Penutup PerjanjianAkhir akta Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Kredit Sindikasi Berdasarkan Hukum Kontrak (Study Kasus PT. Bank Sumut)

57 d Kreditur mayoritas Klausula yang mengatur pengambilan keputusan dengan pendapat kreditur mayoritas e Catatan-catatan danatau pembukuan para kreditur danatau agen yang telah diberitahukan kepada debitur melalui agen merupakan bukti yang mengikat bagi debitur mengenai hutang debitur kepada para kreditur dan agen. f Keterpisahan. g Kuasa yang diatur dalam Pasal 23 perjanjian kredit. h Perubahan

3. Penutup PerjanjianAkhir akta

Penutup atau bagian akhir dari perjanjian kredit sindikasi adalah berisi mengenai : a. penjelasan tentang pembacaan perjanjian oleh Notaris. b. Penjelasan tentang penandatangan perjanjian dan tempat penandatanganan. c. Identitas saksi-saksi dalam perjanjian. d. Penjelasan tentang perubahan yang terdapat dalam perjanjian. Universitas Sumatera Utara 58

BAB III PENERAPAN ASAS HUKUM KONTRAK DALAM

PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI A. Syarat Sah Kredit Sindikasi Ditinjau Dari Hukum Kontrak Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa perjanjian kredit sindikasi belum diatur secara tegas. Perjanjian kredit sindikasi masih menggunakan dasar Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1338 KUHPerdata, sehingga mengikuti hukum perdata Indonesia dengan sistem terbuka. Dalam hal ini kebebasan membuat suatu perjanjian tidak bertentangan dengan norma-norma kesusilaan dan ketertiban umum yang berlaku di Indonesia. Tetapi dalam prakteknya, pelanggaran masih sering terjadi. Apabila terjadi penyimpangan dari kredit sindikasi tersebut, pengenaan sanksi hukum tergantung penafsiran perluasan pasal yang terdapat dalam Pasal 1233 KUHPerdata yang menyatakan: Tiap-tiap perjanjian diberikan baik karena persetujuan maupun undang- undang. Sehingga bahwa perjanjian dalam bentuk apapun diperbolehkan dalam hukum perdata Indonesia selama tidak melanggar Undang-undang, kepentingan umum, dan kesusilaan walaupun perjanjian tersebut melibatkan banyak pihak dan berbeda dengan perjanjian kredit lainnya. Kredit sindikasi sebagai salah satu jenis kredit sebagai alternatif pembiayaan berskala besar merupakan tren yang sedang berkembang akhir-akhir ini. Universitas Sumatera Utara 59 Hal ini tentu membawa perkembangan positif bagi dunia perbankan. Di lain pihak tentu memunculkan persoalan hukum yang mendasar, mengingat perjanjian kredit sindikasi ini melibatkan banyak pihak. Hal ini tentu membuat makin kompleks kepentingan dari masing-masing pihak yang ingin dimaksukkan dalam perjanjian. Penerapan KUHPerdata terhadap pengaturan perjanjian kredit sindikasi terkait dengan Pasal 1313 Bab III KUHPerdata yang menyatakan bahwa: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Ketentuan ini penting karena dalam setiap perjanjian dalam KUHPerdata masih disebut perjanjian melibatkan paling sedikit dua orang yang mengikatkan dirinya dalam suatu ikatan perjanjian. Perjanjian kredit sindikasi secara umum juga merupakan perjanjianperjanjian walaupun melibatkan lebih dari dua orang. Perjanjian kredit sindikasi merupakan perjanjian yang sedikit berbeda dengan perjanjian pada umumnya karena menggunakan jasa arranger sebagai penghubung antara calon debitur dan kreditur supaya kepentingan para pihak terkomunikasikan oleh arranger. Nasabah pun tidak harus menghubungi sendiri para krediturnya. Walaupun begitu, perjanjian kredit sindikasi juga dilahirkan karena Undang-undang dan persetujuan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 1233 KUHPerdata. Hukum perdata Indonesia belum mengatur mengenai perjanjian kredit sindikasi ini secara khusus. Perjanjian kredit sindikasi masih menggunakan “standard contract” standar baku yang sudah disiapkan oleh pihak bank sebagai kreditur sedangkan debitur tinggal menandatanganinya saja. Namun dalam prakteknya tidak Universitas Sumatera Utara 60 mutlak, masih bisa disesuaikan dengan kepentingan pembiayaan. Negara Indonesia masih awam terhadap perjanjian kredit sindikasi, maka ketentuannya masih mengikuti perjanjian yang berlaku umum. Belum adanya ketentuan khusus tersebut mengakibatkan masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk hal yang tidak benar. Padahal perjanjian kredit sindikasi ini sudah seharusnya memperoleh perhatian khusus karena perjanjian merupakan pedoman bagi pelaksanaan pemberian kredit. Untuk menilai sahnya suatu perjanjian kredit sindikasi penulis harus melihat ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur syarat sahnya perjanjian secara umum, dan menafsirkan pemberlakuannya pada perjanjian kredit sindikasi, yaitu: 1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan diri. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.