I.5.1. Analisis Framing
Framing adalah metode penyajian realitas di mana kebenaran suatu realitas tidak diingkari secara total melainkan dibelokkan secara halus dengan
memberikan sorotan-sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto,
karikatur, dan alat ilustrasi lainnya Sudibyo, 2001: 186. Gagasan mengenai framing pada awalnya dikemukakan oleh Baterson
tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta
yang menyediakan kategori-kategori standard untuk mengapresiasi realitas. Tahun 1974, Goffman mengembangkan konsep frame sebagai kepingan-kepingan
perilaku strips of behaviour yang membimbing individu dalam membaca realitas.
Seperti layaknya kalau kita melihat lewat jendela, seringkali batasan pandangan menghalangi kita untuk melihat realitas yang sesungguhnya. Melalui
berita, kita mengetahui apa yang terjadi di daerah manapun di dunia. Melalui media, kita mengetahui apa saja yang dilakukan oleh elit politik di Jakarta,
kehidupannya, kegiatannya. Tetapi apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan mngenai dunia itu tergantung pada jendela apa yang kita
pakai. Pandangan lewat jendela itu, tergantung pada apakah jendela yang kita pakai besar atau kecil. Jendela yang besar dapat melihat lebih luas, sementara
jendela yang kecil membatasi pandangan kita. Apakah jendela itu berjeruji atau tidak. Apakah jendela itu dapat dibuka lebar ataukah hanya dapat dibuka
setengahnya. Apakah lewat jendela itu kita bisa melihat secara bebas ke luar atau
Universitas Sumatera Utara
kah kita hanya bisa mengintip dari balik jerujinya. Yang paling penting, apakah jendela itu terletak dalam rumah yang punya posisi tinggi ataukah dalam rumah
yang terhalang oleh rumah lain. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame atau bingkai Eriyanto, 2004: 4.
Pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media
memaknai, memahami, dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun,
media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita
yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang
legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan Imawan, dalam Sobur, 2004: 162.
Sasaran dari analisis framing, sebagai salah satu metode analisis wacana, adalah menemukan “aturan dan norma” yang tersembunyi di balik sebuah teks.
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui perspektif atau pendekatan yang dipergunakan oleh sebuah media dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa.
Analisis ini membantu kita melihat secara lebih mendalam bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami Hamad, 2004: 2003
I.5.2 Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki