Pola Makan Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014

Dalam Deklarasi Vientiane dikatakan gaya hidup adalah sebagai praktek perilaku dan praktek sosial yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan dari nilai-nilai dan jati diri dari kelompok dan masyarakat diman penduduk hidup dan menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan fisik Darmojo, 1999. Menurut Belloc dan Breslow 1972, yang termasuk gaya hidup sehat adalah: 1. Pola makan yang baik 2. Aktivitas fisik 3. Olahraga 4. Istirahattidur 7-8 jam perhari 5. Tidak merokok 6. Tidak mengonsumsi obat-obatan Watson, 2003

1. Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiolOgi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya Sediaoetama, 2000. Menurut Sri 2007 yang mengutip pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran jumlah, jenis, dan Universitas Sumatera Utara frekwensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu Supariasa dkk, 2002. Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok sumber karbohidrat, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, sayur dan buah. Susunan makanan lanjut usia harus mengandung semua unsur gizi yaitu: karbohidrat, protein, lemak, mineral, air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan serta seimbang dalam komposisinya. Menurut Sediaoetama 2000 pola makanan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula yang meningkat. Belum ada standard menu untuk lanjut usia di Indonesia. Tetapi sebagai bahan acuan dapat dibuat menu makanan lanjut usia dalam sehari berdasarkan konsep “empat sehat lima sempurna“ atau konsep “gizi seimbang“. Sebagai contoh menu berdasarkan “empat sehat lima sempurna” terdiri atas kelompok makanan pangan pokok utama = sumber karbohidrat yaitu nasi 1 porsi, kelompok lauk pauk protein nabati atau protein hewani misalnya daging 1 potong atau tahu 1 potong, kelompok sayuran misalnya sayur bayam 1 mangkok, kelompok buah-buahan misalnya pepaya 1 potong dan susu 1 gelas. Menu seimbang untuk lanjut usia adalah susunan makanan yang mengandung semua unsur zat gizi yang dibutuhkan lanjut usia Denysantoso,2011. Kebutuhan akan serat yang dapat larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan kedelai juga perlu untuk lanjut usia. Selain sebagai sumber serat, buah dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Mengonsumsi serat dan buah sangat penting untuk lanjut usia untuk mencegah sulit buang air besar. Selain itu konsumsi susu dapat menambah kebutuhan air yang kurang pada lanjut usia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan untuk lanjut Universitas Sumatera Utara usia adalah: porsi makan jangan terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit tapi sering, banyak minum air putih sekitar 7-8 gelashari dan batasi minum kopi dan teh, kurangi garam, makanan hendaknya mudah dicerna lembek tidak keras, hindari makanan yang terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurihgorengan Nugroho, 2008, dkk. Contoh menu lanjut usia dalam sehari disajikan pada Tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1. Pola Susunan Makanan Lanjut Usia dalam Sehari Berdasarkan Menu Seimbang No Kelompok Makanan Jenis Pangan Per Porsi Jumlah Porsi per Hari Laki-laki Perempuan 1 Bahan Pokok Sumber Karbohidrat Nasi 1 piring 3 2 2 Lauk Pauksumber protein hewaninabati Daging 1 potong Tahu 1 potong 1,5 5 2 4 3 Sayuran Bayam 1 mangkok 1,5 1,5 4 Buah-buahan Pepaya 1 Potong 2 2 5 Susu Skim 1 Gelas 1 1 Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI 1992 Menu ini disusun berdasarkan kecukupan energi dan gizi bagi lanjut usia dalam sehari, 3 kali makanan pokokutama dan 2 kali makanan selingan. Makanan selingan dikonsumsi untuk menunggu jadwal makanan pokok. Hal ini perlu dilakukan supaya jangan sampai perut kosong yang dapat menyebabkan peningkatan asam lambung. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Menu untuk Lanjut Usia dalam Sehari No. Waktu Makan Menu Porsi 1. Pagi Sumber karbohidrat 1 piring Protein 1 potong Susu 1 gelas 2. Selingan Makanan jajanan 1 potong 3. Siang Karbohidrat 1 piring Protein nabatihewani 1 potong Sayuran 1 mangkok Buah-buahan 1 buah 4. Selingan Makanan jajanan 1 potong 5. Malam Karbohidrat 1 piring Protein nabatihewani 1 potong Sayuran 1 mangkok Buah-buahan 1 buah Sumber: Nasoetion, dalam Nugroho 2008 Menurut Nugroho 2008 untuk menjaga agar menu harian tidak monoton, tetapi bervariasi maka perlu menyajikan berbagai bahan makanan pengganti atau penukar bagi kelompok makanan yang akan disajikan pada Tabel 2.3, variasi dalam menu harian sangat diperlukan karena dapat menghindari rasa bosan dan baik bagi kelengkapan zat gizi komplementasi zat gizi. Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengonsumsi sayuran, buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3. Berbagai Kelompok Makanan PenggantiPenukar Kelompok Makanan Jenis Makanan Sumber Karbohidrat Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, makaroni Sumber Protein Hewani Daging ayam, daging sapi, hati ayam atau sapi, telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging Sumber Protein Nabati Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom Buah-buahan Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat Sayuran Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel, selada Makanan Jajanan Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles Susu Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim Sumber: Nasoetion, dalam Nugroho 2008 Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat diturunkan jika pola makan seimbang sebaliknya penyakit degeneratif dan penyakit kanker meningkat jika pola makan tidak seimbang. Dibeberapa daerah masalah penyakit infeksi masih menonjol sehingga dalam transisi epidemiologi kita menghadapi beban ganda Double Burden, peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola makan, dikota-kota besar berubah dari pola makanan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan masyarakat berat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam tetapi rendah serat Mien, 1998. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut WHO 2003 meningkatnya industrialisasi, urbanisasi, mekanisme yang terjadi di sebagian besar negara di dunia, berhubungan dengan perubahan makanan dan perilaku, termasuk ke dalamnya makanan yang tinggi lemak dan tinggi energi serta gaya hidup yang lebih santai, melakukan aktivitas bisa dibantu dengan peralatan yang tidak banyak mengeluarkan energi. Tingginya kandungan sukrosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan tensi normal yang kemudian memberikan efek menigkatkan penyerapan NaCl natrium klorida pada orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi Kotchen dan Jane, 1995. Sukrosa mungkin dapat menurunkan kadar lemak darah dan memiliki efek merugikan pada toleransi glukosa Willet, 1990. Konsumsi lemak mempunyai pengaruh kuat pada resiko penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, efek lain pada lipid darah, trombosis, tekanan darah tinggi Tamher, 2009. Sedangkan menurut Willet 1990 efek dari protein dan jenis protein pada manusia belum jelas dan hubungan jenis protein dengan resiko PJK Penyakit Jantung Koroner diterima dengan sedikit perhatian pada studi-studi epidemiologi Wirakusumah, 2002. Konsumsi natrium dari berbagai sumber makanan memengaruhi tekanan darah dan seharusnya membatasi konsumsi, Natrium untuk mengurangi resiko hipertensi yang dapat berakibat pada Penyakit Jantung Koroner PJK dan stroke, dianjurkan konsumsi tidak lebih dari 1,7 gr. Natrium per hari. Konsumsi serat, sayuran dan buah setiap hari akan memberi perlindungan terhadap PJK dan juga menurunkan tekanan darah dan stroke Maryam, 2008. Universitas Sumatera Utara Menurut Depkes RI 2008, dengan bertambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya: untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lanjut usia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan pengawet, makanan kaya lemak, makanan kaya kolesterol. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi rusak karena makan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit Depkes RI, 2008. Pada lanjut usia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme didalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lanjut usia tidak terpenuhi secara adekuat dan lengkap. Untuk itu perlu mengonsumsi suplemen makanan tetapi harus sesuai dengan anjuran dokter Depkes RI, 2008.

2. Aktifitas Fisik