Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah aksi demonstrasi mahasiswa terkait kebijakan naiknya harga BBM dikonstruksi oleh harian Waspada dan harian Analisa?”.

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Penelitian terbatas hanya dilakukan terhadap harian Waspada dan harian Analisa edisi 1 Mei 2008-30 Juni 2008, 2. Berita-berita yang diteliti terbatas pada berita tentang aksi mahasiswa terkait penolakan terhadap kebijakan naiknya harga BBM, 3. Penelitian ini bersifat kualitatif konstruktivis, 4. Penelitian menggunakan analisis framing dengan menggunakan model analisis Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perspektif atau ideologi media Waspada dan Analisa dalam menulis berita demonstrasi mahasiswa terkait kebijakan naiknya harga BBM. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui bagaimana harian Waspada dan harian Analisa mengemas pemberitaan tentang demonstrasi mahasiswa terkait kebijakan naiknya harga BBM. 3. Untuk mengetahui bagaimana harian Waspada dan harian Analisa mengonstruksi demonstrasi mahasiswa terkait kebijakan naiknya harga BBM.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, khususnya kajian-kajian tentang analisis framing, 2. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dan menambah wawasan peneliti mengenai konstruksi media terhadap suatu berita, 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca surat kabar dan media Waspada serta media Analisa.

I.5. Kerangka Teori

Setiap metode ataupun pendekatan selalu didasari oleh pemikiran- pemikiran ataupun teori-teori yang digunakan sebagai pijakan berpikir. Salah satu fungsi utama teori ialah memberikan fondasi dalam berpikir ilmiah Sarwono, 2006: 197. Universitas Sumatera Utara

I.5.1. Analisis Framing

Framing adalah metode penyajian realitas di mana kebenaran suatu realitas tidak diingkari secara total melainkan dibelokkan secara halus dengan memberikan sorotan-sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya Sudibyo, 2001: 186. Gagasan mengenai framing pada awalnya dikemukakan oleh Baterson tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standard untuk mengapresiasi realitas. Tahun 1974, Goffman mengembangkan konsep frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of behaviour yang membimbing individu dalam membaca realitas. Seperti layaknya kalau kita melihat lewat jendela, seringkali batasan pandangan menghalangi kita untuk melihat realitas yang sesungguhnya. Melalui berita, kita mengetahui apa yang terjadi di daerah manapun di dunia. Melalui media, kita mengetahui apa saja yang dilakukan oleh elit politik di Jakarta, kehidupannya, kegiatannya. Tetapi apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan mngenai dunia itu tergantung pada jendela apa yang kita pakai. Pandangan lewat jendela itu, tergantung pada apakah jendela yang kita pakai besar atau kecil. Jendela yang besar dapat melihat lebih luas, sementara jendela yang kecil membatasi pandangan kita. Apakah jendela itu berjeruji atau tidak. Apakah jendela itu dapat dibuka lebar ataukah hanya dapat dibuka setengahnya. Apakah lewat jendela itu kita bisa melihat secara bebas ke luar atau Universitas Sumatera Utara kah kita hanya bisa mengintip dari balik jerujinya. Yang paling penting, apakah jendela itu terletak dalam rumah yang punya posisi tinggi ataukah dalam rumah yang terhalang oleh rumah lain. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame atau bingkai Eriyanto, 2004: 4. Pada dasarnya framing adalah pendekatan yang digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami, dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan Imawan, dalam Sobur, 2004: 162. Sasaran dari analisis framing, sebagai salah satu metode analisis wacana, adalah menemukan “aturan dan norma” yang tersembunyi di balik sebuah teks. Teknik ini dipergunakan untuk mengetahui perspektif atau pendekatan yang dipergunakan oleh sebuah media dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa. Analisis ini membantu kita melihat secara lebih mendalam bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami Hamad, 2004: 2003

I.5.2 Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model analisis yang banyak dipakai dalam menganalisis teks, Universitas Sumatera Utara media. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing dilihat sebagaimana wacana publik tentang semua isu atau kebijakan dikonstruksi dan dinegosiasikan. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan itu Eriyanto, 2004: 252. Menurut Pan dan Kosicki ada 2 dari konsepsi framing yang saling berkaitan yaitu konsepsi psikologi internal individu dan kosepsi sosiologis social. Bagaimana kedua konsepsi yang berlainan tersebut dapat digabungkan dalam suatu model dijelaskan dan dilihat dari bagaimana suatu berita diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan. Dalam mengkonstruksi suatu realitas wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam dirinya semata. Namun proses konstruksi juga melibatkan nilai-nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan, khalayak yang akan membaca berita, dan ditentukan juga oleh proses produksi yang melibatkan standard kerja, profesi jurnalistik, dan standard profesional dari wartawan. Dengan cara apa wartawan atau media menonjolkan pemaknaan atau penafsiran mereka atas suatu peristiwa? Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca Eriyanto, 2004: 254. Model Pan dan Kosicki ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Universitas Sumatera Utara

I.5.3. Berita dan Konstruksi Realitas

Ada banyak definisi berita yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Astrid S. Susanto Sunario berita adalah suatu pelaporan tentang suatu kejadian yang dianggap penting Sunario, 1993: 159. Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita yaitu laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting atau keduanya, bagi sejumlah besar orang Kusumaningrat, 2005: 39. Dalam definisi jurnalistik, Assegaff menyatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi- segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan Assegaf, dalam Sumadiria, 2005: 64-65. Berita lahir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia. Namun, tidak semua peristiwa layak atau mempunyai nilai berita. Beberapa elemen nilai berita yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah Santana, 2005: 18-20: 1. Immediacy, kerap diistilahkan dengan timelines. Artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Bila peristiwanya terjadi beberapa waktu lalu, hal ini dinamakan sejarah. Unsur waktu amat penting di sini. 2. Proximity, adalah kedekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dekatnya, di sekitar kehidupan sehari-harinya. Universitas Sumatera Utara 3. Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. Lewat berita kenaikan gaji pegawai negeri, kenaikan harga BBM, masyarakat dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonomi sehari-hari yang harus mereka hadapi. 4. Conflict, perseteruan antarindividu, antartim atau antarnegara merupakan elemen-elemen natural dari berbagai berita-berita yang mengandung konflik. 5. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi unussualness ialah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat. 6. Seks, kerap seks menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Segala hal yang berhubungan dengan seks pasti menarik dan menjadi sumber berita. 7. Emotion, sering disebut elemen human interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, atau tragedi. 8. Prominence, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar intilah “names make news” nama membuat berita. Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang terkenal public figure, pejabat, pembuat kebijakan, dan lain-lain akan dibuu berita. 9. Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berta yang menyampaikan fakta-fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta tetap dituntut oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara Dalam ilmu komunikasi sebagai payung dunia jurnalisme, sebenarnya ada dua cara pandang berbeda dalam melihat konsep yang bernama “berita”. Pertama, berita sebagai hasil konstruksi realitas dari suatu proses manajemen produksi institusi media setak surat kabar ataupun majalah. Kedua, berita sebagai hasil rekonstruksi realitas yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna Birowo, 2004: 168-169. Ahli sosiologi, Gaye Tuchman dalam bukunya Making News, menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas sosial. Tindakan membuat berita, kata Tuchman adalah tindakan mengkonstruksi realita itu sendiri, bukan penggambaran realita. Dia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang berlegitimiasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo Severin, 2007: 400. Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka dapat dibuat skema yang dapat menjelaskan kerangka teori Theorytical Framework sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Skema 1. Kerangka Teori Theorytical Framework

I.6. Kerangka Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama Singarimbun, 1995: 17. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi, 1995: 40. Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis framing dengan model analisis milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis Framing Model Pan dan Kosicki Informasi Proses Produksi Berita oleh Media Pola Konstruksi Realitas Teks Berita Konstruktivis Universitas Sumatera Utara STRUKTUR SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta TEMATIK Cara wartawan menulis fakta. RETORIS Cara wartawan menekankan fakta UNIT YANG DIAMATI Headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup 5W + 1H Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat Kata, idiom, gambarfoto, grafik PERANGKAT FRAMING 1. Skema berita 2. Kelengkapan berita 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora 3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Sumber: Eriyanto, 2004: 256 Universitas Sumatera Utara

I.7. Definisi Konsep

Dokumen yang terkait

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

19 150 104

Objektivitas Pemberitaan Media Cetak (Studi Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pilkada Kota Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Waspada)

2 55 178

Persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap Berita Politik di Harian Analisa Medan (Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI Pada Harian Analisa)

0 64 102

Proyeksi Dalam Teks Berita Dan Tajuk Rencana Dalam Harian Waspada

1 36 116

KEBIJAKAN PEMBERITAAN TENTANG KENAIKKAN HARGA BBM Analisis Framing Pada Headline Berita Harian Kompas dan Jawa Pos Edisi 28 September - 1 Oktober 2005

0 7 2

Analisis Framing Pemberitaan Perjalanan Koalisi Gerindra Dengan Ppp Pada Pilpres 2014 Di Harian Kompas

0 23 143

ANALISIS CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA DI HARIAN ANALISIS CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA DI HARIAN KEDAULATAN RAKYAT.

0 0 14

Analisa tema dan arah opini Berita Tajuk Rencana pada Harian Kompas(studi Analisa tema dan arah opini Berita Tajuk Rencana pada Harian Kompas Periode Pebruari - April 2008).

0 1 9

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 0 10

Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Di Kota Medan (Studi Deskriptif Tentang Peralihan Media Cetak Menjadi Media Online Pada Surat Kabar Harian Analisa Dan Harian Waspada)

0 1 15