didukung, lalu responsif terhadap kebutuhan siswa yang mengarah kepada pencapaian akademik, dan mengurangi masalah perilaku Close Solberg, 2007.
Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu banyaknya anak nelayan yang putus sekolah dan beresiko putus sekolah tetapi tetap masih ada anak nelayan
yang bertahan untuk meneruskan pendidikanya hingga ke jenjang sekolah menengah atas SMA, maka peneliti tertarik ingin melihat gambaran resiliensi
siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir walaupun berada dalam kondisi yang membuatnya sulit dan mengalami banyak rintangan yang
dapat mencegah kebanyakan anak dari latar belakang yang sama untuk tetap bersekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu:
”Bagaimanakah gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir.
Universitas Sumatera Utara
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya resiliensi pada psikologi pendidikan yang
berkaitan dengan resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam
bidang Psikologi Pendidikan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir.
b.
Bagi Pemerintah Daerah Setempat Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
menyelenggarakan kegiatan pendidikan
untuk lebih
mempertimbangkan pentingnya aspek resiliensi bagi siswa SMA agar menjaga siswa SMA tidak putus sekolah dan mengurangi
resiko putus sekolah pada masyarakat pesisir. c.
Bagi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir
Universitas Sumatera Utara
Sebagai masukan bagi siswa agar lebih memahami pentingnya resiliensi dalam hal mengingkatkan potensi diri siswa
baik di sekolah maupun di luar sekolah.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, yaitu resiliensi, latar belakang terjadi putus sekolah dan masyarakat
pesisir. Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur yang digunakan,
dan prosedur penelitian serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.
Bab IV Analisis Data Dan Pembahasan Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran
subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasandiskusi. Bab V Kesimpulan Dan Saran
Merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI
A. RESILIENSI
1. Definisi Resilliensi
Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dalam Klohnen, 1996 dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum
yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Dalam perjalanannya,
terminologi resiliensi mengalami perluasan dalam hal pemaknaan. Diawali dengan penelitian Rutter Garmezy dalam Klohnen, 1996, tentang anak-anak
yang mampu bertahan dalam situasi penuh tekanan. Dua peneliti di atas menggunakan istilah resiliensi sebagai descriptive labels yang mereka gunakan
untuk menggambarkan anak-anak yang mampu berfungsi secara baik walaupun mereka hidup dalam lingkungan buruk dan penuh tekanan.
Liquanti 1992, menyebutkan secara khusus bahwa resiliensi pada remaja merupakan kemampuan yang dimiliki remaja dimana mereka tidak mengalah saat
menghadapi tekanan dan perbedaan dalam lingkungan. Mereka mampu terhindar dari penggunaan obat terlarang, kenakalan remaja, kegagalan di sekolah, dan dari
gangguan mental. Masten Coatswerth dalam Davis, 1999, mengatakan bahwa untuk mengidentifikasikan resiliensi diperlukan dua syarat, yang pertama adanya
ancaman yang signifikan pada individu ancaman berupa status high risk atau ditimpa kemalangan dan trauma yang kronis dan yang kedua adalah kualitas
adaptasi atau perkembangan individu tergolong baik.
Universitas Sumatera Utara