Sasaran dari analisis framing, sebagai salah satu metode analisis wacana, adalah menemukan “aturan dan norma” yang tersembunyi di balik sebuah teks.
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui perspektif atau pendekatan yang dipergunakan oleh sebuah media dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa.
Analisis ini membantu kita melihat secara lebih mendalam bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami Hamad, 2004: 2003
II.2. Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks,
media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing
didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu
Eriyanto, 2004: 252. Pan dan Kosicki menilai, sebagai suatu metode analisis isi, analisis
framing agak berbeda dengan pendekatan yang dipakai dalam analisis isi kuantitatif. Pertama, analisis isi tradisional melihat teks berita sebagai hasil
stimuli psikologis yang objektif, dan karenanya maknanya dapat diidentifikasi dengan ukuranyang objektif pula. Sebaliknya dalam analisis framing, teks berita
dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang dipakai yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain, tidak
ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya teks berita dilihat sebagai seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi. Makna karenanya, tidak
Universitas Sumatera Utara
dimaknai sebagai sesuatu yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan ukuran yang objektif, sebaliknya, ia hasil dari proses konstruksi, dan penafsiran khalayak.
Kedua, analisis framing tidak melihat teks berita sebagai suatu pesan yang hadir begitu saja seperti diandaikan dalam analisis isi tradisional. Sebaliknya, teks berita
dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan proses produksi dan konsumsi atas suau teks. Ketiga, validitas dari
analisis framing tidaklah diukur dari objektivitas dari pembacaan peneliti atas teks berita. Tetapi lebih dilihat dari bagaimana teks menyimpan kode-kode yang dapat
ditafsirkan dengan jalan tertentu oleh peneliti. Ini mengandaikan tidak ada ukuran yang valid, karena tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkan pesan dari
teks berita tersebut catatan kaki dalam Eriyanto, 2004: 251-252. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling
berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya.
Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan
lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan
dalam membuat keputusan tentang suatu realitas. Kedua, konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang,
bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana
konstruksi sosial atas realitas. Frame di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman
Universitas Sumatera Utara
sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat
dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu Eriyanto, 2004: 252-253. Proses framing bagi Pan dan Kosicki berkaitan dengan strategi
pengolahan dan penyajian informasi dalam hubungannya dengan rutinitas dan konvensi profesional jurnalistik Sudibyo, 2001: 187. Dengan cara apa wartawan
atau media menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka atas suatu peristiwa? Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat,
foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca Eriyanto, 2004: 254.
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalkan empat dimensi
struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang
mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi
sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita
−kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu
− ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa,
dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks Sobur, 2004: 175.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis; kedua, struktur skrip; ketiga, struktur tematik;
Universitas Sumatera Utara
keempat, struktur retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Ia dapat diamati dari
bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau
idiom yang dipilih. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa, wartawan akan memaknai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan khalayak
pembaca bahwa berita yang dia tulis itu adalah benar Eriyanto, 2004: 256.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
II.3. Berita dan Konstruksi Realitas