Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Diabetes Mellitus DM

persentase lanjut usia laki-laki 47. Tetapi persentase lanjut usia yang sakit lebih banyak pada lanjut usia laki-laki daripada lanjut usia perempuan. Sebagian besar lanjut usia mengaku tidak mengalami gangguan kesehatan selama 1 minggu terakhir sebelum pengambilan data dan hanya 27,5 lanjut usia yang mempunyai keluhan kesehatan seperti batuk, pilek, panas, dan sakit kepala berulang yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pasar Merah Medan didapatkan informasi bahwa wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan terdiri dari 4 kelurahan, yaitu kelurahan Teladan Timur, kelurahan Pasar Merah Barat, kelurahan Kota Matsum III dan kelurahan Sei Rengas I. Dari survei awal didapat jumlah yang lanjut usia seluruhnya 1.949 orang. Selanjutnya didapatkan juga informasi bahwa banyak lanjut usia yang sakit dengan keluhan yang sering dialami nyeri sendi, sakit kepala, sulit tidur, batuk-batuk dan kebas-kebas di seluruh tubuh. Dan penyakit yang sering dialami adalah tekanan darah tinggi, stroke ringan, diabetes mellitus dan rematik. Pengamatan lebih lanjut di Puskesmas dan menurut keterangan petugas puskesmas yang biasa menangani lanjut usia bahwa masih ada lanjut usia yang pola makannya tidak baik. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lanjut Usia Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah Apakah ada hubungan gaya hidup pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok dengan status Universitas Sumatera Utara kesehatan lanjut usia lansia di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan tahun 2014

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok dengan status kesehatan lanjut usia lansia di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan gaya hidup pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok dengan status kesehatan lanjut usia lansia

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan informasi bagi Puskesmas Pasar Merah Medan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia 2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar membiasakan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menghadapi masa lanjut usia yang sehat dan bahagia Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Lanjut Usia

Pengertian sehat lanjut usia mengacu pada rumusan sehat WHO yang maknanya bagi lanjut usia adalah kemandirian dalam perikehidupan biopsiko- sosiologiknya. Seorang lanjut usia untuk terbebas sama sekali dari penyakit dan kelemahan adalah merupakan hal yang hampir mustahil. Namun yang terpenting, apapun penyakit yang menyertai lanjut usia, penyakit itu dapat dikelola dengan baik sehingga lanjut usia mampu mandiri secara paripurna bio-psiko-sosiologik. Secara sosial pengertian sehat bagi lanjut usia diartikan mempunyai kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya Darmojo,1999. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh akan membuat lanjut usia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Selain itu pada lanjut usia juga sering terjadi ketergantungan fisik, tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari- hari sendiri oleh karena adanya penyakit. Adanya peningkatan jumlah lanjut usia juga akan mambuat masalah kesehatan yang dihadapi akan semakin kompleks terutama yang berkaitan dengan masalah penuaan Nugroho, 1995. Dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 mengenai kesehatan, dikatakan sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi UU No.36, 2009. Status kesehatan seseorang terwujud oleh empat dimensi kesehatan tersebut antara fisik, mental, sosial dan ekonomi yang saling memengaruhi dalam Universitas Sumatera Utara mewujudkan tingkat kesehatan seseorang. Pengertian sehat tersebut tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja pensiun atau lanjut usia, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial- ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi lanjut usia atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat Darmojo, 1999. Keempat dimensi kesehatan tersebut saling memengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Seseorang yang sehat fisiknya belum tentu sehat mentalnya, demikian juga orang yang sehat fisik dan mentalnya belum tentu sehat spiritualnya, sebaliknya orang yang sehat fisik, mental dan spiritualnya belum tentu sehat sosialnya. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut: 1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Universitas Sumatera Utara 2. Kesehatan mental jiwa mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional dan spiritual. a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan berpikir b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu diluar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang diluar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya. 3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. 4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang dewasa produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil 2 aspek fisik badan dan aspek mental dalam status kesehatan lanjut usia, dimana kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak ada keluhan dan memang secara klinis Universitas Sumatera Utara tidak adanya penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sedangkan kesehatan mental dapat terlihat dari 3 komponen, yaitu: pikiran, emosional dan spiritual Notoatmodjo, 2007. Status kesehatan dikatakan baik apabila sewaktu diadakan pemeriksaan secara fisik tidak ada keluhan penyakit, tekanan darah normal, status mental emosional negatif tidak ada gangguan sesuai dengan data yang didapatkan dari KMS lanjut usia. Sebaliknya status kesehatan lanjut usia dikatakan tidak baik adalah apabila kondisi kesehatan lanjut usia secara menyeluruh baik fisik maupun mental sewaktu diadakan pemeriksaan kesehatan fisik ada keluhan penyakit, tekanan darah tidak normal tekanan darah tinggirendah, status mental emosional positif, ada gangguan Nugroho, 2008. Menurut Mc. Kenzie 2006, banyak yang beranggapan bahwa status kesehatan lanjut usia telah membaik selama beberapa tahun ini karena banyak lanjut usia yang hidup lebih lama, namun di sisi lain menurut Darmojo 1999 penduduk lanjut usia sangat rentan terhadap infeksi, mudah terserang penyakit. Faktor resiko yang paling konsisten dari sakit dan kematian untuk seluruh penduduk adalah usia, dan secara umum, status kesehatan lanjut usia tidak sebaik saat mereka muda. Seperti sudah dikemukakan diatas oleh Nugroho 2008 bahwa pada lanjut usia akan terjadi berbagai kemunduran organ tubuh. Jadi yang diharapkan pada lanjut usia walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan dengan memperhatikan gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, tidak merokok dan lain-lain Sediaoetama, 2004.

2.1.1 Indikator Status Kesehatan Lanjut Usia

Universitas Sumatera Utara Indikator status kesehatan lanjut usia ataupun gambaran kondisi kesehatan lanjut usia dapat dilihat dari morbiditas angka kesakitan, mortalitas angka kematian dan perilaku kesehatan serta pilihan gaya hidup.

1. Morbiditas Angka Kesakitan

Mutu kehidupan lanjut usia menurun jika lanjut usia sering sakit, dan jika kondisi sering kronis atau cedera yang mengakibatkan selalu membatasi kemampuan. Jika lanjut usia dapat mempertahankan kemandirian mereka tentu akan menghindari jasa perawatan yang mahal, misalnya belanja sendiri, masak sendiri makanan mereka, mandi dan berpakaian sendiri, dan berjalan serta menaiki tangga tanpa bantuan orang lain. Untuk lanjut usia umur 70 tahun ke atas yang tidak dirawat, hampir sepertiganya mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan seperempatnya tidak dapat melakukan aktivitas sedikitnya satu dari aktivitas fisik misalnya: berjalan seperempat mil, berjalan menanjak sepuluh langkah tanpa istirahat, berdiri atau bertumpu pada kedua kaki selama dua jam duduk, membungkuk, berjongkok atau berlutut, menjangkau sesuatu yang tinggi, menjulurkan tangan seolah-olah hendak menjabat tangan orang dengan menggunakan jari-jari untuk menggenggam atau memegang, mengangkat atau membawa sesuatu seberat 5 kg. Keterbatasan aktivitas fisik pada lanjut usia semakin bertambah seiring dengan semakin bertambahnya usia dan wanita lebih berkemungkinan daripada pria untuk mengalami keterbatasan fisik. Berkurangnya aktivitas itu dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, kondisi kronis dan kerusakan.

2. Mortalitas Angka Kematian

Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1998, lima penyebab utama kematian untuk lanjut usia berdasarkan jumlah kematian adalah : penyakit Jantung, Kanker, Stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK, Pneumonia, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi. Penyakit Jantung, Stroke, dan PPOK merupakan penyebab kematian tertinggi, hampir tujuh dari setiap sepuluh kematian. Selama 50 tahun terakhir angka mortalitas keseluruhan lanjut usia menurut usia secara kontinu menunjukkan penurunan. Alasan utamanya adalah menurunnya angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke. Walaupun menurun, penyakit jantung tetap menjadi penyebab utama kematian untuk kelompok lanjut usia, sekitar 35 dari seluruh kematian. Tidak seperti angka kematian untuk penyakit jantung dan stroke, angka kematian akibat kanker tetap sama setiap tahun. Peningkatan tertinggi angka kematian untuk lanjut usia terjadi pada kasus Diabetes dan PPOK. Antara tahun 1980-1997, angka kematian menurut usia akibat Diabetes meningkat 32, sementara akibat PPOK 57 Depkes RI, 2008.

3. Perilaku Kesehatan dan Pilihan Gaya Hidup

Perilaku kesehatan dan faktor sosial merupakan hal yang memengaruhi lanjut usia dalam hal membantu lanjut usia memelihara kesehatan dan menjalani hidup sehari-hari. Beberapa lanjut usia percaya bahwa mereka terlalu tua untuk mendapatkan manfaat apapun dari perubahan perilaku kesehatan mereka. Hal itu tentu saja tidak benar, tidak pernah ada kata terlambat untuk melakukan perubahan untuk kebaikan. Pada umumnya lanjut usia memiliki lebih banyak perilaku kesehatan yang baik daripada orang yang lebih muda. Lanjut usia akan lebih kecil kemungkinannya Universitas Sumatera Utara untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Pada tahun 1995, didapatkan data bahwa 28 pria lanjut usia dan 39 wanita lanjut usia lebih banyak duduk daripada mereka yang aktif, tipe aktivitas yang paling umum dilakukan adalah aktivitas ringan sampai menengah, misalnya berjalan-jalan, berkebun, dan melemaskan diri Koswara, 2011. Berikut ini adalah patofisiologi dari beberapa penyakit degeneratif pada lanjut usia, yaitu:

a. Diabetes Mellitus DM

Perubahan gaya hidup dan pola makan meningkatkan timbulnya penyakit degeneratif, seperti Diabetes Mellitus DM, Hipertensi dan Jantung Koroner. Prevalensi penderita DM di Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta pada tahun 2020 Bustan, 2007. Menurut American Diabetes Association ADA tahun 2003, DM adalah penyakit kronik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah, membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dan memerlukan kerjasama dengan penderitanya untuk dapat mengelola secara mandiri, dalam rangka mencegah komplikasi akibat penyakitnya. Keadaan ini disebabkan karena adanya faktor yang menghambat kerja insulin atau jumlah insulin menurun. Insulin merupakan salah satu hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Hormon insulin berfungsi mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh. Bila kadar gula berlebihan akan menimbulkan hiperglikemia, sedangkan pada kekurangan atau cukup tetapi tidak efektif akan menyebabkan hipoglikemia. Selanjutnya menurut ADA 2003, dikenal ada 4 jenis DM, yaitu DM tipe I disebabkan karena kerusakan sel beta pancreas sehingga penderita mengalami Universitas Sumatera Utara kekurangan insulin, DM tipe II disebabkan karena gangguan pengeluaran insulin secara progresif dengan latar belakang resistensi insulin, DM tipe khusus disebabkan karena beberapa hal, misalnya gangguan genetik fungsi sel beta pancreas, gangguan genetik kerja insulin, karena obat-obatan atau zat kimia, dan DM Gestasional, yaitu DM pada kehamilan. Penyebab penyakit DM terutama karena faktor keturunan, namun keturunan DM belum tentu akan mengidap penyakit DM, karena ada kemungkinan bakat DM ini tidak tampak secara klinis bila tidak ada faktor lain, seperti kurang gerak, makanan berlebihan, kehamilan, kekurangan hormon insulin yang disebabkan oleh pankreatomi atau pankreatitis, dan hormon insulin yang terpacu berlebihan. Pembagian DM tersebut berdasarkan insulin terbagi atas dua tipe yaitu: IDDM insulin dependent diabetes mellitus dan NIDDM Non-insulin dependent diabetes mellitus. IDDM atau juvenil DM merupakan penyakit DM yang terjadi karena kerusakan sel beta penghasil insulin, sehingga dalam pengobatannya selalu tergantung pada ketersediaan insulin. DM IDDM biasanya timbul sebelum usia 40 tahun, sering mengalami komplikasi ketosis, dan biasanya dihubungkan dengan morfologi sel beta dan kandungan insulin yang normal bila sel beta tidak mengalami kelelahan. Hampir semua penderita dengan DM IDDM badannya gemuk dan toleransi glukosanya kembali normal atau mendekati normal bila berat badannya dikurangi. Sebaliknya DM NIDDM merupakan penyakit DM yang terjadi karena pola makan yang tidak seimbang sehingga dalam pengobatannya tidak selalu tergantung pada ketersediaan insulin tetapi dengan merubah pola Universitas Sumatera Utara makannya. NIDDM biasanya timbul setelah usia lanjut. Hampir semua penderita DM NIDDM berat badannya kurus Bustan, 2007. Gejala khas seperti poliuria, polidipsi, polifagia, rasa lemas, dan turunnya berat badan merupakan petunjuk penting disamping rasa kesemutan, gatal, dan mata kabur serta impotensia pada pria dan pruitosvulvae pada wanita. Dibandingkan dengan non-DM, penderita DM mempunyai kecenderungan mengidap penyakit menahun seperti trombosis serebri, kebutaan, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, selulitis, dan gangren. Berdasarkan fenomena tersebut perlu adanya tindakan preventif terhadap timbulnya penyakit degeratif terutama hipertensi dan DM. Salah satu usaha untuk mengatasi penyakit tersebut adalah dengan mengatur diet pada pasien atau penderita dan latihan fisik sederhana yang semua bertujuan meminimalkan komplikasi yang mugkin timbul. Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi. Agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan zat gizi, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapainya kondisi kesehatan yang prima Supariasa, 2002. Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita DM untuk menghindari dan membatasi fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak terkontrol sehingga penderita tidak mengalami hipoglikemia atau koma karena hiperglikemia. Menurut Harvey 2003, tujuan terapi diet DM adalah untuk mencapai kadar gula darah normal, melindungi jantung, mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah, mencapai berat badan ideal, mencegah timbulnya Universitas Sumatera Utara komplikasi. Menu makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat dari biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan susu rendah lemak atau tanpa lemak. Karbohidrat dan lemak tidak jenuh sebaiknya menyediakan 60-70 kebutuhan kalori. Lemak jenuh harus dihindari. Protein dibatasi, menyediakan 15-20 kebutuhan kalori. Protein ikan dan kedelai lebih baik bagi penderita DM. Kebutuhan gula dari makanan sebaiknya dipenuhi dari buah-buahan dengan jumlah sesuai kebutuhan Bustan, 2007.

b. Hipertensi