3. 1. Metode Rhetorical Analysis dari Kenneth Burke 3. 2. Fantasy Theme Analysis dari Ernest Bormann

52 Capres RI. Terciptanya suatu citra perusahaan yang baik di mata khalayak atau publiknya akan menguntungkan, terutama menguntungkan bagi produk atau jasa yang dihasilkan.

II. 3. 1. Metode Rhetorical Analysis dari Kenneth Burke

Burke memiliki metode yang paling besar dalam menganalisis suatu kegiatan, yaitu dengan Dramatistic Pentad. Dalam analisis ini, ada lima kelompok dalam suatu kerangka yang analitis untuk studi yang paling efisien tentang segala kegiatan retorika dalam bentukan : 6. Act, yaitu tindakan apa yang dilakukan oleh Aktor dalam situasi tertentu, 7. Scene, yaitu situasi atau konteks setting dimana tindakan act dilakukan, 8. Agent, yaitu actor yang melakukan tindakan, 9. Agency, yaitu alat atau cara-cara yang dilakukan oleh actoragent untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dan, 10. Purpose, yaitu alasan atau latar belakang yang menyebabkan sebuah tindakan act harus dilakukan dan hasil atau efek apa yang diharapkan dari tindakan itu. Littlejohn, 1996 : 169. Dengan mengaplikasikan elemen-elemen retorika Kenneth Burke, dalam The Dramatistic Pentad kita dapat menganalisa teks serta mengungkapkan gaya dan teknik persuasi. Universitas Sumatera Utara 53

II. 3. 2. Fantasy Theme Analysis dari Ernest Bormann

Kegiatan komunikasi manusia dipengaruhi oleh Retorical Vision, menurut Bormann Littlejohn, 1996: 172 berpendapat bahwa Bormann meyakini Rhetorical Vision, “ . . . structure our sense of reality in areas that we cannot experience directly but can only know by symbolic reproduction”. Dalam memberikan pandangan kepada khalayak, diperlukan retorika yang baik. Selanjutnya Bormann menyatakan Fantasy Theme merupakan bagian dari Rhetorical Vision yang lebih besar. Dalam Fantasy Theme manusia berupaya untuk memahami kejadian-kejadian yang terjadi disekelilingnya dengan berbagi cerita dengan sesama. Tindakan inilah yang kemudian memunculkan label tertentu untuk mengartikan kejadian-kejadian yang ada disekelilingnya. Fantasy Theme terdiri dari beberapa elemen yakni : 5. Dramatis personae, karakter-karakter yang dilakoni sebuah peran tertentu. 6. The plot line, alur cerita yang diperankan oleh para karakter tersebut 7. The scene-setting, konteks, atau situasi dimana plot tengah terjadi 8. Sanctioning agent, figure yang dapat memberi legitimasi cerita. Littlejohn, 1996: 172 Fantasy Theme dapat memahami dan memaknai kejadian-kejadian disekeliling kita. Para komunikator, baik komunikator komunikasi publik seperti politisi., tokoh agama maupun komunikator komunikasi massa, sering tanpa disadari menggunakan elemen-elemen dalam fantasy theme untuk memberi label pada cerita yang mereka sampaikan, dan hal itu akan mempermudah pemahaman khalayak terhadap pesan yang disampaikan Universitas Sumatera Utara 54

II. 4. Teori Uses and Gratification