang
diperoleh lebih mendalam, maka fokus penelitian dibatasi pada efektifitas pembelajaran angklung dengan media penandaan warna colour signing bagi
siswa berkebutuhan khusus.
D. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan hasil pembelajaran musik angklung siswa berkebutuhan
khusus antara pembelajaran angklung yang menggunakan media penandaan warna colour signing dengan pembelajaran angklung yang tidak menggunakan media
penandaan warna colour signing?”
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan hasil pembelajaran musik angklung siswa
berkebutuhan khusus antara pembelajaran angklung yang menggunakan media penandaan warna colour signing dengan yang tidak.
7
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis :
a. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan penandaan warna colour signing
dan penerapannya dalam pembelajaran angklung bagi anak berkebutuhan khusus.
b. Diharapkan dapat memberi sumbangan referensi bagi penelitian selanjutnya
2. Secara praktis : a. Bagi penulis dan Guru di SD Negeri Bulakan 1 :
1 Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang efektivitas pembelajaran angklung dengan media penandaan
warna colour signing bagi siswa berkebutuhan khusus, 2 Memberi acuan untuk menggunakan media yang tepat bagi pembelajaran
musik anak berkebutuhan khusus yang berkaitan dengan kemampuan memainkan alat musik tertentu,
3 Menambah efisiensi waktu pelaksanaan pembelajaran musik angklung. b. Bagi siswa :
1 Menambah antusias siswa dalam proses pembelajaran musik terutama musik tradisional, yaitu angklung,
2 Dapat menghemat waktu yang diperlukan dalam mempelajari musik angklung agar lebih efisien.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan acuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI TEORI
1. Efektivitas
Dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda, sesuai sudut pandang dan kepentingan masing – masing pihak. Mulyasa 2012
memaknai efektivitas sebagai sebuah kondisi adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas adalah
bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usahanya mewujudkan tujuan operasional. Mulyasa 2012
menambahkan, masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya,
atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Rai 2008: 24 beranggapan, “keefektifan mengacu pada hubungan antara output dengan tujuan
yang ditetapkan, yang berarti suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dihasilkan memenuhi tujuan yang ditetapkan.”
Berdasarkan pendapat Mulyasa dan Rai tersebut mampu ditarik benang merah, yaitu efektivitas adalah perbandingan hasil pencapaian output suatu organisasi,
program, atau kegiatan terhadap tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas bersangkutan dengan sesuai atau tidaknya sebuah kegiatan,
demikian pula dalam pelaksanaan sebuah program pembelajaran dapat dinilai efektivitasnya Dune 1996. Dune 1996 juga memiliki anggapan bahwa