1. Demo BBM rusuh
2. Insiden Unas Universitas Nasional
3. Respon pemerintah kepolisian terhadap demo
Isu berita yang muncul di 1 harian namun tidak dimuat di harian yang lain dipilih 1 berita dari tiap harian. Dari harian Waspada, penulis menemukan berita
dengan isu “Respon Pihak Oposisi terhadap Rencana Pemerintah Menaikkan Harga BBM” tidak dimuat di Harian Analisa. Sedangkan dari Harian Analisa,
penulis menemukan berita dengan isu “Pemeriksaan terhadap Mahasiswa yang Aniaya Polisi” tidak dimuat di harian Waspada.
Selanjutnya, berita-berita dengan isu yang telah disebutkan sebelumnya dianalisis dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki.
IV.2.1. Frame 1: Demo BBM Rusuh
Salah satu hal yang menarik untuk diikuti ketika mahasiswa pemuda melakukan aksi demonstrasi adalah proses berjalannya aksi tersebut. Maksudnya
di sini apakah demo berjalan dengan tertib dan damai atau sebaliknya demo berakhir ricuh atau bahkan terjadi bentrok dengan aparat keamanan. Situasi demo
mahasiswa yang berakhir ricuh itu terkadang membuat orang berkesimpulan demo tidak mampu membawa perubahan menjadi lebih baik. Sebaliknya demo selalu
mengakibatkan kerugian, misalnya: jalanan macet, polusi karena aksi bakar ban, bahkan demo menimbulkan korban meninggal dan luka.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.1.1. Analisis Framing terhadap Harian Waspada
Dalam berita tanggal 16 Mei 2008, Waspada memuat peristiwa demo BBM yang berakhir bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Waspada
memakai judul “Gara-gara Demo BBM Belasan Mahasiswa Luka-Luka”. Dari analisis sintaksis, judul tersebut sudah menunjukkan pandangan Waspada
terhadap aksi mahasiswa menentang rencana kenaikan harga BBM yaitu bahwa demo yang dilakukan mahasiswa itu berakibat buruk pada diri mereka sendiri
dimana terdapat belasan mahasiswa yang luka-luka. Luka tersebut didapat tentu karena melakukan perlawanan terhadap pihak keamanan.
Pandangan Waspada selanjutnya terhadap peristiwa tersebut adalah mengenai aparat kepolisian. Dari keseluruhan isi berita, nilai polisi berlawanan
dengan mahasiswa. Jika polisi memiliki makna petugas keamanan dan ketertiban, aksi demo mahasiswa dipandang anarkis dan harus diamankan. Dalam teks berita
disebutkan bahwa mahasiswa dan pihak kepolisian terlibat bentrok. Di awal paragraf Waspada menunjukkan sikap kepolisian dalam mengamankan aksi
mahasiswa dengan kekuatan dan perlengkapan yang lebih unggul dari pihak mahasiswa. Sehingga dengan kelebihan tersebut aksi mahasiswa dapat diatasi.
Belasan mahasiswa luka-luka terkena lemparan batu petugas kepolisian, termasuk dua warga yang sedang melintas di
depan kampus itu luka-luka terkena lemparan batu. Ratusan anggota Polresta Makassar Timur, Polwiltabes
Makassar dan Brimob Polda Sulsel merangsek ke dalam kampus untuk mengejar mahasiswa yang bertindak anarkis, meringkus lima
mahasiswa, seorang diantaranya mahasiswi dan menggelandang mereka dengan mobil Dalmas ke Mapolresta Makassar Timur
untukdiperiksa.
Tindakan polisi masuk dengan paksa ke areal kampus dimaknai wajar oleh Waspada karena tujuannya adalah untuk menangkap mahasiswa yang bertindak
Universitas Sumatera Utara
anarkis. Waspada juga menuturkan bentrok yang terjadi disulut oleh mahasiswa yang tiba-tiba melempari petugas dengan batu.
Saat Kapolwiltabes mendekati kerumunan massa, salah seorang mahasiswa tiba-tiba melempari petugas dengan batu dari
dalam kampus, sehingga memancing emosi petugas yang kemudian membalas lemparan itu sambil menerobos masuk ke
dalam kampus dari arah depan dan samping, lalu meringkus sejumlah mahasiswa.
Beberapa mahasiswa mengalami luka memar akibat hantaman pentungan petugas.
Bentrok itu terjadi saat petugas hendak membubarkan aksi mahasiswa yang membakar ban di tengah jalan sehingga
memacetkan arus lalu lintas di Jl. Pettarani yang merupakan jalan protokol tersebut. Mereka juga melepas pintu pagar besi kampus
dan memasangnya di tengah jalan sehingga kendaraan tidak bisa melintas.
Waspada terlebih dahulu menceritakan bagaimana situasi bentrok yaitu pengejaran mahasiswa oleh polisi, setelah itu diceritakan asal mula terjadi
bentrok. Pola penyusunan fakta seperti ini menimbulkan pemaknaan polisi terpaksa bertindak kasar terhadap mahasiswa karena dipicu emosi akibat lemparan
batu mahasiswa. Pola penyusunan fakta seperti ini juga memandang aksi mahasiswa anarkis karena telah melempari petugas dengan batu.
Dari analisis tematik, kalimat-kalimat yang digunakan Waspada sebagian besar memposisikan polisi sebagai subjek dan mahasiswa sebagai objek. Seperti
contoh “Belasan mahasiswa luka-luka terkena lemparan batu petugas kepolisian….”, “Ratusan anggota Polresta….merangsek ke dalam kampus untuk
mengejar mahasiswa”. Posisi aparat seperti ini menunjukkan Waspada memaknai dan menulis fakta polisi aktif dalam melakukan tugasnya menjaga ketertiban.
Sedangkan mahasiswa adalah pihak yang lemah sehingga dengan kekuatan yang tidak seimbang mengalami luka-luka.
Universitas Sumatera Utara
Urutan kejadian demo berakhir bentrok yang disusun oleh Waspada juga membawa pemaknaan yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Hampir
semua kalimat pembangun paragraf terdiri dari satu kalimat saja yang ditulis panjang antara 15-30 kata. Penulisan kalimat seperti itu kesinambungan peristiwa
yang dibangun Waspada di mana kalimat dari paragraf yang satu berhubungan dengan paragraf berikutnya. Penonjolan terhadap pihak kepolisian juga terlihat di
tiap paragraf yang selalu memberitakan tindakan yang diambil pihak kepolisian tersebut.
Berdasarkan struktur retoris, Waspada memaknai tindakan-tindakan polisi sebagai tindakan yang kasar. Hal ini terlihat dari penggunaan kata-kata untuk
menekankan tindakan polisi dalam mengamankan aksi mahasiswa. Misalnya kata “merangsek ke dalam kampus”, “meringkus mahasiswa”, dan “menggelandang ke
dalam mobil”. Kalimat tersebut disusun panjang dalam satu paragraf untuk menunjukkan kesinambungan tindakan polisi mulai dari memaksa masuk ke areal
kampus hingga menangkap mahasiswa pengunjuk rasa. Berbeda dengan polisi, Waspada menggunakan kata-kata yang lebih halus dalam menekankan aksi
mahasiswa. Walaupun menggunakan “membakar ban di tengah jalan”, “melepas pintu
pagar besi kampus dan memasangnya di tengah jalan”, aksi anarkis mahasiswa kurang tergambar dalam kata-kata berita tersebut. Sebaliknya, aksi anarkis
diperlihatkan lewat pemakaian kata-kata yang memiliki makna kasar. Unit lain yang dapat diamati dengan analisis retoris adalah cara penulisan headline judul
berita “Gara-gara Demo BBM” lebih besar dari “Belasan Mahasiswa Luka-luka”. Pola penulisan judul seperti itu menimbulkan makna mahasiswa mengalami luka-
Universitas Sumatera Utara
luka karena demo BBM. Penekanannya terletak pada “Belasan Mahasiswa Luka” bukan pada “Demo BBM”. Sehingga pemberitaannya pun tidak mengenai aksi
demo atau orasi BBM tetapi bagaimana mahasiswa luka dalam demo. Selanjutnya tindakan kasar polisi diperlihatkan Waspada pada gambar
foto yang dipakai untuk mewakili situasi yang terjadi. Judul caption foto tersebut adalah “Bentrok Sampai Luka”. Gambar yang dipakai sendiri bukan situasi
bentrrok tetapi 4 orang polisi yang meringkus seorang pengunjuk rasa. Pada gambar semakin ditunjukkan perlakuan kasar aparat kepolisian di mana seorang
polisi ditunjukkan menarik kerah baju demonstran, polisi yang lain memegang sebuah batu runcing yang diarahkan ke kepala si demonstran, sedangkan polisi
yang lain memegang tangan demonstran sehingga tidak dapat bergerak. Ekspresi mahasiswa yang tertangkap gambar itu sangat ketakutan dengan mata tertutup dan
tangannya berusaha melindungi kepalanya dari hantaman batu polisi. Dengan demikian berdasarkan struktur retoris, dalam berita tersebut Waspada memaknai
polisi bertindak kasar dalam menertibkan aksi mahasiswa. Sedangkan aksi anaarkis mahasiswa kurang ditekankan dalam berita.
Berdasarkan hasil wawancara, wartawan Waspada Surya menilai bahwa ada dua pihak yang terlibat dalam aksi mahasiswa apabila berakhir ricuh yaitu
aparat kepolisian dan mahasiswa itu sendiri. Kericuhan aksi juga terjadi tergantung dari dua pihak tersebut. Wartawan Waspada sepakat bahwa kericuhan
dalam aksi bisa merusak citra mahasiswa dan aksinya. Berita tanggal 22 Mei 2008 Waspada juga mengangkat berita dengan isu
yang sama demo BBM rusuh dengan judul “Mahasiswa UI Kena Peluru”. Dari struktur sintaksis, judul ini memberi makna demo BBM kembali menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
korban dari pihak mahasiswa. Dengan menulis judul ini, Waspada cenderung mengarahkan pikiran khalayak tentang siapa pelaku penembakan. Dalam demo,
bentrok tentu terjadi antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan memiliki senjata. Apabila ada korban di satu pihak, maka pelakunya adalah pihak lawan.
Judul seperti itu secara tidak langsung menunjuk polisi sebagai pelaku penembakan.
Dalam tubuh berita, Waspada membuat pernyataan seperti yang diungkapkan secara implisit dalam judul berita. Mahasiswa yang disebut “kena
peluru” pada judul berita, di awal paragraf justru ditulis “diduga tertembak peluru karet”.
JAKARTA Waspada: Mahasiswa Fisip UI, Budi Darma diduga tertembak peluru karet. Peristiwa ini terjadi dalam unjuk
rasa menolak kenaikan BBM di depan Gedung DPR. Aksi mahasiswa di depan Gedung DPR berakhir ricuh.
Akibatnya seorang mahasiswa Fisip UI angkatan 2007, Budi Darma diduga tertembak peluru karet. Karena itu mereka pun
berencana melaporkan hal ini ke Mapolda Metro Jaya.
Mahasiswa diduga tertembak peluru karet ditulis dua kali berturut-turut dari paragraf 1 ke paragraf 2. Ini kembali menunjukkan polisi sebagai pelaku
karena pihak itu yang memiliki senjata. Kalimat selanjutnya mengarahkan polisi sebagai pelaku dengan mengutip pernyataan dari juru bicara BEM SI sebagai
berikut: Tapi entah bagaimana tiba-tiba, terjadi bentrokan. “Ada
polisi yang mengarahkan senjata laras panjang ke Budi Darma, padahal dia hanya pegang bendera,” kata juru bicara BEM SI M.
Ikhsan di RS Pelni, Jl. KS Tubun, Jakarta.
Kutipan langsung tersebut menunjukkan bahwa M. Ikhsan melihat kejadian penembakan. Kutipan itu juga digunakan untuk mendukung argumen
Universitas Sumatera Utara
Waspada dalam judul bahwa pelaku penembakan adalah polisi. Ditambah lagi dengan pernyataan Ikhsan yang mengetahui pelaku penembakan:
Atas tindakan ini, Ikhsan mengaku akan melakukan langkah hukum. “Kami akan lapor ke Polda, kami punya bukti
siapa yang menembak,” tandasnya. Tapi pihak Kepolisian membantahnya.
Ruang bagi pembelaan polisi sendiri terhadap tuduhan tersebut jauh lebih kecil dari ruang yang diberikan kepada mahasiswa. Dari 9 paragraf, pernyataan
bantahan polisi diletakkan pada 2 paragraf terakhir. Tidak benar petugas Polri telah melepaskan tembakan
dalam menjaga unjuk rasa,” kata Kabid Penum Mabes Polri Kombes Pol Bambang Kuncoko dalam siaran persnya.
Dia menjelaskan bahwa dalam menjalankan pengamanan unjuk rasa petugas Polri tidak pernah menggunakan senjata api.
“Polisi tidak membawa senjata api dalam menjaga demonstrasi,” ujarnya.
Secara sintaksis Waspada membenarkan mahasiswa ditembak oleh polisi dengan memberi ruang pemberitaan yang lebih banyak pada pernyataan dari pihak
mahasiswa. Sedangkan dari struktur tematik, pembenaran tersebut ditunjukkan dengan memuat pernyataan Ikhsan yang dalam hal ini berposisi sebagai saksi
melihat ada polisi mengarahkan senjata pada Budi. Sehari berikutnya yaitu tanggal 23 Mei, Waspada mem follow-up isu
penembakan terhadap mahasiswa UI saat demo BBM. Sesuai dengan judulnya “28 Mahasiswa Demo BBM Masih Ditahan Polisi Bantah Mahasiswa Ditembak
Peluru Karet”, tubuh berita membahas hal yang sama. Secara sintaksis, ruang pemberitaan Waspada tetap difokuskan pada
jawaban polisi berupa bantahan atas tuduhan penembakan terhadap mahasiswa UI. Dalam headline, posisi bantahan polisi itu ditempatkan sebagai sub-judul.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam tubuh berita, ruang pemberitaan bagi bantahan polisi cukup besar, bahkan dalam judul kecilnya “Luka Lecet” tentang mahasiswa yang
dikabarkan ditembak, pihak kepolisian yaitu Kadiv Humas Polri juga menyatakan bantahan atas dugaan tersebut. Waspada menggunakan kata “ditegaskannya lagi”
sebagai makna keyakinan narasumber bahwa aparat tidak bersalah. Ditegaskannya lagi bahwa polisi tidak menembakkan
peluru karet ke arah mahasiswa, karena polisi tidak dilengkapi dengan senjata.
Bila dianalisis secara skrip, berita ini menjadi penyeimbang berita sehari sebelumnya. Jika berita yang tanggal 22 Mei menyatakan korban hanya dari pihak
mahasiswa, pada berita tanggal 23 Mei ini di awal paragraf Waspada menempatkan pernyataan bahwa korban juga jatuh dari pihak polisi.
JAKARTA Waspada: Polisi membantah melakukan penembakan terhadap mahasiswa, namun tidak menampik tiga mahasiswa terluka,
termasuk dua anggota polisi saat aksi demo menentang kenaikan harga BBM di DPR RI.
Secara tematik, tema yang ditonjolkan dari berita adalah polisi tetap membantah menembak mahasiswa. Tema tersebut dapat dilihat dari kutipan-
kutipan narasumber pihak kepolisian. Bantahan itu diperkuat dengan pernyataan pihak kepolisian bahwa dalam menjaga mengamankan aksi demo, aparat tidak
menggunakan senjata. “Tidak ada petugas kita menggunakan senjata,” sebut Kabid
Humas Polda Metro Jakarta Raya, Kombes Pol. I Ketut Untung Yoga Ana kepada wartawan, Kamis 225.
Aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM tidak hanya terjadi ketika pemerintah mengumumkan rencana tersebut, namun juga pasca pengesahan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan terkait tarif baru BBM. Oleh Waspada, berita aksi unjuk rasa mahasiswa menolak kebijakan itu dimuat, pada berita tanggal 25 Juni 2008. judul
yang dipakai Waspada cukup panjang, “Demo BBM Rusuh 8 Mobil Rusak, 1 Dibakar, 16 Orang Ditangkap, 16 Polisi Dan 2 Wartawan”. Dari judul tersebut
Waspada menekankan kerusuhan akibat demo aksi unjuk rasa telah memakan banyak korban. Penekanan tema berita ditunjukkan juga dalam sub judul 8 Mobil
Rusak, 1 Dibakar,….yang sekaligus merupakan kesimpulan isi berita. Dapat dilihat frame yang dibentuk Waspada adalah aksi unjuk rasa
mahasiswa mengakibatkan timbulnya banyak kerugian, baik harta benda maupun individu. Berbeda dengan demo mahasiswa yang berakhir rusuh liputan Waspada
selama ini, pada judul berita tanggal 25 Juni Waspada menambahkan sub judul tentang statistik kerugian dan korban yang ditimbulkan oleh demo BBM yang
rusuh. Berdasarkan struktur sintaksis, pandangan Waspada dapat dilihat dari
skema atau bagan berita. Di awal paragraf dijelaskan asal mula bentrok terjadi karena mahasiswa merangsek brigade pertahanan polisi yang menjaga gedung
parlemen. Selanjutnya juga menyebutkan secara rinci jumlah korban akibat kerusuhan tersebut. Waspada memberi ruang yang cukup besar bagi pemberitaan
tentang korban-korban akibat demo, yaitu sebanyak 5 paragraf dari awal pemberitaan.
Berita ini sama sekali tidak menyoroti berapa banyak korban mahasiswa yang jatuh, sebaliknya korban yang disoroti adalah dari pihak kepolisian, warga
sipil, dan wartawan. “Polisi jadi korban 16 orang, Brimbo dan Samapta. Karena
mengalami luka seperti memar dan lebam-lebam yang umumnya
Universitas Sumatera Utara
disebabkan lemparan batu dan bom molotov,” ungkap Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira dalam jumpa
pers di Mapolda Metro Jaya, Jl. Sudirman, Jakarta.
Warga umum yang terluka 5 orang yakni seorang Pamdal, 2 orang wartawan dan 2 warga. Namun tak ada yang mengalami
luka serius. Selain itu, diberitakan juga korban materi akibat kerusuhan tersebut.
“Kendaraan yang rusak, 1 karavan Lantas, 1 Hartop Lantas, 3 truk polisi, 2 patroli kota, 1 Avanza plat merah milik Kementrian
Ristek dan 1 Kijang logistik milik Polri,” lanjut Abubakar. Mobil Avanza milik Kementrian Ristek bukan sekedar
rusak tapi hangus terbakar. Bangkainya saat ini dievakuasi ke pinggir jalan Sudirman.
Penyusunan fakta seperti ini dengan jelas menunjukkan bahwa demo mahasiswa menyebabkan kerusuhan dan menimbulkan korban. Fakta yang
pertama ditulis Waspada terdapat pada paragraf 1 yaitu kenapa kerusuhan terjadi, seperti yang disebutkan sebelumnya kerusuhan bermula karena mahasiswa
merangsek brigade pertahanan polisi untuk bisa masuk ke gedung parlemen. Fakta yang ditempatkan berikutnya adalah korban-korban akibat demo. Aksi anarkis
mahasiswa yang ditunjukkan lebih jelas lagi terlihat pada paragraf berikut ini: Mahasiswa kemudian menjebol pagar pembatas jalan tol
dalam kota di depan gedung parlemen dan memblokir jalan tol yang mengakibatkan kemacetan kendaraan. Di ruas jalan tol dalam
kota, mahasiswa membakar ban bekas. Mahasiswa juga melemparkan batu ke arah brigade polisi.
Dari segi narasumber, berita ini hanya memuat kutipan dari narasumber yang berasal dari pihak kepolisian. Keadaan ini tentu menyudutkan pihak
mahasiswa sebab pernyataan tersebut mengandung informasi yang diketahui, dialami, dan dilakukan polisi. Kutipan pernyataan itu pada akhirnya juga
mendukung frame yang dibentuk yaitu rusuh. Berita yang diturunkan Waspada ini tidak mengandung unsur cover both side. Terlihat dari ruang pemberitaan bagi
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa yang tidak ada. Baik dari segi narasumber, latar informasi, penulisan, maupun penekanan fakta. Secara keseluruhan, tema yang diusung berita ini
tematik adalah kerusuhan akibat demo mahasiswa dan keberhasilan polisi dalam menangani situasi rusuh, polisi juga berhasil menangkap mahasiswa-mahasiswa
yang diduga melakukan pengrusakan terhadap fasilitas umum pribadi. Dari struktur retoris, terlihat jelas pada pola penulisan judul Waspada di
mana “Demo BBM Rusuh” dengan ukuran lebih besar daripada “8 Mobil Rusak, 1 Dibakar, 16 Orang Ditangkap,….”. Pola penulisan judul seperti ini memaknai
demo BBM yang rusuh mengakibatkan korban seperti yang ditulis lebih kecil itu. Kejelasan makna rusuh juga ditunjukkan pada gambar foto headline. Seperti pada
judul foto yaitu “Rusak Mobil”, gambar memperlihatkan demonstran yang merusak mobil dengan menendangnya. Latar belakang foto sendiri
memperlihatkan kerusuhan di mana ada tumpukan benda-benda yang dibakar, batu-batu berserakan, dan banyak orang membentuk kelompok-kelompok. Objek
utama yaitu perusakan mobil oleh demonstran ini mewakili situasi rusuh yang diberitakan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Perangkat Penanda Frame Demo BBM Rusuh di Harian Waspada.
Frame: Demo BBM oleh Mahasiswa Rusuh dan Menimbulkan Korban Elemen
Strategi Penulisan
Sintaksis Demo tidak membawa pengaruh baik, sebaliknya
berakibat buruk karena menimbulkan jatuhnya korban fisik manusia dan materi. Terhadap berita-berita dengan
isu kerusuhan, Waspada memandang kerusuhan terjadi karena mahasiswa melakukan perlawanan terhadap
polisi. Skrip
Aksi anarkis mahasiswa seperti melempari batu, bom molotov, merangsek pengamanan polisi menyebabkan
kerusuhan. Pihak kepolisian dikisahkan sebagai pihak keamanan, pengendali ketertiban dengan peralatan yang
dimiliki. Tematik
1 Kerusuhan akibat demo mahasiswa, 2 Polisi berhasil dalam menangani situasi rusuh.
Retoris Pemakaian gambar demonstranmahasiswa merusak
kendaraan dalam demo BBM menekankan kerusuhan dilakukan oleh mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.1.2. Analisis Framing terhadap Harian Analisa
Analisa juga memuat pemberitaan mengenai kerusuhan yang terjadi saat demo BBM yaitu pasca kebijakan kenaikan harga BBM berita tanggal 25 Juni
2008. Setelah diteliti, berita yang diturunkan Analisa ini sama dengan berita yang diturunkan Waspada pada tanggal yang sama. Hasil framing terhadap Analisa,
walaupun memiliki kesamaan dengan berita Waspada, tetap menunjukkan perbedaan dalam memaknai demo BBM yang rusuh.
Berita yang menjadi headline harian Analisa edisi 25 Juni 2008 ini adalah unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM yang berakhir rusuh. Berita tersebut
berjudul “Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR MPR Rusuh”. Berbeda dengan Waspada yang menekankan isu berita pada banyaknya korban akibat kerusuhan,
Analisa tidak memuat isu tersebut. Dari struktur sintaksis, judul Analisa ini memaknai unjuk rasa BBM berakhir rusuh. Di awal paragraf, Analisa memuat
latar belakang terjadinya kerusuhan dan bagaimana kerusuhan itu berlangsung. Bentrokan mahasiswa dengan aparat kepolisian terjadi
setelah mahasiswa merangsek brigade pertahanan polisi yang menjaga gedung parlemen.
Mahasiswa kemudian menjebol pagar pembatas jalan tol dalam kota di depan gedung parlemen dan memblokir jalan tol
yang mengakibatkan kemacetan kendaraan. Di ruas jalan tol dalam kota, mahasiswa membakar ban
bekas. Mahasiswa juga melemparkan batu ke arah brigade polisi.
Dalam berita ini Analisa menonjolkan kerusuhan melalui aksi mahasiswa pada awal paragraf tersebut, seperti: merangsek brigade, menjebol pagar,
memblokir jalan, membakar ban, dan melempari batu. Kericuhan terjadi tentu karena ada perlawanan dari kedua belah pihak. Dalam paragraf selanjutnya,
Universitas Sumatera Utara
Analisa menunjukkan perlawanan pihak kepolisian yang kemudian melakukan penertiban jalan dan penangkapan terhadap demonstran.
Aparat kepolisian yang mengerahkan lebih dari sepuluh kendaraan “water canon” termasuk kendaraan pemadam kebakaran
kemudian menyemprotkan air ke kelompok pengunjuk rasa. Mahasiswa kucar-kacir terkena semprotan air dan polisi
kemudian memburu mahasiswa sampai ke dalam ruas jalan tol. Setelah mahasiswa kabur, polisi kemudian membersihkan
jalan tol dari ban bekas dan bebatuan dengan menyemprotkan air.
Narasumber yang dipakai dalam berita ini juga hanya berasal dari pihak kepolisian yaitu Kadiv Humas Polri Abubakar Nataprawira. Kutipan pernyataan
narasumber itu diletakkan pada judul kecil “17 Orang Ditangkap”. Dalam berita ini, porsi pemberitaan bagi pihak mahasiswa tidak ada. Hal ini membuat
pemberitaan yang tidak berimbang dengan menggunakan pernyataan dari 1 pihak, berita ini memaknai situasi kerusuhan terjadi karena mahasiswa yang memulai
perlawanan dengan menjebol pertahanan polisi. Karena narasumber yang dipakai adalah polisi, tentu polisi memberikan info yang menguntungkan pihaknya.
Dalam berita ini, Analisa menggunakan pernyataan polisi di sub judul sebagai tambahan informasi yang diturunkan. Dari sisi skrip, frame Analisa
terhadap demo rusuh juga ditunjukkan dalam cara penulisan berita fakta. Bila dianalisis dari cara penulisan berita yang konvensional: apa yang diberitakan,
siapa yang terlibat, bagaimana peristiwa diberitakan, dan hasil akibat kerusuhan. Teks berita menyajikan situasi rusuh dalam demo BBM terjadi akibat bentrok
mahasiswa dengan polisi. Bentrok ditunjukkan dalam aksi lempar batu oleh mahasiswa dan menyemprotkan “water canon” oleh polisi.
Cara bercerita Analisa menempatkan aksi mahasiswa di awal teks berita, kemudian disusul aksi polisi mengatasi perilaku mahasiswa, sebagai akhir cerita
Universitas Sumatera Utara
adalah keberhasilan polisi menangkap sejumlah demonstran. Berita tersebut sebenarnya menunjukkan pembingkaian Analisa pada aksi-aksi polisi mulai dari
menertibkan aksi mahasiswa yang berusaha masuk ke gedung parlemen, mengatasi kemacetan akibat ban yang dibakar mahasiswa, dan batu yang
berserakan di jalan tersebut, kemudian menangkap mahasiswa pengunjuk rasa. Secara struktur tematik, seperti apa yang sudah diutarakan dalam analisis
skrip tema yang diusung lewat berita ini adalah aksi-aksi polisi dalam menertibkan aksi dan menangkap mahasiswa. Aksi mahasiswa harus diamankan
sebab telah menyebabkan kerugian. Hal ini juga menunjukkan aksi mahasiswa tidak berdampak positif.
Di beberapa tempat, pagar pemisah tol dalam kota rusak terkoyak. Kerusakan paling parah terjadi di pagar jalan tol di depan
gedung MPR DPR yakni sejauh 30 meter. Aksi mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM itu,
tidak saja memporak-porandakan pagar pembatas jalan tol, tetapi juga membobol dan merobohkan pagar gedung MPR DPR.
Berdasarkan hasil wawancara, wartawan Analisa War Djamil menilai aksi mahasiswa bisa bernilai negatif dan positif. Nilai itu tergantung dari jelas
tidaknya materi tuntutan dalam demo, positif-negatifnya sasaran dan latar belakang demo. Analisa menyatakan bahwa sebagai pers, mereka selalu melihat
aksi mahasiswa sebagai hal yang positif. Kerusuhan dalam aksi selalu dicari penyebabnya sehingga tidak selalu menilai aksi itu salah.
Berdasarkan struktur retoris, gambar yang digunakan Analisa memaknai bentrokan antara mahasiswa dan polisi. Gambar tersebut menunjukkan aksi
mahasiswa yang melempari batu ke arah polisi, sedangkan polisi menyiram “water canon” ke arah mahasiswa. Situasi rusuh sendiri diperlihatkan melalui latar
Universitas Sumatera Utara
gambar mahasiswa-mahasiswa yang berusaha melindungi diri mereka dari siraman polisi sambil berusaha melempar batu.
Tabel 9. Perangkat Penanda Frame Demo BBM Rusuh di Harian Analisa.
Frame: Bentrokan antara mahasiswa dengan polisi penyebab kerusuhan demo BBM
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Unjuk rasa berakhir ricuh karena mahasiswa merangsek
pertahanan polisi sehingga polisi melakukan perlawanan dan penangkapan.
Skrip Demo BBM berubah ricuh karena bentrokan antara
mahasiswa dan aparat kepolisian. Tematik
Aksi polisi dalam mengamankan situasi yang semakin rusuh karena mahasiswa berusaha masuk ke dalam
gedung parlemen. Retoris
Gambar foto: bentrok antara mahasiswa dengan polisi. Mahasiswa melakukan aksi lempar batu ke arah polisi
sedangkan polisi menyemprotkan “water canon” ke arah mahasiswa. Situasi ricuh diperlihatkan melalui latar
gambar mahasiswa-mahasiswa yang berusaha melindungi diri dari siraman polisi sambil berusaha
melempar batu.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.2. Frame 2: Insiden Universitas Nasional