Hasil Tambahan Penelitian HASIL PENELITIAN a. Hasil Utama Penelitian

b. Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil tambahan yang dapat memperkaya hasil penelitian, yaitu gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir berdasarkan jenis kelamin, suku, penerima bantuan pendidikan beasiswa, pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua, masalah-masalah yang dihadapi siswa dan sumber dukungan yang diperoleh siswa. Subjek dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin untuk melihat apakah resiliensi pria lebih tinggi daripada wanita atau sebaliknya, karena berdasarkan beberapa penelitian mengatakan bahwa resiliensi wanita lebih tinggi daripada pria. Subjek dikelompokkan berdasarkan suku, untuk melihat suku mana yang paling banyak di masyarakat pesisir dan melihat suku mana yang memiliki resiliensi tinggi diantara suku-suku yang lain. Hal ini dilakukan karena di negara Indonesia terdiri dari beberapa suku, dan diantara suku-suku tersebut ada beberapa suku yang lebih resilien diantara suku-suku yang lain. Subjek dikelompokkan berdasarkan penerima bantuan pendidikan beasiswa, untuk melihat mana yang lebih resilien siswa yang mendapat besiswa atau yang tidak mendapat beasiswa, karena berdasarkan beberapa penelitian mengatakan bahwa dengan adanya beasiswa maka siswa bisa menjadi lebih resilien. Subjek dikelompokkan berdasarkan pekerjaan orangtua, untuk melihat siswa mana yang lebih resilien berdasarkan pekerjaan orangtuanya di masyarakat pesisir. Subjek dikelompokkan berdasarkan penghasilan orangtua, untuk melihat siswa mana yang lebih resilien berdasarkan penghasilan orangtuanya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan beberapa penelitian mengatakan bahwa dengan sosial ekonomi orangtua yang rendah itu yang akan membuat siswa menjadi resilien. Subjek dilihat berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi untuk melihat “risk factor” apa yang terdapat pada siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir yang berpengaruh terhadap resiliensinya. Beberapa pilihan alternatif jawaban yang terdapat dalam kuisioner, peneliti dapatkan melalui beberapa teori dari beberapa tokoh. Teori tersebut antara lain: Resiliensi dalam bidang akademis dapat diartikan sebagai kemampuan seorang siswa untuk sukses di bidang akademik meskipun ia berada dalam kondisi yang membuatnya sulit untuk berhasil Benard, 1991 Wang et al., 1997 dalam Bryan, 2005. Kondisi atau lingkungan yang kurang mendukung tersebut bisa berupa kemiskinan, kondisi sekolah yang serba kekurangan, maupun kondisi keluarga yang kurang baik. Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak di masyarakat pesisir harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orang tuanya. Penelitian menunjukkan bahwa kegagalan di sekolah menengah karena siswa berasal dari sosial ekonomi yang rendah Balfanz Legters, 2004. Selain masalah kemiskinan, terdapat masalah lain didalam masyarakat pesisir yaitu antusias terhadap pendidikan di masyarakat pesisir relatif masih relatif rendah Anggraini, 2000. Pandangan tentang penting atau tidaknya pendidikan menjadi penyebab anak malas untuk berangkat sekolah sehingga akhirnya terjadi putus sekolah. Universitas Sumatera Utara Subjek dilihat berdasarkan sumber dukungan yang diperoleh untuk melihat “protective factor” apa yang terdapat pada siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir yang berpengaruh terhadap resiliensinya. Beberapa pilihan alternatif jawaban yang terdapat dalam kuisioner, peneliti dapatkan melalui beberapa teori dari beberapa tokoh. Teori tersebut antara lain: Grotberg 1995 mengemukakan sumber-sumber resiliensi, salah satunya adalah ‘I Have’. I Have merupakan dukungan eksternal dan sumber dalam meningkatkan resiliensi. Salah satu sumbernya adalah “Trusting relationships” yaitu orang tua, anggota keluarga lainnya, guru, dan teman-teman yang mengasihi dan menerima anak tersebut. Anak-anak dari segala usia membutuhkan kasih sayang tanpa syarat dari orang tua mereka dan primary care givers, tetapi mereka membutuhkan kasih sayang dan dukungan emosional dari orang dewasa lainnya juga. Selain itu penelitian yang dilakukan Bryan, 2005 yang berjudul “Meningkatkan akademik resiliensi dan pencapaian akademik di sekolah pedesaan melalui sekolah, keluarga, dan komunitas. Hasilnya adalah dengan adanya hubungan antara sekolah, keluarga dan komunitas, itu bisa menciptakan kesempatan yang baik untuk siswa yang resilien, dengan menghilangkan stresor, batasan maupun rintangan dalam mencapai prestasi akademiknya Bryan, 2005. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi anak untuk bersekolah, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan, minat, motivasi, nilai-nilai, sikap, harapan, dan persepsi siswa tentang sekolah. Pada faktor eksternal meliputi latar belakang ekonomi orangtua, persepsi orangtua tentang pendidikan, jarak sekolah dari rumah, hubungan guru dengan murid dan usaha yang dilakukan pemerintah Universitas Sumatera Utara meliputi pemberian bantuan dan pengadaan sarana dan prasarana Hasanuddin, 2000.

i. Gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir