BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lanjut usia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai lanjut
usia dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Dikatakan lanjut usia tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan
tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan lanjut usia dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan
dewasa Depkes RI, 1999. Batasan umur lanjut usia yang digunakan adalah batasan umur lanjut usia menurut Depkes 2008 yang juga dipakai untuk pencatatan Kartu
Menuju Sehat KMS lanjut usia di Puskesmas yaitu usia pra senilis 45-59 tahun, lanjut usia lansia 60-69 tahun dan usia lanjut risiko tinggi yaitu usia 70 tahun atau
lebih Depkes RI, 2008. Peningkatan pertumbuhan penduduk lanjut usia mulai dirasakan sejak tahun
2000 yaitu jumlah lanjut usia 14,4 juta orang dengan peningkatan 7,18 dengan usia harapan hidup 64,5 tahun, pada tahun 2006 jumlah lanjut usia 19 juta orang dengan
peningkatan sekitar 8,9 dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Tahun 2010 penduduk lanjut usia diperkirakan sebanyak 23,9 juta orang dengan peningkatan
9,7 dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan
peningkatan sekitar 11,34 dan usia harapan hidup 71,1 tahun. Diperkirakan pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2020-2025 Indonesia akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Nugroho, 2008.
Peningkatan penduduk lanjut usia tersebut menurut Nugroho 1995, disebabkan oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan usia harapan
hidup ini disebabkan oleh 3 hal yaitu: 1 kemajuan dalam bidang kesehatan, 2 meningkatnya sosial ekonomi dan 3 meningkatnya pengetahuan masyarakat.
Menurut Nugroho 1999, jika pemerintah dan berbagai program pembangunan tidak mengantisipasi keadaan ini maka keberadaan lanjut usia akan
menjadi bom waktu. Dengan meningkatnya jumlah lanjut usia maka akan membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lanjut usia itu
mengalami kemunduran, baik secara fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh akan membuat lanjut usia menjadi rentan terhadap
penyakit yang bersifat akut atau kronis. Menjadi tua merupakan suatu fenomena alamiah sebagai akibat proses menua.
Fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang bersifat universal. Proses menua bersifat regresif dan mencakup proses
organobiologis, psikologik serta sosiobudaya. Menjadi tua ditentukan secara genetik dan dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang Tamher, 2009.
Agar tetap sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu membiasakan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang
bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisikolahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini
semestiya sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lanjut
Universitas Sumatera Utara
usia seseorang dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah kesehatan. Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat
memengaruhi kesehatan antara lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur
dan kebiasaan merokok Sediaoetama, 2004. Menurut Syumanda 2009, melalui gaya hidup yang tidak baik dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas
fisik, aktivitas fisik yang serba praktis merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti Diabetes Mellitus, Tekanan Darah Tinggi hipertensi,
Penyakit Jantung dan Stroke Bustan, 2007. Menurut Bustan 2007, secara umum kondisi fisik seseorang yang telah
memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: 1 perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, 2
perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf yaitu otak 3 perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan 4 perubahan motorik
antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan didalam bergerak. Perubahan- perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari Watson, 2003.
Secara individu pengaruh proses ketuaan menimbulkan berbagai masalah. Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan penduduk lanjut usia adalah
permasalahan kesehatan, sebab perjalanan penyakit pada lanjut usia mempunyai ciri
Universitas Sumatera Utara
tersendiri yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh. Masalah kesehatan lanjut usia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan degeneratif juga
secara progresif tubuh akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi, disamping itu juga dengan bertambahnya usia muncul masalah psikologis. Sejalan dengan
bertambahnya umur, lansia sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
berat, memasuki masa pensiun, ditinggal mati pasangan, stress menghadapi kematian, depresi, munculnya berbagai macam penyakit dan lain-lain Darmojo, 1999.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
kurang bergerak, instability berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh, incontinence buang air kecil dan atau buang air besar, intellectual impairment
gangguan intelektualdementia, infection infeksi, impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity gangguan panca
indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, impaction sulit buang air besar, isolation depresi, inanition kurang gizi, impecunity tidak punya uang,
iatrogenesis menderita penyakit akibat obat-obatan, insomnia gangguan tidur, immune deficiency daya tahan tubuh yang menurun, impotence impotensi Bustan,
2007. Selanjutnya menurut Bustan 2007, penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lanjut usia adalah: gangguan pembuluh darah dari hipertensi sampai
stroke, gangguan metabolik Diabetes Mellitus, gangguan persendian arthritis, encok, dan terjatuh, gangguan psikososial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak
berfungsi lagi. Dari hasil sebuah studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lanjut Usia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit yang terbanyak diderita lanjut usia adalah penyakit sendi
52,3, hipertensi 38,8, anemia 30,7 dan katarak 23. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disability ataupun kelemahan pada lanjut usia.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui penyakitmasalah sedini mungkin. Dengan demikian proses penyakit
dapat dihambat atau dicegah sedini mungkin agar tetap dalam keadaan sehat, baik fisik maupun mental serta sosial Nugroho, 2008.
Menurut WHO, gaya hidup kurang sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan didunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya
disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurang aktivitas fisik, hal ini karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin
banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh menjadi terganggu yang kemudian meyebabkan kemunduran fisik yang pada
akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya Diabetes Mellitus, Tekanan Darah Tinggi, Penyakit Jantung dan Stroke.
Angka kesakitan morbiditas dan angka kematian mortalitas penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan gambaran mengenai derajat
kesehatan penduduk secara umum. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2009 sebesar 30,46, artinya bahwa dari setiap 100 orang lanjut usia terdapat sekitar 30
orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20 lebih rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan 32,96. Hal ini
menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia perkotaan relatif lebih
Universitas Sumatera Utara
baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2005 sebesar 29,98, tahun 2007 sebesar 31,11 dan tahun 2009 sebesar
30,46 BPS, 2009. Angka kematian pada lanjut usia tidak begitu mempengaruhi harapan hidup pada waktu lahir, karena ternyata menurut angka-angka yang
terkumpul harapan hidup waktu usia 60 tahun dinegara-negara kurang berkembang 14,9 tahun dan negara-negara yang sudah berkembang 18,5 tahun.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761
jiwa 4,6 pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.882 jiwa 5,9 pada tahun 2010. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan sensus
penduduk 2010, jumlah penduduk lanjut usia di kota Medan mencapai 117.216 orang 5,59 yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang 3,85.
Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah mudah dan memerlukan kerja sama para pihak, antara lain: lanjut usia itu sendiri, keluarga,
masyarakat, pemerintah, organisasi dan pemerhati kesejahteraan serta profesi dibidang kesehatan yang lebih penting adalah peran aktif dari lanjut usia sendiri dan
keluarga dalam melaksanakan gaya hidup sehat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan.
Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu lanjut usia, pelayanan kesehatan lanjut usia ditingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit Watson, 2003. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Anna 2007 di 27 propinsi di
Indonesia didapatkan hasil persentase lanjut usia perempuan 53,0 lebih besar dari
Universitas Sumatera Utara
persentase lanjut usia laki-laki 47. Tetapi persentase lanjut usia yang sakit lebih banyak pada lanjut usia laki-laki daripada lanjut usia perempuan. Sebagian besar
lanjut usia mengaku tidak mengalami gangguan kesehatan selama 1 minggu terakhir sebelum pengambilan data dan hanya 27,5 lanjut usia yang mempunyai keluhan
kesehatan seperti batuk, pilek, panas, dan sakit kepala berulang yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pasar Merah Medan didapatkan informasi bahwa wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan
terdiri dari 4 kelurahan, yaitu kelurahan Teladan Timur, kelurahan Pasar Merah Barat, kelurahan Kota Matsum III dan kelurahan Sei Rengas I. Dari survei awal
didapat jumlah yang lanjut usia seluruhnya 1.949 orang. Selanjutnya didapatkan juga informasi bahwa banyak lanjut usia yang sakit dengan keluhan yang sering dialami
nyeri sendi, sakit kepala, sulit tidur, batuk-batuk dan kebas-kebas di seluruh tubuh. Dan penyakit yang sering dialami adalah tekanan darah tinggi, stroke ringan, diabetes
mellitus dan rematik. Pengamatan lebih lanjut di Puskesmas dan menurut keterangan petugas puskesmas yang biasa menangani lanjut usia bahwa masih ada lanjut usia
yang pola makannya tidak baik. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan
Lanjut Usia Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014”.
1.2. Permasalahan