Divestasi Saham pada Perusahaan Pertambangan

Menteri TeknisPimpinan Lembaga bertanggung jawab kepada Presiden atas pelaksanaan kebijakan investasi langsung dalam penyediaan infrastruktur dan bidang lainnya yang berada dalam penguasaannya. Menteri Keuangan bertanggung jawab kepada Presiden dari segi hak dan kewenangan investasi serta ketaatan terhadap peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan investasi pemerintah.

B. Divestasi Saham pada Perusahaan Pertambangan

Pada perusahaan pertambangan, pemerintah memberikan perlakuan khusus atau lex specialis terhadap kontrak karya pertambangan. Perlakuan khusus artinya segala ketentuan-ketentuan atau kesepakatan yang telah tercantum dalam kontrak, tidak akan pernah berubah karena terjadinya peraturan perundang-undangan yang berlaku umum renegoisasi, maka terlebih dahulu harus ada kesepakatan para pihak. 132 Perlakuan khusus yang demikian merupakan jaminan kepastian hukum bagi investor, suatu hal yang teramat penting bagi usaha pertambangan yang selalu beresiko tinggi dan memerlukan waktu persiapan yang lama sebelum dapat berproduksi. Kepastian hukum penting, sebab bisa saja ketiadaan jaminan seperti itu, merupakan sumber yang potensial dari berbagai macam pungutan, korupsi dan kolusi 132 H. Abrar Saleng, Op. Cit., hal. 147. Universitas Sumatera Utara yang pada akhirnya akan mengakibatkan keengganan investor asing menanamkan modalnya di sektor pertambangan. 133 Prospek pembangunan pertambangan di masa akan datang semakin cerah dan diarahkan untuk menciptakan pertumbuhan dan peningkatan ekonomi nasional. Karena itu, diperlukan suatu sistem yang mandiri, profesional dan tangguh untuk menghadapi pengaruh lingkungan regional dan global yang menuntut kesigapan dalam menghadapi persaingan yang ketat pada pasar bebas, sedangkan kondisi nasional sendiri menuntut antara lain: 134 1. Penataan ulang peraturan perundang-undangan dan penegakannya secara konsisten; 2. Kepedulian terhadap lingkungan; 3. Pengembangan pola pengusahaan pertambangan; 4. Peningkatan sumber daya manusia; 5. Keterkaitan industri dengan pertambangan yang saling menunjang; serta 6. Upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial terutama masyarakat di sekitar wilayah pengusahaan pertambangan. UU Mineral dan Batu Bara No. 4 Tahun 2009 yang mengubah UU No. 11 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan mengatur beberapa perubahan kebijakan yang berpengaruh bagi investai di Indonesia, khususnya investasi dalam sektor pertambangan. Salah satu perubahan kebijakan tersebut adalah pengaturan mengenai divestasi saham bagi badan usaha pemegang IUP dan IUPK asing Pasal 133 Ibid. 134 Ibid, hal. 207. Universitas Sumatera Utara 112 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. 135 Divestasi yang dimaksud dalam pasal ini ialah jumlah saham asing yang harus ditawarkan untuk dijual kepada peserta Indonesia, baik Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional. Divestasi ini diwajibkan setelah perusahaan asing tersebut beroperasi 5 tahun. Minimal saham yang harus didivestasikan adalah 20 dari total saham yang dimiliki perusahaan asing tersebut Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Divestasi saham pada perusahaan tambang mineral dan batubara diatur pada Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyebutkan bahwa: 1. Modal Asing pemegang IUP dan IUPK setelah 5 tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya, sehingga sahamnya sedikit 20 dua puluh persen dimiliki peserta Indonesia; 2. Divestasi saham dilakukan secara langsung kepada peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta nasional; 3. Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah KabupatenKota; 135 http:khoiriyahhelanita.blogspot.com201005divestasi-asing-dalam-uu-minerba.html, diakses tanggal 26 Juni 2012. Universitas Sumatera Utara 4. Apabila Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah KabupatenKota tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakan dengan cara lelang; 5. Apabila BUMN dan BUMD tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang; 6. Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 hari kalender sejak 5 tahun dikeluarkannya izin operasi produksi tahap penambangan; 7. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kalender setelah tanggal penawaran; 8. Dalam hal Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham, saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender; 9. Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender setelah tanggal penawaran; 10. Pembayaran dan penyerahan saham dibeli oleh peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang; 11. Apabila divestasi tidak tercapai, penawaran saham akan dilakukan pada tahun berikutnya berdasarkan mekanisme ketentuan di atas. Universitas Sumatera Utara Pasal 97 ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang menyebutkan: 1. Pemegang IUP dan IUPK dalam rangka penanaman modal asing, setelah 5 tahun sejak berproduksi wajib melakukan divestasi sahamnya secara tertahap, sehingga pada tahun kesepuluh sahamnya paling sedikit 51 lima puluh satu persen dimiliki peserta Indonesia. Kepemilikan peserta Indonesia dalam setiap tahun setelah akhir tahun kelima sejak produksi tidak boleh kurang dari persentese sebagai berikut: a. Tahun keenam 20 dua puluh persen; b. Tahun ketujuh 30 tiga puluh persen; c. Tahun kedelapan 44 empat puluh empat persen; d. Tahun kesepuluh 51 lima puluh satu persen; dari jumlah seluruh saham. 2. Divestasi saham dilakukan kepada peserta Indonesia yang terdiri atas Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta nasional; 3. Dalam hal Pemerintah tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah KabupatenKota; Universitas Sumatera Utara 4. Apabila Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah KabupatenKota tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada BUMN dan BUMD dilaksanakan dengan cara lelang; 5. Apabila BUMN dan BUMD tidak bersedia membeli saham, ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dilaksanakan dengan cara lelang; 6. Penawaran saham dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 90 hari kalender sejak 5 tahun dikeluarkannya izin operasi produksi tahap penambangan; 7. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 60 hari kalender setelah tanggal penawaran; 8. Dalam hal Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah KabupatenKota, BUMN, BUMD tidak berminat untuk membeli divestasi saham, saham ditawarkan kepada badan usaha swasta nasional dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender; 9. Badan usaha swasta nasional harus menyatakan minatnya dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender setelah tanggal penawaran; 10. Pembayaran dan penyerahan saham dibeli oleh peserta Indonesia dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat 90 hari kalender setelah tanggal pernyataan minat atau penetapan pemenang lelang; 11. Apabila divestasi tidak tercapai, penawaran saham akan dilakukan pada tahun berikutnya. Universitas Sumatera Utara Dengan diterbitkannya serangkaian peraturan pelaksana dari UUPM, secara normatif tentunya diharapkan semakin menarik bagi calon investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Seperti diketahui, satu hal yang menjadi pertimbangan bagi calon investor untuk menanamkan modalnya adalah terkait dengan fasilitas pajak, jika menarik investor akan menanamkan modalnya. Oleh karena itu, cukup beralasan para investor giat melakukan investasi di negara-negara yang memberi insentif pajak yang menguntungkan dalam hitungan bisnis investor. 136 Adapun beberapa masalah dalam pengusahaan pertambangan, yaitu: 137 1. Tumpang tindih hak atas wilayah operasi kontrak karya, perjanjian karya pengusahaan pertambangan dan kuasa pertambangan di satu pihak dengan hak- hak kehutanan, perkebunan, ulayat masyarakat adat, transmigrasi dan tanah penduduk setempat di pihak lain; 2. Usaha pertambangan dengan pengelolaan dan perlindungan lingkungan; 3. Pengembangan masyarakat community development sekitar wilayah usaha pertambangan. Hal senada juga dikemukakan oleh Pandji Anoraga, yaitu: “… banyak bukti menunjukkan, bahwa betapa pun juga, eksplorasi sumber daya alam adalah jenis industri yang bersifat ekstraktif dengan ciri utama pada padat modal dan berteknologi tinggi. Dengan demikian, penanaman modal asing di sektor ini juga sulit diharapkan dampak positifnya dalam penyerapan tenaga kerja yang justru menjadi salah satu tujuan pokok pihak Indonesia mengundang investor datang ke negara Indonesia.” 138 136 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 153. 137 H. Abrar Saleng, Op. Cit., hal. 93. 138 Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995, hal. 20. Universitas Sumatera Utara Kenichi Ohmae juga mengemukakan: 139 “ Jika sumber daya alam adalah sumber utama kekayaan negara, maka perusahaan-perusahaan atau negara asing yang menginginkan akses ke sana paling banter berupa penerobos yang ditoleransi dan paling buruk adalah pengekploitasian yang tidak berperasaan yang harus dijauhkan dengan segala cara yang ada.” C. Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Pembelian Saham Divestasi Perusahaan Modal Asing Untuk menelusuri dasar hukum terkait dengan kewenangan Pusat Investasi Pemerintah membeli saham divestasi dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara terdapat sejumlah Pasal yang perlu disimak terkait dengan hal tersebut, antara lain: Ketentuan Pasal 6 Ayat 1: “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan”, dan Ayat 2 Huruf a: ”Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara dipisahkan.” 140 139 Sentosa Sembiring, Op. Cit., hal. 11. 140 Pasal 6 Ayat 1 dan Ayat 2, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara . Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Pasal 8: ”Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: Huruf b: ”Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN”, dan Huruf f: “Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara”. 141 Dalam Pasal 29 disebutkan: ”Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan ABPN dan APBD ditetapkan dalam Undang- Undang yang mengatur perbendaharaan negara. 142 Dari ketentuan-ketentuan tersebut jelas bahwa Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal, dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara. Dimana untuk pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan APBD ditetapkan dalam Undang-Undang yang mengatur perbendaharaan negara. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara terdapat beberapa Pasal yang relavan sebagai landasan hukum bagi pemerintah untuk membeli saham divestasi, antara lain: 1. Pasal 1 Angka 1: ”Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam ABPN dan APBD; 141 Pasal 8, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 142 Pasal 29, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Universitas Sumatera Utara 2. Pasal 2 Perbendaharaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 1 meliputi Huruf g: “Pengelolaan investasi dan barang milik negaradaerah”; 3. Pasal 7 Ayat 2 Huruf h: ”Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menempatkan uang negara dan mengelolamenatausahakan investasi”; 4. Pasal 41: a. Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya; b. Investasi sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung; c. Investasi sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 diatur dalam Peraturan Pemerintah; d. Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negaradaerahswasta ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; e. Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negaradaerahswasta ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas sudah jelas bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menempatkan uang negara dan mengelolamenatausahakan investasi jangka panjang dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung, untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya. Universitas Sumatera Utara Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah, ada beberapa Pasal yang relavan sebagai landasan hukum bagi kewenangan Menteri Keuangan dalam pengelolaan investasi pemerintah, antara lain: 143 1. Pasal 2: a. Investasi pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya; b. Investasi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum; 2. Pasal 3: 1. Investasi pemerintah dilakukan dalam bentuk: Investasi surat berharga, danatau: Investasi langsung. 2. Investasi surat berharga sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 Huruf a meliputi: a. Investasi dengan cara pembelian saham; danatau b. Investasi dengan cara pembelian surat utang. 3. Investasi langsung sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 Huruf b meliputi: e. Penyertaan Modal; danatau f. Pemberian pinjaman. 4. Investasi pemerintah sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah. 3. Pasal 10: “Kewenangan pengelolaan investasi pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendara Umum Negara.” 4. Pasal 12 Ayat 2: “Untuk menyelenggarakan kewenangan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Ayat 4, Menteri Keuangan membentuk Badan Investasi Pemerintah yang dapat berupa satu atau lebih satuan kerja atau badan hukum; Ayat 3 Penyelenggaraan kewenangan operasional pengelolaan investasi pemerintah oleh Badan Investasi Pemerintah berbentuk satuan kerja sebagaimana dimaksud pada Ayat 2 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini; 5. Pasal 13 Ayat 1: “Badan Investasi Pemerintah yang berupa satuan kerja dipimpin oleh kepala atau direktur yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 143 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah. Universitas Sumatera Utara Atas dasar ketentuan-ketentuan tersebut Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan investasi melalui pembelian saham, dimana dalam penyelenggaraan kewenangan operasionalnya Menteri Keuangan berwenang membentuk Badan Investasi Pemerintah, yang dalam hal ini Pusat Investasi Pemerintah PIP.

D. Kedudukan DPR RI Dalam Pembelian Saham Divestasi Oleh Pemerintah