kah kita hanya bisa mengintip dari balik jerujinya. Yang paling penting, apakah jendela itu terletak dalam rumah yang punya posisi tinggi ataukah dalam rumah
yang terhalang oleh rumah lain. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame atau bingkai Eriyanto, 2004: 4.
Pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media
memaknai, memahami, dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun,
media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita
yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang
legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan Imawan, dalam Sobur, 2004: 162.
Sasaran dari analisis framing, sebagai salah satu metode analisis wacana, adalah menemukan “aturan dan norma” yang tersembunyi di balik sebuah teks.
Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui perspektif atau pendekatan yang dipergunakan oleh sebuah media dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa.
Analisis ini membantu kita melihat secara lebih mendalam bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami Hamad, 2004: 2003
I.5.2 Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks,
Universitas Sumatera Utara
media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing
didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu
Eriyanto, 2004: 252. Menurut Pan dan Kosicki ada 2 dari konsepsi framing yang saling
berkaitan yaitu konsepsi psikologi internal individu dan kosepsi sosiologis social. Bagaimana kedua konsepsi yang berlainan tersebut dapat digabungkan
dalam suatu model dijelaskan dan dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Dalam mengkonstruksi suatu realitas
wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam dirinya semata. Namun proses konstruksi juga melibatkan nilai-nilai sosial yang melekat dalam
diri wartawan, khalayak yang akan membaca berita, dan ditentukan juga oleh proses produksi yang melibatkan standard kerja, profesi jurnalistik, dan standard
profesional dari wartawan. Dengan cara apa wartawan atau media menonjolkan pemaknaan atau
penafsiran mereka atas suatu peristiwa? Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk
membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca Eriyanto, 2004: 254. Model Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa
setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide.
Universitas Sumatera Utara
I.5.3. Berita dan Konstruksi Realitas
Ada banyak definisi berita yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Astrid S. Susanto Sunario berita adalah suatu pelaporan tentang suatu kejadian
yang dianggap penting Sunario, 1993: 159. Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita yaitu laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang
menarik atau penting atau keduanya, bagi sejumlah besar orang Kusumaningrat, 2005: 39. Dalam definisi jurnalistik, Assegaff menyatakan berita adalah laporan
tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar
biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi- segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan Assegaf, dalam
Sumadiria, 2005: 64-65. Berita lahir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia. Namun, tidak
semua peristiwa layak atau mempunyai nilai berita. Beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah Santana, 2005: 18-20:
1. Immediacy, kerap diistilahkan dengan timelines. Artinya terkait dengan
kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Bila peristiwanya
terjadi beberapa waktu lalu, hal ini dinamakan sejarah. Unsur waktu amat penting di sini.
2. Proximity, adalah kedekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa
dalam keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dekatnya, di sekitar kehidupan
sehari-harinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita
yang mengandung nilai konsekuensi. Lewat berita kenaikan gaji pegawai negeri, kenaikan harga BBM, masyarakat dengan segera akan
mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi sehari-hari yang harus mereka hadapi.
4. Conflict, perseteruan antarindividu, antartim atau antarnegara
merupakan elemen-elemen natural dari berbagai berita-berita yang mengandung konflik.
5. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi unussualness ialah sesuatu
yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat. 6.
Seks, kerap seks menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Segala hal yang berhubungan dengan seks pasti menarik dan menjadi
sumber berita. 7.
Emotion, sering disebut elemen human interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan,
simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, atau tragedi. 8.
Prominence, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar intilah “names make news” nama membuat berita. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan orang terkenal public figure, pejabat, pembuat kebijakan, dan lain-lain akan dibuu berita.
9. Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu
terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berta yang menyampaikan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting.
Kejelasan fakta tetap dituntut oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam ilmu komunikasi sebagai payung dunia jurnalisme, sebenarnya ada dua cara pandang berbeda dalam melihat konsep yang bernama “berita”. Pertama,
berita sebagai hasil konstruksi realitas dari suatu proses manajemen produksi institusi media setak surat kabar ataupun majalah. Kedua, berita sebagai hasil
rekonstruksi realitas yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna Birowo, 2004: 168-169.
Ahli sosiologi, Gaye Tuchman dalam bukunya Making News, menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial. Tindakan membuat berita, kata
Tuchman adalah tindakan mengkonstruksi realita itu sendiri, bukan penggambaran realita. Dia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang
berlegitimiasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo Severin, 2007: 400. Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka dapat dibuat skema yang dapat
menjelaskan kerangka teori Theorytical Framework sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Skema 1. Kerangka Teori Theorytical Framework
I.6. Kerangka Konsep