Defenisi dan Dasar hukum Kredit Sindikasi

120 Pada fase ini perkembangan kredit sindikasi di Indonesia mulai menuju ke arah dipilihnya kredit sindikasi sebagai suatu alternatif yang timbul karena kebutuhan akan kredit dalam jumlah yang melebihi BMPK suatu bank semakin meningkat. Info bank mencatat sepanjang tahun 1993 kredit sindikasi yang dilakukan oleh bank-bank berkembang pesat baik dari segi kualitas maupun kualitas. Diperkirakan pada saat itu pola sindikasi itu akan semakin banyak dilakukan oleh bank-bank karena terbukti pembiayaan seperti ini mempunyai dampak positif baik bagi bank, debitur, kreditur maupun perekonomian pada umumnya. Pada periode ini kredit sindikasi mempunyai suatu ciri baru jika selama ini dikenal penuh persaingan di dalam melakukan bisnis, sekarang dituntut sikap ke gotong-royongan dan kebersamaan. Melalui kerjasama itu, mereka bisa tukar menukar informasi bagi kemajuan bersama. Di samping itu, juga akan terjadi transfer pengetahuan antara bank yang sudah mapan kepada bank yang kurang mapan meskipun ada kecenderungan sindikasi itu hanya dilakukan di antara bank-bank yang selevel. Pada awalnya dikeluarkannya paket Mei 1993, banyak kalangan yang memperkirakan pola kredit sindikasi bakal diberikan tidak hanya kepada bank-bank pemerintah tetapi juga kepada bank-bank swasta apalagi pada saat ini bank pemerintah masih merasakan BMPK sebagai batu sandungan. Sementara mega proyek masih banyak ditunggu pada bank pemerintah, akan mampu dibiayai dengan cara sindikasi agar tidak banyak memberi beban kepada satu bank saja, apalagi mega proyek rawan resiko karena banyak campur tangan dan kepentingan. Kebyar-kebyar kredit sindikasi dalam negeri dianggap kalangan perbankan merupakan gejala yang baik. Sebab tiga atau empat tahun yang lalu hanya bank-bank pemerintahlah yang mendominasinya. Selain itu peran bank-bank asing dalam memberi kredit sindikasi turut menciutkan nyali bankir swasta untuk terjun ke kredit sindikasi. Tapi menurut penelitian Info Bank peta sindikasi di Indonesia agaknya akan dimonopoli oleh bank-bank pemerintah atau swasta besar, namun juga akan diramaikan oleh bank-bank non devisa. Sebab titik simpul persoalannya tidak lain adalah pembagian resiko itu sendiri. Prediksi tersebut di atas menjadi kenyataan pada tahun-tahun terakhir dimana sekarang tidak peduli bank itu kecil atau besar sudah saling ikut sindikasi dan mulai mendapat kesempatan membiayai proyek besar melalui kredit sindikasi. Bahkan ada beberapa bank swasta yang sudah meroket dengan aktivitas kredit sindikasi. 16

B. Defenisi dan Dasar hukum Kredit Sindikasi

1. Defenisi kredit sindikasi 16 Info Bank, Edisi Khusus Desember 1996 No. 204, hal. 78 121 Stanley Hurn dalam bukunya syndicated loan memberikan defenisi mengenai kredit sindikasi atau syndicated loan adalah : “A syndicated loan is a loan made by two or more lending institutions, on similar terms and conditions, using common documentation and administered by a common agent .” 17 Defenisi tersebut di atas mencakup semua unsur-unsur yang penting dari suatu kredit sindikasi, yaitu : Pertama, kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam suatu fasilitas sindikasi Kedua, defenisi tersebut menyatakan bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang sama bagi masing-masing peserta sindikasi. Ketiga , defenisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan semua bank peserta sindikasi secara bersama-sama. Keempat , sindikasi tersebut diadministrasikan oleh satu agen yang sama bagi semua bank peserta sindikasi. Bila tidak demikian halnya maka terpaksa harus ada serangkaian fasilitas bilateral yang sama tetap mandiri, antara masing-masing bank peserta dengan nasabah. 2. Dasar Hukum Kredit Sindikasi 17 Sutan Remy, op.cit, hal. 2 dikutip dari Stanley Hurn, Syndicated Loans, 1990, hal.1 122 Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kredit sindikasi, adalah: 13. UU No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan LNRI Tahun 1967 No. 34, Tambahan LNRI No. 2842. 14. UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral LNRI Tahun 1968 No. 68, Tambahan LNRI No. 2865. 15. Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-792MKIV121970 tanggal 7 Desember 1970 tentang Lembaga Keuangan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-38MKIV11972 tanggal 18 Januari 1972 dan No. KEP- 562KMK-0111982 tanggal 1 September 1982. 16. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia SK No. 644KepDirUPK1973. 17. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia, No.2150KEPDIR tanggal 27 Oktober 1988, tentang BMPK kepada Debitur atau Debitur Group. 18. SE kepada semua Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank di Indonesia, No 2110BPPP, tanggal 27 Oktober 1988 perihal BMPK kepada Debitur atau Debitur Group. 19. SK Direksi BI, No. 2151KEPDIR tanggal 27 Oktober 1988 tentang sindikasi kredit kepada pengurus dan atau pemegang saham. 20. SE kepada semua Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank di Indonesia, No.2111BPPP tanggal 27 Oktober 1988 tentang pemberian kredit kepada pengurus atau pemegang saham. 21. SE kepada semua Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank di Indonesia No. 2118BPPP, tanggal 25 Maret 1989 perihal BMPK kepada debitur dan debitur group serta pengurus, pemegang saham dan keluarganya. 123 22. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan LNRI Tahun 1992 No. 31, Tambahan LNRI No. 3472. 23. UU No. 10 tahun 1998. tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992. 24. SK Direksi BI No. 2621KEPDIR tanggal 29 Mei 1993 tentang BMPK.

C. Ciri-ciri Kredit Sindikasi