Frame 2: Insiden Universitas Nasional

IV.2.2. Frame 2: Insiden Universitas Nasional

Aksi unjuk rasa mahasiswa menolak kenaikan harga BBM yang paling mendapat sorotan media Indonesia adalah aksi mahasiswa Universitas Nasional Unas. Aksi penolakan tersebut berubah menjadi ricuh dan bentrok antara mahasiswa dan aparat kepolisian. Isu ini semakin mencuat ketika timbul korban meninggal dari pihak mahasiswa yang diduga akibat bentrok dengan aparat. Isu yang banyak diangkat media dari peristiwa ini adalah anarkisme dan pelanggaran hukum penyelesaian secara hukum.

IV.2.2.1. Analisis Framing terhadap Harian Waspada

Waspada menampilkan beragam pemaknaan atas berita-berita seputar isu Insiden Unas yang diturunkannya. Berita pertama tanggal 25 Mei berjudul “Penyerangan Polisi ke Kampus Unas Langgar HAM”. Secara sintaksis kalimat judul tersebut sudah merupakan pemaknaan Waspada sendiri tentang posisi polisi sebagai pihak yang bersalah. Dalam tubuh berita, judul ini didukung oleh kutipan pernyataan Ridha Saleh, Wakil Ketua Komnas HAM. “Dengan melakukan pemukulan dan penangkapan saat mahasiswa sedang berdemo menolak kenaikan BBM oleh polisi, itu pelanggaaran HAM,” katanya, di Jakarta, Sabtu 245 siang. Makna lain yang dimunculkan Waspada terlihat dari berita tanggal 27 Mei. Insiden Unas menimbulkan citra yang sangat buruk terhadap kampus tersebut, di samping kerusuhan yang mengakibatkan kerusakan fasilitas kampus, penangkapan sejumlah mahasiswa, juga penemuan barang-barang terlarang, dan bahan peledak di areal kampus. Dalam berita yang berjudul “Rektor: Demo Unas Disusupi Orang Bukan Mahasiswa” ini, Waspada menunjukkan perhatian Universitas Sumatera Utara pimpinan Unas Rektor dengan membela mahasiswa dan nama kampus itu. Skema ini terlihat di awal paragraf. Waspada menempatkan pernyataan tegas Rektor itu sebagai informasi yang sangat penting. Pernyataan itu dimaknai sebagai pembelaan usaha pengembalian nama baik kampus. JAKARTA Antara: Rektor Unas menegaskan, aksi mahasiswa Universitas Nasional Unas, Jumat 235 pagi yang berakhir bentrok dan penyerbuan aparat kepolisian diduga kuat disusupi oleh kelompok atau orang bukan berstatus mahasiswa Unas. Waspada juga memaknai isu pro-kontra penyebab kematian salah seorang mahasiswa Unas. Secara sintaksis, Waspada memahami peristiwa meninggalnya mahasiswa Unas sebagai kasus yang belum terpecahkan. Judul “Kematian Mahasiswa Unas Masih Misteri” ini memperlihatkan makna tersebut. Jika sebelumnya citra Unas yang menjadi buruk, peristiwa ini mendorong pemikiran khalayak bahwa mahasiswa tersebut meninggal akibat dianiaya polisi. Dalam berita yang sama Waspada memuat pernyataan Kadiv Humas Polri sebagai pembelaan dan bantahan atas tuduhan tersebut. Terkait isu ini Waspada juga memuat pernyataan Wapres RI di berita yang lain 23 Juni. Pernyataan tersebut menjadi penting karena dikeluarkan oleh Wakil Presiden, di samping itu pernyataan ini dimuat untuk menertibkan pro-kontra yang terjadi. “Persoalan kematian mahasiswa Unas itu kita percayakanlah pada ahlinya dan yang berwenang,” jawabnya singkat kepada sejumlah wartawan…. Pemaknaan yang muncul lewat struktur sintaksis juga dapat dilihat dari strategi pengisahan skrip Waspada. Usaha pembelaan terhadap mahasiswa dan kampus oleh Rektor Unas diceritakan secara berkesinambungan di tiap Universitas Sumatera Utara paragrafnya. Usaha pembelaan itu ditunjukkan melalui bukti yang didapat melalui investigasi pihak Unas. Dari hasil investigasi tersebut diketahui bahwa sebagian orang yang ditangkap polisi bukanlah mahasiswa Unas. Di balik cerita tersebut, dapat dilihat bagaimana usaha pihak Unas dalam memperbaiki nama baik kampus dan membebaskan mahasiswa. Pembelaan kuat tersebut juga ditunjukkan Waspada melalui pengisahan pandangan-pandangan Rektor Unas atas bukti yang ditemukan pihak kepolisian di areal kampus. Berkaitan dengan ditemukannya dua buah granat tangan nanas di Kampus Unas, Rektor Unas menduga ada upaya pihak tertentu untuk mendeskriditkan Unas. Karena itu, pihak Unas mendesak Polri agar mengusut masalah tersebut sampai tuntas. ……………………………………………………………………... Mengenai ditemukannya ganja di kampus itu, Rektor Unas menjelaskan, hal itu harus diselidiki. Unas sejak 1980-an menerapkan larangan bagi civitas akademika membawa ganja dan Narkoba ke kampus. Jika terbukti membawa Narkoba ke kampus diberhentikan dipecat. Pro-kontra penyebab kematian mahasiswa Unas terlihat dari cara penceritaan Waspada. Tanggal 21 Juni Waspada menampilkan judul pro-kontra tersebut. Awal pemberitaan mengisahkan bantahan Abubakar tentang penganiayaan sebagai penyebab kematian Maftuh. Sedangkan pro-kontra dihadiran dalam 1 sub-judul “AIDS”. Pola pengisahan berita seperti ini memperlihatkan kemungkinan besar bantahan Abubakar adalah benar. Pernyataan pihak kedokteran sebagai yang ahli di bidang medis mendukung pernyataan Abubakar. Pengisahan pernyataan mahasiswa yang kontra dengan hasil otopsi tersebut sepertinya hanya dijadikan sebagai penyeimbang berita. Dari berita selanjutnya Waspada mengisahkan hasil otopsi yang mencirikan penyakit yang Universitas Sumatera Utara diderita mahasiswa tersebut. Stategi pengisahan seperti ini menunjukkan pembenaran akan keyakinan Abubakar. Citra kepolisian Indonesia menjadi negatif dengan berita “Enam Polisi Tersangka Insiden Unas”. Dalam berita ini, Waspada menuturkan pelanggaran polisi dalam mengamankan aksi. Dia menuturkan, kesalahan enam orang dari Satuan Pengendali Massa Dalmas Polres Jaksel itu melakukan pelanggaran dengan memukul mahasiswa sewaktu melakukan penangkapan di Unas. Berdasarkan unsur tematik, ada dua tema dominan yang diusung Waspada. Pertama, polisi melanggar peraturan dalam mengamankan aksi mahasiswa. Tema ini muncul dan ditekankan lewat pernyataan Komnas HAM. Judul berita tanggal 25 Mei misalnya mewakili makna yang dibawa. Tema yang sama muncul kembali pada berita tanggal 31 Mei. Dalam tubuh berita dituliskan fakta pemeriksaan dan penetapan status tersangka pada sejumlah polisi. Pelanggaran polisi tersebut ditekankan dalam kalimat di sub-judul sebagai berikut: JAKARTA Antara: Pihak kepolisian berdasarkan hasil pemeriksaan awal telah menetapkan enam petugas kepolisian sebagai tersangka insiden penyerbuan ke Kampus Universitas Nasional Unas di Jakarta Selatan, Sabtu 245 pagi. Kedua, mahasiswa Unas, Maftuh Fauzi meninggal bukan karena penganiayaan. Penyebab kematian Maftuh disajikan lewat penulisan detail hasil pemeriksaan yang tidak sama oleh beberapa rumah sakit. Namun, di awal teks Waspada memuat pernyataan tegas Kadiv Humas Polri bahwa Maftuh meninggal bukan karena penganiayaan 21 Juni. “….Tapi saya dapat memastikan, penyebab kematian bukan karena penganiayaan,” katanya. Universitas Sumatera Utara Pada berita tanggal 23 Juni, Waspada lebih jelas memuat perbedaan hasil pemeriksaan tim medis. Jika dalam berita tanggal 21 Juni Waspada menyatakan “Kematian Mahasiswa Unas Masih Misteri”, dalam berita ini Waspada memuat beberapa versi tim medis tersebut. Informasi terkait ditulis dalam paragraf yang berurutan untuk menunjukkan lebih jelas hasil pemeriksaan yang berlawanan itu. Sementara kasus kematian Maftuh penyebabnya masih ada beberapa versi, yaitu berdasarkan Rumah Sakit Pusat Pertamina RSPP Jalarta, almarhum terkena virus HIV AIDS, dan dari Rumah Sakit RS UKI menerangkan terdapat dua luka di kepala mahasiswa Unas itu. Proposisi yang berlawanan ditunjukkan di akhir paragraf tentang hasil pemeriksaan RS UKI. Paragraf berikutnya Waspada menulis fakta tentang hasil otopsi tim medis. Sedangkan keterangan RS Margono, Kabupaten Kebumen dan Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, ditemukan dua luka memar di kepala, luka jahit di dada, infeksi akut dan pembengkakan hati. Kata “sementara” menunjukkan koherensi pembeda dengan paragraf sebelumnya. Gabungan hasil pemeriksaan RSPP dan RS UKI yang berbeda ternyata menjadi hasil otopsi tim medis. Walaupun tidak disebutkan dalam hasil otopsi Maftuh menderita AIDS, penulisan ditemukannya organ-organ tubuh Maftuh yang tidak normal infeksi dan pembengkakan hati memaknai bahwa Maftuh menderita suatu penyakit. Pro-kontra penyebab kematian mahasiswa Unas apakah dianiaya atau karena penyakit secara tidak langsung dijawab di akhir berita. Terkait hasil otopsi, ketua tim forensik RSUD Margono Soekarjo, dr. M. Zaenuri Samsul Hidayat mengatakan, adanya luka memar akibat bersentuhan dengan benda tumpul. Universitas Sumatera Utara Menurut dia, luka ini telah mengalami kesembuhan, sedangkan di bagian rongga kepala tidak ditemukan tanda-tanda pendarahan atau kerusakan. Dia mengatakan, tim juga menemukan adanya luka yang telah dijahit dan mengalami penyembuhan di dada kiri bagian atas. Namun kata dia, pada pemeriksaan rongga dada terdapat tanda-tanda infeksi akut pada kedua paru-paru. “Bahkan, kita juga dapat melihat dengan mata telanjang adanya pembesaran hati dan limpa yang akut dan menahun,” katanya. Secara retoris, penekanan fakta bahwa Maftuh meninggal karena sakit ditunjukkan pada kalimat terakhir “Bahkan, kita juga dapat melihat dengan mata telanjang adanya pembesaran hati dan limpa yang akut dan menahun”. Kata “akut dan menahun” mengartikan organ yang disebut sudah rusak parah dan menahun. Waspada menyatakan secara tidak langsung penyebab kematian Maftuh karena penyakit. Dari segi gambar, Waspada memberi penekanan dengan memuat gambar orang tua dan wali mahasiswa Unas. Ekspresi yang ditunjukkan para orang tua dan wali tersebut menunjukkan perasaan sedih karena penangkapan mahasiswa. Judul caption foto tanggal 28 Mei “Mengadu ke Komnas” ditambah dengan ekspresi tangis para orang tua tersebut menekankan perasaan sedih mereka atas penangkapan anak-anaknya sehingga mengadu meminta pihak Komnas HAM membela hak dan memperjuangkan kebebasan mahasiswa tersebut. Dalam teks berita, ekspresi kesedihan itu ditunjang dengan pernyataan orang tua yang merasa penangkapan mahasiswa-mahasiswa itu tidak adil, misalnya dari perlakuan polisi terhadap mahasiswa yang tidak baik dan salah tangkap terhadap mahasiswa. Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Perangkat Penanda Frame Insiden Unas di Harian Waspada. Frame: Polisi melanggar HAM, mahasiswa Unas meninggal bukan karena penganiayaan. Elemen Strategi Penulisan Sintaksis 1 Polisi melanggar peraturan dalam menangani kasus Insiden Unas, 2 Rektor Unas menunjukkan perhatian pada demo yang berakhir ricuh di Unas, 3 Pro-kontra kematian mahasiswa Unas. Skrip 1 Pengisahan pandangan Rektor terhadap bukti-bukti temuan polisi, 2 Pengisahan pernyataan medis dan hasil otopsi Maftuh. Tematik 1 Polisi melanggar peraturan dalam mengamankan aksi mahasiswa, 2 Penyebab kematian mahasiswa Unas adalah penyakit bkan penganiayaan. Retoris 1 Gambar: ekspresi kesedihan keluarga mahasiswa Unas yang ditangkap polisi yang menekankan permintaan pembebasan mahasiswa Unas, 2 Penekanan pada pernyataan hasil otopsi tim medis menekankan Maftuh meninggal karena penyakit. Universitas Sumatera Utara

IV.2.2.2. Analisis Framing terhadap Harian Analisa

Peristiwa Insiden Unas pertama kali diberitakan Analisa dalam edisi 25 Mei 2008 dengan judul “Penyerangan Polisi ke Kampus Unas Langgar HAM”. Pada berita ini, Analisa memandang tindakan polisi memasuki wilayah kampus untuk mengejar mahasiswa sebagai tindakan penyerangan dan melanggar HAM. Secara sintaksis, judul tersebut secara tegas membingkai pengejaran mahasiswa oleh polisi sampai kea real kampus sebagai pelanggaran, frame ini dapat dilihat dari cara penulisan Analisa. Latar yang dibangun dalam berita ini adalah tindakan anarkis aparat kepolisian dalam mengamankan aksi. Analisa memakai pernyataan Ridha Saleh Wakil Ketua Komnas HAM sebagai pembuka paragraf berita tentang tindakan polisi tersebut. Dalam berita juga dikutip pernyataan Ridha Saleh terkait pelanggaran apa saja yang dilakukan aparat. JAKARTA Analisa Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM, Ridha Saleh menyatakan, tindakan polisi menyerang kampus Universitas Nasional Unas dengan memukuli mahasiswa, melanggar HAM dan pimpinan kepolisian harus menindak anak buahnya yang berlaku brutal itu. “Dengan melakukan pemukulan dan penangkapan saat mahasiswa sedang berdemo menolak kenaikan BBM oleh polisi, itu pelanggaran HAM,” katanya, di Jakarta, Sabtu. ……………………………………………………………………… “Bahkan laporan dari mahasiswa, aparat polisi itu menggunakan kata-kata kasar kepada mahasiswa, seperti, “bunuh”, atau “habisi saja”. Itu sudah melanggar HAM,” katanya. Selain Ridha Saleh, Analisa juga memuat narasumber Alysius Rebong Ketua Umum Perhimpunan Alumni Aktivis Universitas Nasional dan Andi Gembul Sekretaris Perhimpunan Alumni Aktivis Universitas Nasional. Pernyataan-pernyataan mereka juga mendukung pembingkaian pelanggaran HAM Universitas Sumatera Utara oleh aparat. Berita ini tidak memuat pernyataan dari pihak kepolisian sebagai penyeimbang sehingga semakin menonjolkan tindak kekerasan aparat dalam mengamankan aksi. Dari struktur skrip, cara pengisahan berita ini menonjolkan fakta melalui pernyataan-pernyataan narasumber. Dari awal sampai akhir pemberitaan, Analisa mengisahkan tindakan kepolisian yang disebut melanggar HAM tersebut. Misalnya menyerang kampus, pemukulan dan penangkapan, dan pengrusakan fasilitas kampus. Sehari berikutnya, Analisa memuat berita lain dari sisi yang berlawanan yaitu kepolisian 26 Mei dengan judul “Polri: Mahasiswa Serang Polisi dengan Batu dan Molotov”, dengan judul kecil “Mahasiswa Unas Ancam Serbu Polres Jaksel Senin”. Berita ini merupakan follow-up news dan bisa disebut sebagai berita pembelaan diri polisi terhadap isu yang dituduhkan pada mereka. Secara sintaksis, seperti judul, di awal paragraf Analisa memuat pernyataan dari pihak kepolisian sebagai pembelaannya. Jakarta, Analisa Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Abubakar Nataprawira mengatakan, ratusan mahasiswa telah terlebih dahulu menyerang polisi sehingga membuat persediaan polisi menanggapi para mahasiswa di depan kampus Universitas Nasional Unas, Jakarta Sabtu 245 saat unjuk rasa menolak kenaiakan bahan baker minyak BBM. Pada teks berita selanjutnya merupakan bantahan pihak kepolisian atas tuduhan penyerangan polisi ke dalam kampus. Narasumber yang dimuat adalah Abubakar Nataprawira. Pernyataan Abubakar yang dikutip Analisa memaknai bahwa penyerangan mahasiswa tersebut merupakan tindak pidana yang harus ditangkap walau ke areal kampus sekalipun. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan skema berita, makna yang dibangun adalah pelaku anarkis yang sebenarnya adalah mahasiswa karena menyerang polisi lebih dahulu. Sejalan dengan berita tersebut, tanggal 27 Mei Analisa memuat kembali pembelaan aparat kepolisian dengan memakai narasumber pihak kepolisian yang jabatannya lebih tinggi yaitu Kapolri Sutanto. Judul berita “Kapolri: Tidak Ada Pelanggaran HAM tapi Penindakan Secara Hukumi” menegaskan makna bahwa aparat tidak bersalah atas Insiden Unas. Secara sintaksis, pernyataan Kapolri sebagai judul berita dinilai cukup penting, dalam teks berita ditunjukkan kesalahan-kesalahan mahasiswa dalam berunjuk rasa sehingga patut ditindak secara hukum. Dalam tubuh berita, Analisa juga memuat kembali kutipan pernyataan Ridha Saleh yang menyatakan polisi melanggar HAM. Dilanjutkan dengan penjelasan Kapolri yang memaknai aksi polisi adalah untuk menjaga kenyamanan dan keamanan masyarakat sekitar. Strategi penyusunan berita seperti ini memposisikan pernyataan Ridha Saleh sebagai berita yang tidak lengkap karena tidak memuat alasan aparat mengejar mahasiswa. Posisi pernyataan Ridha Saleh dinilai cukup penting ditempatkan di paragraf awal namun menunjukkan nilai negatif karena diapit oleh pernyataan panjang dari pihak kepolisian yang membantah pernyataan Komnas HAM tersebut. Dari segi struktur skrip, kedua berita tersebut 26 dan 27 Mei mengisahkan secara detail kronologis latar belakang masuknya aparat ke kampus Unas untuk menangkap mahasiswa. Pada berita tanggal 26 Mei, penonjolan klimaks cerita terlihat dari pengisahan terjadinya pengejaran mahasiswa oleh polisi. Universitas Sumatera Utara Aksi serangan mahasiswa kepada polisi itu terjadi pada pukul 04.30 WIB. Malam harinya, Jumat 235, sekitar pukul 20.00 WIB, polisi sempat diserang dengan bom molotov namun aksi ini mereda pada pukul 22.00 WIB. “Antara pukul 22.00 WIB hingga 04.30 WIB, situasi tertib. Mahasiswa masuk ke dalam kampus, polisi di luar. Karena itulah, polisi santai-santai di luar kampus untuk istirahat. Tidak diduga, pagi hari pada pukul 04.30 WIB, polisi diserang ratusan mahasiswa,” katanya. Setelah memberitakan tuduhan dan bantahan kepolisian terkait penangkapan mahasiswa sampai masuk ke areal kampus Unas, Analisa memuat berita lain dengan makna yang berbeda dari sebelumnya. Pihak Polda Metro Jaya memutuskan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah petugas kepolisian terkait Insiden Unas. Berita tanggal 29 Mei, dengan judul “Polda Metro Jaya Periksa 78 Petugas Kepolisian terkait Insiden Unas” ini, khalayak digiring pada pemaknaan bahwa tindakan tersebut mengikuti permintaan Komnas HAM dan mengabaikan pernyataan Kapolri sendiri. Walau tidak memuat latar alasan kenapa akhirnya dilakukan pemeriksaan terhadap 78 petugas kepolisian tersebut, dalam teks Analisa kembali memuat 1-2 paragraf berita tentang pernyataan Kapolri dan Ridha Saleh. Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Sutanto pada Senin 265 mengatakan, tidak ada pelanggaran hak asasi manusia HAM saat polisi menangkap para pengunjuk rasa di depan Universitas Nasional Unas, Sabtu 245 tapi yang terjadi adalah penindakan secara hukum. “Kalau tidak ditindak, maka keamanan masyarakat bisa terganggu,” kata Kapolri. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM, Ridha Saleh mengatakan, tindakan polisi untuk menangkap para pengunjuk rasa itu melanggar HAM dan pimpinan kepolisian harus menindak anak buahnya yang berlaku brutal itu. Universitas Sumatera Utara Secara tidak langsung dimuatnya kembali penggalan berita tersebut memunculkan perbandingan oleh khalayak. Tindakan yang diambil Polda Metro Jaya ini memunculkan makna seperti yang muncul pada berita tanggal 25 Mei: aksi penyerangan polisi ke kampus Unas melanggar HAM. pemaknaan ini semakin menonjol dengan adanya follow-up lagi yaitu berita tanggal 31 Mei tentang ditetapkannya 6 polisi sebagai tersangka dalam Insiden Unas. Isu yang dibawa berita ini secara tidak langsung membenarkan pernyataan Komnas HAM tentang pemukulan dan penangkapan mahasiswa oleh polisi merupakan pelanggaran HAM. Berdasarkan struktur tematik, terdapat dua tema yang ditampilkan Analisa lewat berita yang memuat isu Insiden Unas ini. Pertama, penangkapan mahasiswa oleh aparat sampai ke areal kampus dinilai melanggar HAM. makna ini diperlihatkan dengan jelas oleh Analisa melalui judul berita tanggal 25 Mei. Sebenarnya Analisa lebih banyak memuat berita yang berisi pernyataan narasumber dari pihak kepolisian, misalnya Kapolri atau Humas Polri. Hal ini menunjukkan makna bahwa aparat berusaha membela anak buahnya dan nama baik kepolisian. Namun, berita pemeriksaan dan penetapan sejumlah aparat sebagai tersangka menunjukkan polisi bersalah dan memunculkan tema pelanggaran HAM oleh polisi sebagai tema yang lebih dominan. Kedua, kematian mahasiswa Unas bukan akibat penganiayaan. Tema ini muncul pada berita Analisa tanggal 21 Juni 2008. Dalam teks berita, Analisa menekankan tema tersebut melalui penulisan kalimat langsung pernyataan Humas Polri. Universitas Sumatera Utara “Biar lebih objektif, dokter saja yang menjelaskan masalah ini. Tapi saya dapat memastikan, penyebab kematian bukan karena penganiayaan,” katanya. Penulisan fakta seperti itu, memberikan pemaknaan polisi tidak bersalah atas kematian salah satu tersangka kasus Insiden Unas tersebut. Berdasarkan struktur retoris, makna pelanggaran HAM oleh polisi ditekankan dalam judul berita tanggal 25 Mei yang juga merupakan pembingkaian Analisa. Berbeda dengan berita semisal tanggal 26 atau 27 Mei, judul berita tersebut menggunakan tanda baca “:” baca: titik dua yang menandakan kalimat judul adalah pernyataan dari kata sebelum tanda “:” yaitu Polri dan Kapolri. Dari judul berita, dapat dimaknai kalimat judul bukan pernyataan Analisa tapi pernyataan pihak kepolisian yang dijadikan judul. Pada berita 26 Mei, judul kecil “Bantah Isu Penjarahan”, penekanan fakta polisi karena ruang yang diberikan sedikit. Penekanan terlihat pada proses hukum bagi mahasiswa yang ditangkap saat Insiden Unas. Fakta tentang pelanggaran hukum oleh mahasiswa ditekankan lewat pernyataan Polri. Pernyataan tersebut merinci aspek yuridis yang dilanggar mahasiswa. Kutipan pernyataan itu menunjukkan citra buruk mahasiswa sebagai pemuda karena terlibat narkoba dan aksi mahasiswa anarkis keroyokan. Setelah diperiksa, Polres Metro Jakarta Selatan menetapkan 55 mahasiswa sebagai tersangka kasus narkoba sebab mereka kedapatan mengedarkan, menyimpan, memiliki dan memakai ganja. Dari jumlah itu, 39 mahasiswa tidak ditahan karena hanya memakai ganja namun proses hukum tetap jalan terus. “16 mahasiswa lainnya ditahan karena melanggar UU No.22 Tahun 1997 tentang narkotika,” katanya. Selain itu, ada 18 mahasiswa ditahan dengan tuduhan melanggar pasal 160 KUHP tentang menggerakkan orang lain berbuat tindak pidana, 170 KUHP tentang pengeroyokan, pasal Universitas Sumatera Utara 212 KUHP tentang melawan petugas dan pasal 214 KUHP tentang secara bersama-sama melawan petugas hingga luka-luka. Tabel 11. Perangkat Penanda Frame Insiden Unas di Harian Analisa. Frame: Polisi Melanggar HAM dalam Menertibkan Demo Mahasiswa Unas. Elemen Strategi Penulisan Sintaksis Pernyataan Wakil Ketua Komnas HAM menekankan tindakan anarkis aparat kepolisian dalam mengamankan menertibkan aksi mahasiswa Unas. Kutipan pernyataan Kapolri sebagai judul menekankan bantahan polisi atas tuduhan Komnas HAM tersebut. Skrip Strategi bercerita pelanggaran peraturan oleh mahasiswa dan penetapan sejumlah aparat sebagai tersangka atas pemukulan mahasiswa. Tematik 1 Penekanan pada judul aparat melanggar HAM, 2 Kematian mahasiswa Unas bukan akibat penganiayaan. Retoris Pemaparan aspek-aspek yuridis peraturan yang dilanggar oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara

IV.2.3. Frame 3: Respon Pemerintah Polisi terhadap Demo

Dokumen yang terkait

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

19 150 104

Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada)

2 55 178

Persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap Berita Politik di Harian Analisa Medan (Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI Pada Harian Analisa)

0 64 102

Proyeksi Dalam Teks Berita Dan Tajuk Rencana Dalam Harian Waspada

1 36 116

KEBIJAKAN PEMBERITAAN TENTANG KENAIKKAN HARGA BBM Analisis Framing Pada Headline Berita Harian Kompas dan Jawa Pos Edisi 28 September - 1 Oktober 2005

0 7 2

Analisis Framing Pemberitaan Perjalanan Koalisi Gerindra Dengan Ppp Pada Pilpres 2014 Di Harian Kompas

0 23 143

ANALISIS CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA DI HARIAN ANALISIS CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA DI HARIAN KEDAULATAN RAKYAT.

0 0 14

Analisa tema dan arah opini Berita Tajuk Rencana pada Harian Kompas(studi Analisa tema dan arah opini Berita Tajuk Rencana pada Harian Kompas Periode Pebruari - April 2008).

0 1 9

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 0 10

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 1 15