IV.2.3. Frame 3: Respon Pemerintah Polisi terhadap Demo
Aksi mahasiswa unjuk rasa biasanya terjadi untuk meminta perhatian pemerintah pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi,
menentang suatu kebijakan, menuntut hak, dan lain-lain. Terkait isu kenaikan harga BBM, mahasiswa yang menyebut dirinya membawa suara rakyat berunjuk
rasa menolak kebijakan pemerintah tersebut. Dalam hal ini, para pengunjuk rasa tentu berharap ada respon atau jawaban dari pihak yang dituntut pemerintah.
IV.2.3.1. Analisis Framing terhadap Harian Waspada
Sejak isu harga BBM akan naik muncul di awal Mei 2008, banyak unjuk rasa terjadi untuk menentangnya. Pemerintah tentu tahu hal ini sehingga memberi
reaksi atas aksi tersebut. Waspada memuat berita respon pemerintah di tengah maraknya aksi mahasiswa tanggal 16 Mei dengan judul “Soal Demo BBM,
Pemerintah akan Dialog dengan Mahasiswa”. Maksud yang ingin dijelaskan dari judul ini ditulis dalam lead:
JAKARTA Antara: Pemerintah akan membuka dialog dengan mahasiswa terkait aksi demonstrasi yang berlangsung
akhir-akhir ini, memprotes rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak.
Berita tersebut dapat dianalisis berdasarkan struktur sintaksis. Lead yang digunakan di atas menunjukkan pemerintah merasa aksi unjuk rasa tentang BBM
tersebut sudah sangat marak sehingga penting berdialog dengan pengunjuk rasa. Waspada menekankan pentingnya dialog dengan mahasiswa untuk mendiskusikan
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah BBM. Terlihat dari 7 paragraf berita, setiap paragraf berisi pernyataan narasumber Hatta Radjasa
tentang pentingnya melakukan dialog dengan mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena seringnya terjadi demo berakhir ricuh, timbul isu ada yang mendalangi demo sehingga kehilangan fungsinya. Dalam berita tanggal 16 Mei
“Dalang Aksi Mahasiswa Belum Termonitor”, bila dianalisis dari bagan berita Waspada mengambil pernyataan dari pihak kepolisian yang menyatakan bahwa
setiap aksi anarksi akan ditindak. Polisi belum tahu dalang aksi mahasiswa bahkan informasi BIN bahwa demo didalangi mantan menteri tidak dapat diterima polisi
sebagai kebenaran. JAKARTA Waspada: Polisi belum mengetahui dalang
gerakan mahasiswa yang akan turun ke jalan menentang kenaikan BBM. Namun dari keterangan Badan Intelijen Negara BIN, aksi
mahasiswa akan didalangi mantan menteri maupun pejabat terdahulu.
“Isu aksi didalangi mantan menteri atau pejabat belum termonitor, namun siapapun yang menghasut hingga terjadinya
tindakan anarkis akan ditindak tegas,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol. R. Abubakar Nataprawira…
Berita lainnya tanggal 22 Mei, Waspada memuat berita respon SBY sebagai headline. Judul berita tersebut “Demo BBM Marak SBY Harapkan Unjuk
Rasa tak Timbulkan Masalah Baru” dengan lead sebagai berikut: JAKARTA Waspada: Aksi demo untuk menolak
kenaikan BBM semakin marak saja. Di ibukota Jakarta, ribuan pengunjuk rasa dari berbagai kelompok, Rabu 215, menyerbu
Istana Merdeka. Mereka memenuhi Jl. Merdeka Utara di depan Istana Merdeka Jakarta yang mengarah ke Jl. Majapahit dan Jl.
Merdeka Barat, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Pemakaian lead tersebut memberi makna bahwa demo mahasiswa yang terjadi sudah sangat banyak dan mengganggu ketertiban kenyamanan umum
akibat kemacetan yang ditimbulkan. Latar yang dibentuk Waspada dalam berita ini juga adalah tentang maraknya unjuk rasa dari berbagai kalangan. Seperti judul
yang ditulis lebih besar “Demo BBM Marak”, hampir seluruh teks berita berisi
Universitas Sumatera Utara
aksi-aksi demo mahasiswa yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Sedangkan isi berita yang terkandung dalam judul yang ditulis lebih kecil “SBY
Harapkan Unjuk Rasa tak Timbulkan Masalah Baru” mendapat ruang yang sedikit dan diletakkan di akhir berita dalam 1 sub judul.
Waspada menggunakan situasi demo yang masih marak sebagai latar informasi atau menunjukkan bahwa masalah demo bukan masalah biasa. Namun,
dengan mengutip pernyataan dari orang nomor 1 di Indonesia, Waspada juga mendukung agar demo yang tidak berjalan sewajarnya tidak menimbulkan
masalah baru. Dari struktur skrip, pembingkaian Waspada atas berita tersebut dapat
dianalisis dengan cara pengisahan fakta. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, Waspada lebih banyak memberi ruang bagi aksi-aksi penolakan
kenaikan harga BBM. Berita tentang pernyataan SBY diletakkan di akhir berita dengan posisi yang lebih kecil. Berdasarkan skrip, hal yang ingin ditonjolkan
Waspada memang adalah demo yang terus menerus bermunculan. Waspada bahkan menggabungkan berita demo dari daerah Jawa dan Medan untuk
menunjukkan demo terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Pada berita tanggal 25 Juni, Waspada juga mengisahkan bahwa karena
banyaknya demo yang berakhir ricuh, ada orang-orang yang menggunakan kesempatan demo untuk kepentingan lain.
JAKARTA Waspada: Aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM berubah rusuh. Polisi menilai ada
kepentingan-kepentingan lain yang menunggangi aksi mahasiswa.
Pada berita tanggal 27 Juni yang berjudul “Aksi Mahasiswa Ingin Jatuhkan Pemerintah”, Waspada juga memaknai bahwa aksi mahasiswa tentang
Universitas Sumatera Utara
BBM kehilangan fungsinya. Dari struktur sintaksis, penggunaan judul ini memaknai ada tujuan aksi mahasiswa yang ingin menjatuhkan pemerintah. Dalam
teks dijelaskan menjatuhkan pemerintah maksudnya meminta SBY turun dari jabatan kepresidenannya. Namun aksi yang sebenarnya adalah tentang penolakan
kenaikan harga BBM itu tidak mendapat dukungan masyarakat karena melencengnya tujuan aksi. Pada paragraf awal, Waspada menulis hal ini:
MEDAN Waspada: Aksi mahasiswa menolak kenaikan harga bahan baker minyak BBM tidak akan membuahkan hasil
sebagaimana diinginkan sepanjang tidak mendapat dukungan penuh masyarakat.
……………………………………………………………………...
Mengingat belum mendapat dukungan penuh masyarakat terhadap tuntutan mahasiswa, lanjutnya, pemerintah belum
menyahuti sepenuhnya penolakan kenaikan harga BBM. Apalagi aksi mahasiswa sudah mempunyai muatan politis yakni
ingin menurunkan pemerintah. Hal itu akan semakin sulit untuk mendapat dukungan penuh masyarakat.
Melalui pola penyusunan fakta seperti ini, ada beberapa hal yang dimaknai Waspada. Pertama. Aksi-aksi mahasiswa yang telah terjadi selama ini tidak
didukung oleh masyarakat. Sebabnya, di hampir semua orasi, mahasiswa menuntut agar SBY-JK turun. Masyarakat menjadi tidak tertarik atau tidak respek
dengan aksi mahasiswa yang sebenarnya menyuarakan kepentingan rakyat karena isi tuntutan tidak sepenuhnya tentang BBM. Kedua, melalui teknik penyusunan
fakta seperti ini Waspada seakan memberi jawaban bagi khalayak yang bertanya- tanya kenapa SBY tidak merespon aksi mahasiswa. Yaitu karena rakyat tidak
mendukung sepenuhnya aksi mahasiswa yang bila dikaji lebih luas kareana aksi membawa isu atau kepentingan lain selain isu BBM. Dalam berita tersebut,
Waspada mengutip pernyataan narasumber Ikhyar Hasibuan yaitu anggota Komisi
Universitas Sumatera Utara
A DPRDSU. Pernyataan Ikhyar yang dipakai Waspada secara langsung membenarkan kalimat di paragraf awal.
Dari cara mengisahkan fakta skrip, isi berita tersebut sebenarnya merupakan hasil wawancara dengan Ikhyar Hasibuan yang ditulis oleh Waspada.
Selain memberi penonjolan pada unsur why kenapa aksi mahasiswa tidak mendapat dukungan penuh masyarakat. Berita ini secara tidak langsung juga
merupakan pembelaan terhadap Presiden SBY yang sebelumnya dituduh tidak merespon aksi mahasiswa sekaligus menutupi alasan sebenarnya kenapa SBY
tidak merespon aksi sebab yang memberi pernyataan adalah politisi dari Partai Demokrat, partai SBY sendiri.
Dari struktur tematik, ada 2 tema yang ditampilkan Waspada dalam berita- beritanya terkait isu respon pemerintah polisi terhadap demo mahasiswa.
Pertama, pemerintah mendukung demo asal tidak mengandung unsur kekerasan. Dukungan ini terlihat dari kutipan narasumber yang digunakan, seperti Presiden
SBY, anggota Komisi XI DPR RI, dan Ketua DPR Agung Laksono. Kutipan tersebut dituliskan dalam bentuk kalimat langsung yang menunjukkan penekanan
penegasan pendapat. Bahkan dituliskan aksi unjuk rasa wajar dalam Negara demokrasi, tetapi sebaliknya kekerasan anarkis membawa masalah baru bagi
Negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, unjuk
rasa di sebuah Negara demokrasi adalah hal wajar, namun ia mengharapkan unjuk rasa bisa memberikan solusi dan tidak
menimbulkan masalah baru yang melebihi batas kepatutan.
Selanjutnya, pada berita tanggal 24 Mei pernyataan Agung Laksono secara langsung menolak anarkisme dalam aksi unjuk rasa.
Universitas Sumatera Utara
“Kami di DPR tidak pernah setuju aksi anarkis, terlebih kekerasan. Saya harapkan mahasiswa pengunjuk rasa dapat
menjaga diri dan aparat keamanan tidak melakukan kekerasan, apalagi menggunakan senjata,” katanya…
Kedua, aksi mahasiswa sepenuhnya berisi penolakan terhadap kenaikan harga BBM namun disusupi oleh kepentingan lain. Kemudian keadaan ini diduga
sebagai penyebab aksi mahasiswa yang kadang berakhir ricuh. Isu atau dugaan- dugaan ini menjadi penting ketika disebut mantan pejabat mendalangi aksi
tersebut berita tanggal 16 Mei. Kekhawatiran terhadap penyusupan pihak lain ini dimunculkan dalam
satu koherensi: jalinan antar kata. Di paragraf 1, Waspada menampilkan koherensi sebab-akibat. Kalimat atau proposisi penyebab terletak pada ketiadaan respon
pemerintah terhadap demo. Sedangkan proposisi akibat ditampilkan pada penyusupan kepentingan-kepentingan lain.
….kalau masalah demonstrasi mahasiswa dibiarkan terus dikhawatirkan bakal disusupi pihak-pihak luar seperti gerakan
komunis dan radikal yang membawa-bawa alasan kemiskinan….
Bukan hanya dari pihak pejabat pemerintahan, dugaan adanya kepentingan lain di balik demo BBM juga dilontarkan oleh kepolisian. Berita tanggal 25 Juni,
dengan bentuk penulisan kalimat langsung, Waspada juga memberi penegasan terhadap alasan kepolisian.
“….Logikanya, yang namanya mahasiswa itu kan kelompok terpelajar, kok sampai merusak mobil dan tindakan
kekerasan yang lain”, tambah Abubakar.
Saat ditanyakan tentang pengaruh aksi bagi pemerintah, wartawan Waspada dengan yakin menyatakan bahwa aksi mahasiswa seperti penolakan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kenaikan harga BBM mampu mengubah sikap atau kebijakan pemerintah sehingga tidak jadi menaikkan harga BBM. Menurut Surya, demo bisa mengubah
keputusan pemerintah jika demo dilakukan besar-besaran dan alasan mahasiswa kuat.
Berdasarkan struktur retoris, citra mahasiswa dan unjuk rasa mahasiswa menjadi buruk. Aksi juga kehilangan fungsinya ketika aksi itu sendiri berubah
menjadi ricuh atau menjadi ajang yang disalahgunakan oleh kepentingan lain. Berita yang diturunkan Waspada memaknai bahwa pemerintah menghormati aksi
mahasiswa asal tetap berjalan pada jalur peraturan yang ditentukan. Kutipan berita di atas juga sekaligus menekankan citra mahasiswa tersebut.
Kata “terpelajar” menegaskan bahwa seharusnya perilaku mahasiswa pun harus menunjukkan sikap terpelajar, bukan sebaliknya berbuat rusuh saat demo.
Gambar berita tanggal 22 Mei yaitu mahasiswa menyandera mobil tangki dan menyerang polisi saat unjuk rasa menandakan buruknya citra mahasiswa dan aksi
mahasiswa sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Perangkat Penanda Frame Respon Pemerintah Polisi terhadap Demo di Harian Waspada.
Frame: Demo kemungkinan disusupi kepentingan-kepentingan lain sehingga anarkis
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Aksi mahasiswa mulai kehilangan fungsinya karena
sering berakhir ricuh dan bentrokan. Skrip
Penonjolan terdapat pada berita aksi unjuk rasa yang masih marak, serta argumen atau alasan-alasan ketiadaan
respon pemerintah terhadap aksi. Tematik
1 Pemerintah mendukung demo asal tidak mengandung unsur kekerasan anarkis, 2 Aksi mahasiswa tidak
sepenuhnya berisi penolakan terhadap kenaikan harga BBM namun disusupi kepentingan yang lain.
Retoris Penekanan terlihat pada penggunaan narasumber:
Presiden SBY, anggota DPR-RI, pengamat hukum, dan polisi. Pemerintah polisi menganggap mahasiswa tidak
mungkin bertindak anarkis karena mahasiswa adalah anggota masyarakat yang terpelajar.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.3.2. Analisis Framing terhadap Harian Analisa
Berita terkait respon pemerintah polisi terhadap demo mahasiswa diturunkan Analisa pertama kali tanggal 14 Mei 2008, dengan judul “Presiden
bisa Pahami Demo Tolak Kenaikan BBM”. Secara sintaksis judul ini dapat dimaknai sebagai kepedulian pemerintah terhadap demo yang marak terjadi. Judul
berita lain juga memuat makna yang sama seperti tanggal 22 Mei “Pemerintah Akan Tindak Tegas Pengunjuk Rasa yang Anarkis Harus Ditahan”, dan tanggal
30 Mei “Istana Siap Dialog dengan Mahasiswa Soal BBM”. Dari judul-judul tersebut, dapat dilihat bahwa Analisa memaknai berita tersebut pemerintah
mendukung aksi mahasiswa tetapi tetap akan menindak aksi-aksi yang anarkis. Analisa juga memaknai berita seputar tanggapan pemerintah ini sangat penting di
mana berita-beriuta tersebut selalu ditempatkan di halaman depan headline. Pemaknaan yang sama dapat dilihat pada teks berita. Tanggal 30 Mei,
Analisa memuat berita tentang kesediaan pemerintah berdialg dengan mahasiswa. Lead yang dipakai Analisa adalah sebagai berikut:
Jakarta, Analisa Juru Bicara Kepresidenan Andi Malarangeng
mengatakan dirinya siap melakukan dialog dengan para mahasiswa dan masyarakat yang menentang kebijakan
pemerintah menaikkan harga BBM.
Melalui lead ini dapat dimaknai bahwa pemerintah sudah siap menjawab penolakan kenaikan harga BBM. Hal ini menunjukkan keyakinan pemerintah
bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik sehingga segala bentuk pertanyaan dan penolakan yang diajukan masyarakat telah siap dijawab
pemerintah. Di paragraf awal, Analisa mengutip pernyataan Andi Malarangeng tentang langkah dialog yang diajukannya itu.
Universitas Sumatera Utara
Menurutnya, komunikasi dengan dialog dalam menyampaikan pendapat lebih baik dibanding dengan melakukan
unjuk rasa di jalan. “Lebih cantik kalau kita berdialog. Kalau demo, teriak-
teriak kita kan tidak mendengar apa yang disampaikan. Apalagi spanduk dan posternya tidak kelihatan,” katanya.
Secara tidak langsung kutipan pernyataan Andi M. tersebut menyatakan mahasiswa kurang mampu menyampaikan aspirasinya dalam demo karena
penyampaiannya yang berteriak-teriak dan poster-posternya yang tidak kelihatan. Dalam berita tanggal 14 Mei Analisa kembali memuat pernyataan Andi
Malarangeng bahwa aksi unjuk rasa mahasiswa wajar terjadi dalam Negara demokrasi. Ketidakwajarannya adalah ketika demo tersebut berubah menjadi
rusuh apalagi mengarah pada tindakan yang anarkis. “Kalai soal demonstrasi mahasiswa, itu hal biasa. Ini kan
Negara demokrasi. Oleh karena itu, boleh saja ada yang demonstrasi,” kata Andi….
Tetapi, Andi mengingatkan, kebebasan berdemonstrasi itu hendaknya harus dijalankan dengan tertib dan damai serta
pengunjuk rasa menjauhi berbagai tindakan yang menjurus pada tindakan anarkis.
Pernyataan yang sama tentang aksi mahasiswa ditullis Analisa dalam berita tanggal 22 Mei dan tanggal 30 Mei 30 Mei.
Analisa juga memuat pernyataan polisi terkait aksi anarkis mahasiswa. Dalam berita yang berjudul “Pengunjuk Rasa yang Anarkis harus Ditahan”
Analisa mengutip pernyataan Kabid Humas Polda Sumut AKBP Baharuddin terkait maraknya aksi penolakan kenaikan harga BBM. Pernyataan tersebut
sekaligus menjadi peringatan bagi pengunjuk rasa yang bertindak di luar peraturan sehingga anarkis.
Universitas Sumatera Utara
“Para demonstran itu menyampaikan pendapat mereka dan akan dilayani sebaik mungkin karena polisi merupakan sahabat
masyarakat. Begitupun, sebaiknya para pengunjuk rasa jangan sampai keluar dari jalur atau tetap menaati prosedur baku. Selain
itu, yang terpenting jangan sampai melakukan tindakan kekerasan. Jika anarkis, pengunjuk rasa harus mutlak ditahan,” tegas
Baharuddin.
Respon pihak-pihak terkait dalam hal ini pemerintah dan polisi ini selain mengingatkan para pengunjuk rasa untuk tidak anarkis, di sisi yang lain menutupi
sesuatu yang penting yaitu pro-kontra kebijakan kenaikan harga BBM. Narasumber yang dipakai dalam berita ini adalah pihak yang mendukung
kebijakan, seperti Andi Malarangeng dan Widodo Adi Sucipto Menko Polhukam. Keduanya menyebutkan bahwa kebijakan untuk menaikkan harga
BBM merupakan pilihan terakhir yang diambil dalam menghadapi lonjakan harga minyak dunia.
Berita yang lain 30 Mei memuat pro-kontra tingkat kemiskinan dengan naiknya harga BBM. Andi Malarangeng membantah analisis LIPI yang
menyatakan tingkat kemiskinan akan naik, dengan menyebutkan 2 analisis: BPS dan Bapenas yang menyatakan hal sebaliknya. Pola penyusunan fakta seperti ini
memaknai analisis LIPI salah walau disertakan dengan data jumlah secara statistik karena dibantah langsung oleh Andi M. melalui 2 analisis yang berbeda yaitu BPS
dan Bapenas. Pada bagian lain, Andi Malarangeng membantah analisis
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI yang menyebutkan kenaikan harga BBM akan menambah jumlah orang miskin hingga
menjadi 41,7 juta jiwa atau 21,92 persen.
“Menurut kajian BPS dan Bapenas dengan adanya Bantuan Langsung Tunai BLT maka kemiskinan akan turun,” kata Andi di
Istana Negara Jakarta, Kamis.
Universitas Sumatera Utara
Satu berita yang ditulis Analisa lain dari yang lain adalah berita feature yang berjudul “Wapres Mengaku tak Masalah Didemo”. Berdasarkan struktur
sintaksis, judul tersebut sudah menunjukkan sikap Wapres menerima kritikan- kritikan dalam aksi demo yang ditujukan padanya pemerintah. Informasi penting
berita ini terdapat di awal paragaf. Makna yang terkandung dalam pola penyusunan berita seperti itu adalah wajarnya demo ditujukan bagi pemimpin.
Karena Jusuf Kalla seorang pemimpin, beliau siap didemo. Makna lainnya adalah resiko didemo tidak lebih besar daripada tidak menaikkan harga BBM. Bagan
berita ini sekalligus menunjukkan pemerintah tidak akan mencabut mengubah kebijakan tentang BBM karena itu sudah menjadi keputusan yang terbaik.
“Pemimpim itu memilih mau popular atau dimaki-maki. Pemimpin harus pilih yang mudaratnya kecil. Dan yang
mudaratnya paling kecil itu didemo. Tak masalah,” kata Wapres M. Jusuf Kalla….
Menurut Wapres, didemo merupakan resiko yang paling kecil jika dibandingkan Negara ini harus menambah utangnya
hanya untuk menutup subsidi BBM sehingga Negara tak bisa lagi membiayai pendidikan, meningkatkan kesejahteraan dan
membangun.
Frame yang dibangun dalam berita-berita ini dapat juga dianalisis dari cara Analisa mengisahkan fakta skrip. Respon pemerintah terhadap demo
disajikan melalui pengisahan kewajaran aksi demo dalam Negara demokrasi. Seperti yang terdapat pada berita tanggal 22 Mei, dengan mengutip pernyataan
Menko Polhukam bahwa menaikkan harga BBM adalah pilihan pahit, Analisa memberikan makna pemerintah berada pada posisi yang sulit. Di satu sisi
pemerintah harus menyelamatkan anggaran APBN dengan menaikkan harga BBM, di sisi lain keadaan masyarakat Indoenesia tidak menerima kebijakan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Penekanan lain ditunjukkan pada pengisahan unsur why kebijakan itu harus diambil.
Ia mengatakan kebijakan untuk menaikkan harga BBM merupakan pilihan pahit yang harus diambil untuk mengamankan
APBN menyusul melonjaknya harga minyak mentah dunia.
Melalui pengisahan latar belakang pemerintah harus menaikkan harga BBM, makna yang kemudian dibangun adalah pemerintah berharap masyarakat
memahami keputusan yang diambil adalah untuk mengamankan APBN. Makna lain terlihat dari strategi bercerita Analisa pada berita respon
Wapres. Berita yang dimuat tanggal 28 Mei tersebut ditulis dalam bentuk feature. Frame yang dibangun lewat berita ini adalah kebijaksanaan seorang pemimpin
dalam hal ini Jusuf Kalla dalam menyikapi demo. Analisa membentuk citra baik JK yaitu siap menerima resiko atas keputusan yang dibuat.
Bila dianalisis dari struktur tematik, ada beberapa tema yang terdapat dalam teks berita mengenai isu respon pemerintah terhadap demo. Pertama, unjuk
rasa wajar terjadi dalam Negara yang menganut sistem demokrasi. Dalam teks, tema ini terlihat langsung pada kalimat-kallimat pembentuk paragraf di beberapa
berita. Kutipan pernyataan pemerintah itu disajikan dalam bentuk kalimat langsung. Hal ini merupakan penekanan bahwa berita yang ditulis benar karena
didapat langsung dan ditulis seperti apa yang dinyatakan narasumber. Pola penulisan fakta seperti ini mempengaruhi khalayak karena melalui detail yang
panjang, pembaca diberi kesempatan untuk menilai pernyataan tersebut. Demonstrasi memang wajar terjadi bagi Negara yang
menganut paham demokrasi namun apabila tidak berada di jalur yang benar melanggar hukum akan berakibat pada penangkapan
demonstran.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, keputusan untuk menaikkan harga BBM disadari pemerintah akan menimbulkan reaksi kontra. Oleh karena itu pemerintah siap menerima kritikan
lewat demo, siap berdialog dengan mahasiswa demonstran. Tema ini juga ditulis Analisa secara mendetail. Pada berita tanggal 30 Mei, makna yang timbul bukan
hanya kesiapan pemerintah berdialog dengan mahasiswa namun memuat perbandingan antara demonstrasi dan dialog.
“Lebih cantik kalau kita berdialog. Kalau demo, teriak- teriak kita kan tidak mendengar apa yang disampaikan. Apalagi
spanduk dan posternya tidak kelihatan,” katanya.
Dengan mengutip pernyataan Andi Malarangeng tersebut, frame yang terbentuk adalah penyampaian pesan melalui demo kurang efektif dan tidak
tersampaikan dengan baik dibandingkan melalui dialog. Ketiga, dengan menuliskan detail argumen alasan pemerintah menaikkan harga BBM frame lain
yang terbentuk adalah Presiden selain memahami aksi demo yang terjadi juga meminta khalayak berempati memahami situasi sulit yang sedang dihadapi
Negara. Frame respon pemerintah berupa kesiapan dikritik ataupun berdialog
dengan mahasiswa juga dapat dilihat lewat struktur retoris. Pada berita tanggal 30 Mei, judul yang dipakai Analisa adalah “Istana Siap Dialog dengan Mahasiswa
Soal BBM” sedangkan dalam lead maupun teks berita, pihak yang menyatakan siap melakukan dialog adalah Jubir Kepresidenan. Penggantian nama Andi M.
dengan label Istana menunjukkan makna Andi merupakan representasi pihak Istana di mana ia menjabat sebagai Jubir atau bisa disebut orang kepercayaan
Presiden.
Universitas Sumatera Utara
Berita lainnya tanggal 22 Mei, Analisa mengutip pernyataan Menko Polhukam yaitu “….kebijakan untuk menaikkan harga BBM merupakan pilihan
hitam yang harus diambil….”. Kata “pilihan pahit” menekankan makna menaikkan harga BBM merupakan pilihan yang sulit namun harus dilakukan
untuk menyelamatkan APBN. Teks berita yang memuat isu respon pemerintah terhadap demo secara umum menulis bahwa Presiden memahami maraknya aksi
demonstrasi menolak kenaikan harga BBM. Makna yang dibangun lewat kata “Presiden memahami … ini adalah pemerintah siap dan mampu menerima aksi
unjuk rasa mahasiswa. Hasil framing ini sesuai dengan pemaknaan wartawan Analisa.
Berdasarkan hasil wawancara, wartawan Analisa War Djamil menilai keputusan pemerintah menaikkan adalah keputusan terbaik karena harga minyak mentah
dunia pun sudah mahal, negara-negara lain juga sudah menaikkan harga BBM mereka. Beliau yakin bahwa pemerintah tidak mungkin membuat kebijakan yang
akan menyusahkan rakyat. ”Kalau BBM dinaikkan, itu berarti tidak ada cara lain yang lebih tepat,” katanya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 13. Perangkat Penanda Frame Respon Pemerintah Polisi terhadap Demo di Harian Analisa.
Frame: Keputusan menaikkan harga BBM adalah keputusan yang terbaik.
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Aksi mahasiswa harus berjalan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Skrip
Aksi mahasiswa agar tidak berubah anarkis dan alasan kenapa pemerintah harus menaikkan harga BBM.
Tematik 1 Demo wajar terjadi karena demo adalah bentuk
kebebasan dalam Negara demokrasi namun apabila bertindak anarkis akan ditindak, 2 Menaikkan harga
BBM pemerintah juga siap dikritik, dan berdialog dengan mahasiswa, 3 Argumen menaikkan harga BBM
mempengaruhi khalayak untuk berempati pada situasi yang dihadapi Negara.
Retoris Penonjolan terutama melalui pilihan kata yang memaknai
kesiapan pemerintah menghadapi mahasiswa masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.4. Frame 4: Berita yang Dimuat di Satu Media namun tidak Dimuat di Media Lainnya