Kondisi ekonomi masyarakat berbeda-beda, tidak semua keluarga memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan mampu memenuhi segala kebutuhan
keluarga. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi ekonomi seperti ini adalah orang tua tidak sanggup menyekolahkan anaknya pada jenjang yang lebih
tinggi walaupun mereka mampu membiayainya di tingkat sekolah dasar. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya anak beresiko putus
sekolah antara lain adalah:
1. Keadaan Kehidupan Keluarga
Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah pendidikan formal, akan tetapi dapat juga berlangsung di dalam keluarga pendidikan informal. Keluarga
sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam pendidikan, karena pendidikan yang pertama dan utama diterima oleh anak adalah di dalam keluarga. Orang tua
bertindak dengan cara yang menunjukkan perilaku anak yang diinginkan dan dapat diterima, baik dalam keluarga dan orang lain. Begitu anak dilahirkan ke
dunia masih dalam keadaan yang sangat lemah dan tidak berdaya, pada saat itu sangat membutuhkan bantuan terutama dari kedua orangtua dan anggota keluarga
yang lainnya sampai anak menjadi dewasa. Disinilah anak memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman, baik yang berupa susah,
gembira dan kebiasaan-kebiasaan lain, seperti larangan, celaan, pujian dan juga sikap kepemimpinan orang tuanya, kesemuanya ini ikut mempengaruhi jiwa anak,
baik secara langsung ataupun tidak langsung Farmadi, 2004. Keadaan sebuah rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap proses
pendidikan anak, karena di dalam keluarga anak menerima kesan-kesan yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan pengalaman pertama setelah seorang anak dilahirkan. Kalau di dalam rumah tangga sering terjadi pertengkaran antara ibu dan ayah, maka ini akan
berakibat pada mental si anak dan akan mengakibatkan anak minder dalam pergaulan, sehingga anak akan malas pergi ke sekolah bahkan bisa mengakibatkan
anak meninggalkan sekolahnya. Pendidikan dari keluarga sangat menentukan pendidikan yang akan menentukan corak kehidupan anak. Selanjutnya juga
tingkat pendidikan orangtua ikut mempengaruhinya. Hal seperti ini sering kita lihat pada keluarga yang mampu ekonominya dan tidak mempunyai pendidikan,
belum tentu bisa berhasil dalam masalah pendidikan bagi anak-anaknya. Sebaliknya keadaan keluarga yang ekonominya kurang tetapi banyaknya
pengetahuan yang dimiliki maka sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam bidang pendidikan.
Kemudian kehidupan seorang anak dalam keluarga sangat mendambakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Hal ini sesuai dengan sumber resiliensi “I
Have” Grotberg, 1995, yaitu orang tua, anggota keluarga lainnya, guru, dan teman-teman yang mengasihi dan menerima anak. Dalam hal ini orang tua
dituntut sangat hati-hati dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, agar tidak terlalu dimanjakan. Dalam memberikan kasih sayang kepada anak tidak
perlu berlebih-lebihan, karena hal itu dapat menghilangkan rasa tanggung jawab yang ada pada diri anak dan memungkinkan si anak dapat menunjukkan sikap-
sikap dan cara bertingkah laku yang tidak baik. Apabila seorang anak yang mendapat kasih sayang secara berlebih-lebihan dari keluarganya, maka dalam
Universitas Sumatera Utara
tindakan mereka sering menuruti kata hatinya sendiri. Dengan demikian setiap perbuatan yang mereka lakukan kebanyakan cenderung ke arah yang tidak baik
yang dapat menjadikan dirinya sebagai penjahat, pemalas dan sebagainya. Hal ini dapat mengakibatkan anak putus sekolah serta terbengkalai pendidikannya.
2. Keadaan Ekonomi Orang Tua