Atas dasar ketentuan-ketentuan tersebut Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan investasi melalui
pembelian saham, dimana dalam penyelenggaraan kewenangan operasionalnya Menteri Keuangan berwenang membentuk Badan Investasi Pemerintah, yang dalam
hal ini Pusat Investasi Pemerintah PIP.
D. Kedudukan DPR RI Dalam Pembelian Saham Divestasi Oleh Pemerintah
Terkait dalam hal pembelian saham divestasi oleh Pemerintah, DPR mempunyai wewenang memberikan persetujuan. Hal ini didasarkan pada ketentuan
Pasal 24 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang menyebutkan “Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian
nasional, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman danatau melakukan penyertaan modal kepada perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR”.
Dari ketentuan tersebut DPR mempunyai wewenang mengenai persetujuan pembelian saham divestasi tetapi dalam keadaan tertentu.
144
Pengertian keadaan tertentu tidak dijelaskan secara terperinci dalam peraturan undang-undang. Keadaan tertentu untuk penyelamatan perekonomian nasional,
misalnya Bantuan Likuidasi Bank Indonesia BLBI- Bank Indonesia Liquidity Support
. BLBI ini mempunyai tujuan yang sangat positif, yakni untuk mempertahankan stabilitas sistem perbankan dan sistem pembayaran.
144
Faisal Akbar Nasution, Kisruh BPK vs Kemenkeu Terkait PT. Newmont Nusa Tenggara Apakah Berujung Ke Pengadilan
, Makalah disampaikan dalam Seminar Sehari Divestasi Saham PT. Newmont Nusa Tenggara oleh Pemerintah Indonesia, Fakultas Hukum USU, tanggal 22 Nopember
2011.
Universitas Sumatera Utara
Konteks ekonomi yang melingkupi munculnya kebijakan BLBI ini dimulai dari krisis moneter yang menghantam Asia pada Juli 1997. Korea Selatan, Thailand,
Malaysia, dan akhirnya Indonesia harus menerima kenyataan bahwa sistem perekonomian yang dibangun selama ini ternyata dengan cukup mudah diporak-
porandakan oleh gelombang krisis moneter yang beberapa tahun sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh para pembuat kebijakan decision makers di Indonesia.
145
Nilai tukar rupiah yang semula sangat stabil tiba-tiba menjadi fluktuaktif dan tidak dapat diduga unpredictable, sehingga membuat panik para pelaku ekonomi di
Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami kemerosotan yang luar biasa tajam. Pada tingkat selanjutnya, gejolak nilai tukar ini membuat dunia
perbankan Indonesia mengalami kerugian yang luar biasa besar. Kondisi kerugian semakin parah bagi bank-bank yang mempunyai pinjaman dalam mata uang asing.
Hal ini merupakan resultant dari realitas bahwa bank-bank di Indonesia pada umumnya tidak melindungi nilai kurs pinjaman valuta asingnya.
Dampak yang lebih buruk dari kondisi malaise tersebut adalah banyak sekali bank-bank yang mengalami kesulitan likuidasi. Mencuatnya persoalan kesulitan
likuidasi ini kemudian oleh para pembuat kebijakan waktu itu disadari sepenuhnya akan membawa akibat perekonomian negara bisa mengalami collapse apabila tidak
segera dimunculkan sebuah kebijakan policy yang berfungsi sebagai mekanisme penanggulangannya.
145
Andi M. Asrun, BLBI Perspektif Hukum, Politik, dan Ekonomi, Hasil Riset Bank Indonesia Satgas BLBI dengan Judicial Watch Indonesia, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Persoalan utama yang dihadapi pemerintah saat itu adalah krisis kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
berbondong-bondongnya masyarakat untuk menarik dananya secara besar-besaran rush dengan cara memindahkan, menggunakan atau mengalihkan dananya dalam
bentuk investasi barang dan lain sebagainya, sehingga semakin memperburuk krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Kegelisahan masyarakat semakin manjadi-jadi
manakala pada 1 November 1997 pemerintah mencabut izin usaha 16 bank yang akhirnya semakin menambah besar volume krisis kepercayaan masyarakat terhadap
sistem perbankan Indonesia. Dengan mengemban semangat untuk mengatasi krisis tersebut, pada 3
September 1997 Presiden Soeharto memberi petunjuk dan keputusannya dalam Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku Wasbang dan Prodis di Bina Graha.
146
Benang merah yang dapat ditarik dari petunjuk dan keputusan tersebut adalah meminta Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia untuk mengambil
langkah-langkah membantu untuk sementara bank-bank nasional yang sehat tetapi mengalami kesulitan likuiditas dan bank-bank yang nyata-nyata tidak sehat agar
diupayakan untuk merger dengan bank lain yang sehat. Apabila hal ini tidak berhasil, maka bank-bank yang tidak sehat harus dilikuidasi sesuai peraturan yang berlaku
dengan mengamankan semaksimal mungkin para deposan. Kebijakan baru tersebut kemudian memunculkan sebuah konsep perbankan
yang sangat terkenal, yaitu Bank Indonesia berfungsi sebagai lender of last resort
146
Ibid, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
dimana Bank Indonesia dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dihadapi bank-bank dalam keadaan darurat.
Pemberian BLBI dilakukan oleh Bank Indonesia dalam konteks memerankan fungsinya sebagai lender of last resort, yakni dalam keadaan darurat. Fungsi ini
dijalankan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah yang menyatakan tidak akan menutup bank pada saat krisis moneter mengalami titik kulminasi.
Dengan demikian Pemberian BLBI memerlukan persetujuan DPR. Begitu juga mengenai pembelian saham divestasi oleh pemerintah memerlukan persetujuan
DPR oleh karena uang yang digunakan dalam melakukan pembelian saham divestasi tersebut menggunakan uang negara. Dalam menggunakan uang negara memerlukan
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu mendapat persetujuan DPR.
147
Dalam sistem ketatanegaraaan RI keberadaan Badan Pemeriksa Keuangan BPK adalah sebagai lembaga negara yang mempunyai fungsi untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara, dimana hasil pemeriksaaan keuangan negara itu diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.
Kedudukan BPK ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang tugas dan wewenangnya diatur dalam
Pasal 6 sampai dengan Pasal 11. Secara garis besar tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
147
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, BLU, BUMD dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Dalam melaksankan tugasnya ini BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan
keuangan negara. Hasil pemeriksaan tersebut lalu dilaporkan kepada DPR, DPD, dan DPRD yang selanjutnya masing-masing lembaga perwakilan rakyat ini dapat
menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. Dalam melaksanakan tugas pokoknya seperti yang diuraikan di atas, BPK
mempunyai wewenang, yang diantaranya adalah: 1.
Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan; 2.
Meminta keterangan danatau dokumen yang wajib diberiksan oleh setiap unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, BI,
BUMN, BLU, BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;
3. Menilai danatau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMNBUMD, dan lembaga atau badan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara; 4.
Dan lain-lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dalam hubungannya dengan antar lembaga negara, BPK mempunyai wewenang lain sebagaimana disebutkan dalam Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, dapat memberikan: 1.
Pendapat kepada Pemerintah Pusat Daerah, Lembaga Negara lainnya, BI, BUMN, BLU, BUMD, Yayasan dan lembaga atau badan lain yang diperlukan
karena sifat pekerjaannya; 2.
Pertimbangan atas penyelesaian kerugian negaradaerah yang ditetapkan oleh Pemerintah PusatPemerintah Daerah, dan
3. Keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negaradaerah.
Pembelian divestasi saham oleh pemerintah dalam keadaan tertentu yang
menggunakan keuangan negara akan di audit oleh BPK dimana hasil pemeriksaaan keuangan negara itu nantinya akan diserahkan kepada DPR.
Terkait hal pembelian 7 tujuh persen saham divestasi PT. Newmont Nusa Tenggara tidak termasuk dalam keadaan tertentu, hal ini sebagaimana disampaikan
oleh pakar hukum perusahaan dan hukum kontrak Lastuti Abubakar, berpendapat bahwa dari aspek yuridis, sifat investasi jangka panjang permanen terdapat dalam
klausul-klausul Sales and Purchase Agreement SPA yang ditandatangani oleh PIP selaku wakil Pemerintah dan PT. NNT selaku penjual saham. SPA mengikat para
pihak berdasarkan asas-asas perjanjian yaitu asas pacta sunt servanda dan asas partij otonomie.
Universitas Sumatera Utara
Divestasi saham PT. NNT oleh Pemerintah RI tidak perlu persetujuan DPR, karena merupakan pelaksanaan perjanjian oleh para pihak yang merupakan
ranah hukum perdata, dan perencanaan alokasi dana investasi tersebut telah dicantumkan dalam RKA KL Kementrian Keuangan dalam RAPBN 2011 yang telah
disetujui oleh DPR.
148
Pendapat senada disampaikan pakar hukum sekaligus Dekan Fakultas Hukum Universitas Parahiyangan, Sentosa Sembiring.
149
148
Dilihat dari pranata Hukum Investasi, berdasarkan Pasal 41 Ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya. Selanjutnya,
proses penawaran dan pembelian 7 tujuh persen saham divestasi PT. NNT yang merupakan pelaksanaan kontrak karya telah terpenuhi sesuai Pasal 24 Ayat 3
Kontrak Karya. Dengan demikian, upaya yang dilakukan pemerintah untuk membeli saham PT. NNT melalui proses divestasi dilihat dari perspektif hukum investasi
mempunyai landasan hukum yang kuat. Sebagai acuan dalam hal ini yakni apa yang telah disepakati dalam klausul kontrak karya. Tidak ada investasi yang zero risk,
dengan melihat divestasi saham PT. NNT oleh Pemerintah RI secara objektif dari pandangan yuridis, maka tidak perlu persetujuan DPR.
http:www.djkn.depkeu.go.idcontentberitabmnnewmont-unpad-2.html, diakses tanggal 12 Mei 2012.
149
http:www.djkn.depkeu.go.idcontentberitabmnnewmont-unpad-2.html, diakses tanggal 12 Mei 2012.
Universitas Sumatera Utara
Pandangan dari Aspek Hukum Administrasi Negara yang dipaparkan oleh pakar hukum Zainal Muttaqin,
150
bahwa Divesatasi 7 tujuh persen Saham PT. NNT oleh Pemerintah RI adalah dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan
negara, dimana Menteri Keuangan yang diwakili oleh PIP melaksanakan kekuasaan Pemerintah yang mandiri pada eksekutif, di luar kekuasaan yudisial dan legislasi,
dengan demiikian sangat tidak tepat adanya campur tangan DPR dalam pelaksanaan kewenangan ini.
E. Tugas dan Fungsi Pusat Investasi Pemerintah PIP