Analisa Jumlah Operator Pada Bagian Pengepakan Dengam Metode Work Sampling dan Biomekanika di PT. Mutiara Mukti Farma

(1)

ANALISA JUMLAH OPERATOR PADA BAGIAN

PENGEPAKAN DENGAN METODE

WORK SAMPLING

DAN

BIOMEKANIKA

DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA

P R O P O S A L T U G A S S A R J A N A Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh

ANAS SYAHPUTRA 080403152

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Perusahaan dituntut setiap waktu untuk mampu memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap pelanggan, baik dari segi waktu pemenuhan kebutuhan maupun dari segi kualitas sesuai dengan permintaan. Ketersediaan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang memadai dan dengan jumlah yang tepat selalu menjadi tujuan dari pelaksanaan produksi itu sendiri, meskipun tidak melupakan faktor penting lainnya yang berpengaruh dalam proses produksi seperti mesin, peralatan dan lain sebagainya Penelitian ini dilakukan di bagian pengepakan di PT. Mutiara Mukti Farma yang merupakan perusahan yang memproduksi obat merek antalgin, operator di bagian pengepakan berjumlah 5 orang

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa jumlah operator yang sesuai di bagian pengepakan

Tahapan yang digunakan untuk menganalisa jumlah operator yang sesuai adalah melakukan pengukuran waktu siklus untuk mengetahui waktu yang di butuhkan operator mengerjakan pekerjaannya dalam satu siklus kerja, pengukuran

work dan idle untuk mengetahui berapa persen operator megerjakan pekerjaannya dan berapa banyak waktu menganggur, pengukuran beban kerja dengan metode

biomekanika untuk mengetahui beban yang diangkut operator apakah memiliki indikasi cedera tulang belakang atau tidak.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah operator yang sesuai berjmlah 8 orang operator, sehingga di butuhkan 3 operator tambahan di bagian pengepakan. Kata Kunci : NIOSH, work sampling, biomekanika, jumlah operator yang di


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul

“Analisa Jumlah Operator Pada Bagian Pengepakan Dengam Metode Work Sampling dan Biomekanika Di PT. Mutiara Mukti Farma ”.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalam tugas sarjana ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan Laporan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara Medan, Maret 2015

Penulis Anas syahputra


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. ALLAH Tuhan Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat di selesaikan dengan baik.

2. Kepada kedua orang tua tercinta (Zainal Arifin Sinaga dan Susi Supartinah) yang telah memberikan semangat kepada penulis sehingga tetap semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Ibu Ir. Anizar, Mkes selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Ibu Rahmi M. Sari, MM(T) selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

5. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Ir. Rosnani Ginting, MT. Selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.


(7)

8. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. Selaku Ketua Bidang Ergonomi dan Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

9. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Buk Ani, Kak Rahma, Kak Mia dan Bang Kumis yang telah membantu mengurus keperluan administrasi.

10.Sahabat-sahabat penulis, Zulfan bulbul, Dinda, Eva, Bintang, Dita Nenek, Audra, Armen, Trisman, dan teman-teman transfer yang telah memberikan semangat, motivasi, suka duka selama kuliah.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

SERTIFIKAT SIDANG SARJANA

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii ABSTRAK

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-3 1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Pembatasan Masalah... I-4 1.6. Asumsi Yang Digunakan ... I-5 1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup ... II-2 2.3. Struktur Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6 2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-6

III LANDASAN TEORI

3.1. Pengukuran Waktu... III-1 3.3.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Menggunakan

Metode jam Henti ... III-2 3.3.2. Pengukuran Waktu Kerja dengan Menggunakan

Metode Work Sampling ... III-4 3.2. Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse ... III-2 3.3. Kelonggaran ... III-5 3.4. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu baku ... III-7

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.3. Jenis Penelitian... IV-1 4.4. Kerangka Berfikir ... IV-1 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6. Sumber Data ... IV-2 4.7. Tahapan Penelitian... IV-3 4.8. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-4 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-7 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.11. Penarik Kesimpulan ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Penentuan Waktu Pengamatan ... V-1 5.1.1. Pengamatan Sampling Kerja ... V-1 5.1.2. Penentuan Kelonggaran ( Allowance) ... V-14 5.2. Pengolahan Data ... V-21 5.2.1. Perhitungan Work Pada Operator ... V-21

5.2.2. Uji Keseragaman Data ... V-23 5.2.3. Uji Kecukupan Data ... V-25 5.2.4. Perhitungan Tingkat Ketelitian Data Pengamatan ... V-27


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.5. Perhitungan Waktu Standar ... V-28 5.2.6. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja

Standar Berdasarkan Waktu Standar ... V-29 5.3. Penilaian Biomekanika dengan Metode RWL dan LI ... V-32 5.3.1. Data Operator Angkut di Bagian Pengepakan... V-32

5.3.2. Perhitungan Recommended Weight Limit ... V-33 5.3.3. Perhitungan Lifting Index ... V-34

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Waktu Standar Tenaga Kerja ... VI-1 6.2. Analisis Jumlah Tenaga Kerja ... VI-1 6.3. Analisis Beban Kerja Operator ... VI-1

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-1


(12)

DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1.Struktur Organisasi ... II-5 2.2.Uraian Proses Produksi Obat Tablet ... II-16 4.1. Kerangka Konseptual... IV-2 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-5


(14)

ABSTRAK

Perusahaan dituntut setiap waktu untuk mampu memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap pelanggan, baik dari segi waktu pemenuhan kebutuhan maupun dari segi kualitas sesuai dengan permintaan. Ketersediaan tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang memadai dan dengan jumlah yang tepat selalu menjadi tujuan dari pelaksanaan produksi itu sendiri, meskipun tidak melupakan faktor penting lainnya yang berpengaruh dalam proses produksi seperti mesin, peralatan dan lain sebagainya Penelitian ini dilakukan di bagian pengepakan di PT. Mutiara Mukti Farma yang merupakan perusahan yang memproduksi obat merek antalgin, operator di bagian pengepakan berjumlah 5 orang

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa jumlah operator yang sesuai di bagian pengepakan

Tahapan yang digunakan untuk menganalisa jumlah operator yang sesuai adalah melakukan pengukuran waktu siklus untuk mengetahui waktu yang di butuhkan operator mengerjakan pekerjaannya dalam satu siklus kerja, pengukuran

work dan idle untuk mengetahui berapa persen operator megerjakan pekerjaannya dan berapa banyak waktu menganggur, pengukuran beban kerja dengan metode

biomekanika untuk mengetahui beban yang diangkut operator apakah memiliki indikasi cedera tulang belakang atau tidak.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah operator yang sesuai berjmlah 8 orang operator, sehingga di butuhkan 3 operator tambahan di bagian pengepakan. Kata Kunci : NIOSH, work sampling, biomekanika, jumlah operator yang di


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerja yang melakukan kerja secara manual (manual material handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain karyawan di industri . Aktivitas manual material hendling (MMH) yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang timbul dari aktifitas manual material handling yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah kelelahan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari yang ringan sampai yang sangat sakit.

PT. Mutiara Mukti Farma merupakan suatu perusahaan yang bergerak produksi obat, dengan jenis tablet, kapsul, sirup, dan kaplet. Pembuatan tersebut, tentu peran manusia menjadi salah satu hal yang penting untuk di pikirkan agar operator merasa nyaman di tempat kerjanya, sebagian besar pekerjaan di perusahaan ini sudah menggunakan mesin, tetapi di beberapa stasiun kerja masih menggunakan tenaga manusia seperti pada bagian pengepakan, di bagian pengepakan operator yang yang bekerja pada pengepakan bagian sirup sebanyak 6 orang, mulai dar mengepak bingkisan sampai memasukkan kedalam kardus kemudian dipindahkan ke troli untuk diantar kebagian gudang.

Pemindahan material secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri


(16)

yang disebut sebagai Over exertion-lifting and carrying adalah kerusakan jaringan tubuh akibat beban angkat yang berlebihan Berdasarkan pengalaman beberapa parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan mengangkat antara lain berat beban yang diangkat, perbandingan berat beban dengan orangnya, jarak horizontal terhadap pekerja, ukuran beban yang diangkat (beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak beban yang jauh dan bisa menggangu pandangan.

Penelitian yang dilakukan Dyah Ika Rinawati, Diana Puspitasari, Fatrin Muljadi di IKM batik Surakarta, tepatnya di Kampoeng Batik Laweyan Jenis batik yang diproduksi adalah batik cap dan batik tulis dengan sebagian besar jenis batik yang diproduksi adalah batik cap. IKM Batik Saud Effendy ini berproduksi dengan strategi make to order dan belum ada pedoman waktu produksi. Selain itu beban kerja pada setiap stasiun kerja kurang seimbang, dimana dari value stream mapping yang ada, pada stasiun pengecapan dalam penyelesaian 1 lot produksi sebanyak 120 meter menghasilkan waktu terlama dibandingkan dengan stasiun kerja lainnya, yaitu 434 menit dengan 3 orang pekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan waktu baku dan jumlah tenaga kerja optimal pada setiap tahapan proses. Dari hasil penelitian dan perhitungan didapatkan waktu baku untuk masing-masing proses produksi, yaitu pemotongan mori (17,46 menit), pengecapan (582,15 menit), pewarnaan (84,06 menit), pengeringan dan pencucian (207,98 menit), penglorodan sebesar 99,87 menit, pengeringan 1123,2 menit, dan packing sebesar 75,24 menit. Usulan tenaga kerja yang diberikan dapat menghemat biaya pengeluaran IKM sebesar 12%..


(17)

1.2 Perumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, masalah pokok yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan jumlah operator angkut yang paling optimal di bagian pengepakan.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Secara umumTujuan penelitian adalah melakukan pengukuran beban kerja yang dapat ditanggung oleh operator untuk mengurangi kelelahan pada operator.

Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi bagian tubuh operator yang mengalami rasa sakit pada saat pengangkatan kardus yang berisi obat.

2. Mengetahui beban kerja operator bagian pengepakan pada saat pengangkatan kardus yang berisi obat

3. Mengidentifikasi jumlah operator yang sesuai untuk bagian pengangkutan di bagian pengepakan

Manfaat penelitian ini antara lain : a. Bagi Perusahaan :

1. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam menyusun rencana peningkatan produktifitas dengan memaksimalkan efektifitas dari operator.

2. Perusahaan dapat mengetahui batasan kerja dari operator, untuk mencegah kecelakaan kerja di lapangan.


(18)

b. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada dengan permasalahan yang ada di perusahaan

c. Bagi Departemen Teknik Industri USU

1. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak perusahaan tempat dilakukannya penelitian.

2. Memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai forum disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaan

1.4 Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data yang dikumpulkan mulai dari bulan Februari 2015. 2. Operator sudah bekerja minimal 2 tahun.

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran beban kerja hanya di lakukan pada opertator yang masih melakukan pekerjaan secara manual yaitu bagian pengepakan.

2. Pengukuran beban kerja hanya menyangkut faktor-faktor yang dapat diukur

(tangible) secara kuantitatif karena hasil yang diperlukan adalah bersifat kuantitatif.


(19)

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan laporan bertujuan untuk mempermudah dalam menyusun dan mempelajari bagian-bagian dari seluruh rangkaian penelitian. Adapun sistematika penulisan laporan hasil penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan sistematika penulisan laporan tugas sarjana.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan

Pada bab ini berisi tentang sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi yang diterapkan perusahaan, rincian tugas dan tanggung jawab dalam perusahaan, uraian proses produksi tablet, jenis mesin, sistem pengupahan, tenaga kerja.

BAB III Landasan Teori

Pada bab ini berisi teori-teori pendukung yang digunakan dalam analisa pemecahan masalah meliputi prinsip Work Sampling

BAB IV Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi identifikasi jenis penelitian, lokasi penelitin, kerangka konseptual penelitian yang menjadi dasar berpikir dalam melakukan penelitian sumber data yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisa data. selanjutnya pada metodologi penelitian dijelaskan langkah penelitian dan langkah-langkah pengolahan data dalam bentuk flow chart.


(20)

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan data

Bab ini berisi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian serta melanjutkan pengolahan data yang membantu pemecahan masalah. BAB VI Analisis Pemecahan Masalah

Bab ini membahas analisis hasil pengolahan data dan mencari solusi pemecahan masalah

BAB VII Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Mutiara Mukti Farma awalnya merupakan milik perseorangan, pemiliknya bernama H. T. M. Panggabean yang mendirikan bangunan dan selanjutnya digunakan sebagai kantor serta pabrik farmasi dengan nama

“SEJATI” yang pada masa itu memproduksi anggur obat dengan merk “SIAGOGO”. Pabrik farmasi dahulunya didirikan dengan surat izin bangunan No.

41/RKT/S/MBU/72/1975 dari Dinas Bangunan Kodati II Medan, waktu itu pada bulan Januari 1980, Bapak H. T. M. Panggabean menjual bangunan tersebut dengan Bapak Drs. Weslyn Siahaan dengan akte No. 112 per tanggal 31 Januari 1980 maka didirikanlah PT. Mutiara Mukti Farma dengan Bapak Drs. Weslyn Siahaan sebagai direktur utama. Melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 0098/A/SK/PAB/I/81 memberi izin kepada PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendirikan sebuah industri farmasi yang memproduksi obat-obatan serta menjualnya. Mulai dari sejak saat itu dengan surat Izin Produksi Departemen Kesehatan RI c/q Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81 PT. Mutiara Mukti Farma mulai memproduksi obat-obatan sampai dengan saat ini.

PT. Mutiara Mukti Farma didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No. 85/PT/1980 tanggal 10 Juni 1980 atas Keputusan Menteri Kehakiman


(22)

RI No. Y. A. 5/289/10 tanggal 3 Juni 1980 dan dicantumkan pada tambahan berita

negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981 dengan merk/alamat: ”PT. MUTIARA

MUKTI FARMA (PT. MUTIFA) INDUSTRI FARMASI” Jl. Brigjend. Katamso No. 200 Medan, kemudian dengan akte No. 35 yang dibuat pada tanggal 29 November 1988 diadakanlah akte perubahan pemegang saham serta manajemen perusahaan yang selanjutnya diputuskan oleh Menteri Kehakiman RI No. C2-1134/HT/01/04 tahun 1989 pada tanggal 31 Januari 1989, dalam akte tersebut berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris serta pemegang saham menetapkan bahwa sebagai penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob sampai batas waktu yang belum ditentukan.

PT. Mutiara Mukti Farma dalam perkembangannya membeli sebidang tanah di Jalan Besar Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang seluas 8.622 m2 untuk lokasi pembangunan pabrik baru dengan menggunakan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembangunan dimulai pada tahun 1992 sedangkan pemakaiannya diresmikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tanggal 27 Juli 1994. Kemudian diadakan perubahan izin industri farmasi yang menggunakan CPOB dengan No. PO.01.2.01796 yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI tanggal 22 Juli 1994.

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Ruang lingkup bidang usaha pada PT. Mutiara Mukti Farma dalam memproduksi jenis obat-obatan dapat dilihat dibawah ini:


(23)

- Tablet, yaitu obat yang terbuat dari bubuk yang dipadatkan dan berbentuk bulat .

- Kapsul, yaitu obat yang berbentuk kapsul yang berisi powder (serbuk). - Kaplet, yaitu tablet yang berbentuk seperti kapsul.

- Serbuk oral (Powder) obat yang berbentuk serbuk langsung di bungkus dalam plastik.

- Salep sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.

- Sirup obat yang berwujud cairan dalam botol.

- Injeksi steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir.

Selain memproduksi obat-obat kimia, saat ini PT. Mutiara Mukti Farma juga tengah mengembangkan obat-obatan tradisional.

2.3 Struktur Organisasi dan Manajemen

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktivitas yang berbeda-beda harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan sasaran perusahaan dengan kondisi efisiensi yang tinggi. Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap karyawan dan pimpinan


(24)

akan mengetahui batas kewajibannya, wewenangnya serta tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Suatu struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel dalam arti hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi perusahaan.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma adalah struktur organisasi fungsional, dimana wewenang dari pimpinan utama diberikan sepenuhnya kepada masing-masing pimpinan bidang/ fungsi. Dengan demikian pemimpin satuan dengan bidang-bidang tertentu ini dapat memerintah dan meminta pertanggung jawaban dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada, sepanjang menyangkut bidang kerjanya.

Bentuk struktur organisasi PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(25)

(26)

2.3.1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Organisasi diperlukan personil-personil yang menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat di Lampiran 1.

2.3.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Kegiatan utama fungsi penarikan tenaga kerja adalah penyusunan program penerimaan tenaga kerja, seleksi dan penempatan. Kegiatan penerimaan dan penempatan tenaga kerja pada PT. Mutiara Mukti Farma diatur sendiri oleh perusahaan dengan terlebih dahulu melihat situasi kegiatan yang ada, apakah perusahaan memerlukan karyawan atau tidak. Hal ini perlu diperhitungkan mengingat prinsip efektifitas dan efisiensi yang diterapkan perusahaan. Jumlah tenaga kerja pada PT. Mutiara Mukti Farma sampai saat ini berjumlah 137 orang, dengan rincian pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma No. Uraian Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Wakil Direktur 1

3 Asisten Direktur 1

4 Manajer 8

5 Adminstrasi dan Keuangan 8

6 Perencanaan Produksi 1

7 Unit Sirup 10

8 Unit Kapsul 6

9 Unit Injeksi 13

10 Unit Tablet 24


(27)

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma (Lanjutan)

No. Uraian Jabatan Jumlah (Orang)

12 Unit Cuci Botol 4

13 Gudang Kemasan 4

14 Gudang Bahan Baku 3

15 Gudang Barang Jadi 3

16 Teknisi 3

17 Laboratorium 7

18 Tenaga Blister 4

19 Tenaga Strip 7

20 Pengemasan 12

21 Tukang Kebun 1

22 Supir 1

23 Satpam 3

24 Jaga Malam 3

25 Cleaning Service 3

Total 137

Sumber: Kantor HRD PT. Mutiara Mukti Farma

Jam kerja PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian kantor, bagian produksi dan bagian keamanan.

a. Bagian Admintrasi Kantor

 Pada hari Senin sampai dengan Jum’at:

Pukul 08.30 – 12.00 WIB (bekerja) Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat) Pukul 13.00 – 16.30 WIB (bekerja) b. Bagian Produksi

 Pada hari Senin sampai dengan Jum’at:

Pukul 08.00 – 12.00 WIB (bekerja) Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istirahat)


(28)

Pukul 13.00 – 17.00 WIB (bekerja)

 Pada hari Sabtu:

Pukul 08.30 – 13.00 WIB (bekerja) c. Bagian Keamanan

Pada hari Senin sampai dengan Minggu dibagi dalam 2 shift, yaitu:

 Shift I : Pukul 07.00 – 19.00 WIB

 Shift II : Pukul 19.00 – 07.00 WIB

2.3.3 Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Penghargaan terhadap hasil kerja karyawan diwujudkan dalam memberi upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan juga meningkatkan produktivitas kerja. Sejalan dengan maksud di atas, PT. Mutiara Mukti Farma berusaha sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah kebijakan tentang Upah Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali, yaitu setiap awal bulan

2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja, yaitu:

 Jam pertama sebesar 1,5 kali upah setiap jam kerja normal

 Jam kedua sebesar 2 kali upah jam kerja normal

 Jam ketiga ke atas dibayar sebesar 3 kali upah setiap jam kerja normal 3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.


(29)

4. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan satu bulan gaji atau tergantung besaranya keuntungan perusahaan.

PT. Mutiara Mukti Farma berusaha selain upah yang diberikan, perusahaan juga memperhatikan keselamatan kerja para karyawannya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan. Dalam pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran dari kegiatan organisasi karyawan, seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) yakni sebesar 2% dari gaji karyawan, selain itu perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembalikan kesegaran dan kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan cuti kepada karyawan yang telah bekerja minimum 1 tahun. Hak cuti yang diberikan perusahaan adalah 12 hari kerja dalam setahun, bagi karyawan yang sedang hamil atau melahirkan, berhak mendapatkan cuti selama 3 bulan, sedang cuti haid selama 2 hari kerja setiap bulannya.

Fasilitas yang diberikan perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma adalah: a. Imbalan resmi (gaji) dan kompensasi tambahan yang diperoleh setiap

karyawan

b. Catu beras diberikan 2 kali 1 bulan

c. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan

d. Insentif produksi, yaitu bonus kepada karyawan bila memenuhi target produksi yang ditetapkan perusahaan


(30)

e. Tunjangan jabatan, merupakan pelengkap gaji pokok mengingat adanya pekerjaan yang memegang tanggung jawab serta tuntutan khusus. Tunjangan ini biasanya diberikan untuk jabatan tingkat Manajer

f. Uang transport, hanya diberikan kepada karyawan tetap sebagai tambahan untuk melancarkan produktivitas karyawan. Besarnya uang transport disesuaikan dengan kedudukan karyawan dalam perusahaan.

Selain fasilitas diatas, perusahaan juga melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, seperti:

a. Diikutsertakan dalam keanggotaan Astek b. Jaminan hari tua atau uang pensiun

c. Jaminan kecelakaan kerja, jaminan ini dilakukan dengan cara pemberian sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Jaminan kecelakaan kerja ini diberikan apabila tenaga kerja tersebut mengalami kecelakaan dalam tugasnya

d. Beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi

e. Apabila karyawan meninggal setelah berdinas selama 10 tahun, maka diberikan tunjangan janda dan yang berdinas dibawah 10 tahun akan diberikan tunjangan sebesar 2 bulan gaji dan tunjangan kemalangan dari Astek

f. Karyawan yang telah berdinas selama 25 tahun diberikan insentif sebesar 2 bulan gaji.


(31)

2.4 Proses Produksi

PT. Mutiara Mukti Farma dalam melakukan proses produksinya banyak menghasilkan jenis obat-obatan. Tetapi dalam pelaksanaan penelitian di PT. Mutiara Mukti Farma, kegiatan proses produksi yang diamati hanya menyangkut pembuatan obat jenis tablet. Dalam pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin, peralatan, dan tenaga kerja. Dalam kegiatan operasinya, obat yang telah dihasilkan akan diuji oleh tenaga ahli dengan suatu sistem pengendalian mutu yang baik dari manajemen.

2.4.1 Bahan Baku Yang Digunakan

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan ini memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Dalam pembuatan tablet, bahan baku yang digunakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Bahan Berkhasiat (zat aktif)

Bahan berkhasiat adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat yang mana bahan inilah yang berfugsi untuk menyembuhkan penyakit. Bahan berkhasiat ini berupa tepung yang disesuaikan dengan jenis obat yang akan di produksi berdasarkan formulasi yang telah ditentukan

- Nama Obat : Antalgin - Bahan Berkhasiat : Antalgin


(32)

b. Bahan Pengisi

Bahan pengisi berguna untuk menambah berat serta ukuran obat sehingga mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan pada obat yang bahan berkhasiatnya berkompisisi rendah, pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan misalnya aspirin atau obat antibiotik. Tepung yang diperoleh dari jagung, gandum atau kentang dipergunakan sebagai bahan pengisi tablet

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengisi : Lactose, Corn Starch

2.4.2 Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan dalam proses pembuatan suatu produk dalam meningkatkan mutu produk dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan terdiri dari :

a. Bahan Pengikat

Bahan pengikat digunakan untuk menyatukan bahan baku obat sehingga dapat bersatu. Bahan pengikat berupa pasta yaitu campuran air dan tepung. Pasta kanji merupakan bahan pengikat yang paling banyak dipakai, dibuat dengan cara melarutkan kanji ke dalam air kemudian dipanaskan selama beberapa waktu tertentu.

- Nama Obat : Antalgin - Bahan Pengikat : Amylum


(33)

b. Bahan Penghancur

Bahan pengahancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika bercampur dengan cairan yang terdapat dalam saluran pencernaan. Bahan dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembangkannya dan menyebabkan tablet pecah menjadi partikel-partikel. c. Bahan Pelicin dan Anti Lekat

Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelicin. Perbedaan dari kedua sifat tersebut adalah : anti lekat berusaha mengurangi melekatnya bubuk atau granul pada permukaan cetakan atau pada dinding cetakan. Pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul untuk masuk kedalam cetakan. Bahan-bahan yang digunakan agar dalam proses pencetakan obat dapat dengan mudah dicetak.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pelicin : Mangnesium Stearat, Talcum d. Bahan Pengawet

Bahan pengawet berguna untuk mengawetkan obat dan memperlambat proses perkembangan mikroorganisme seperti dan jamur.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengawet : Nipagin, Nipasol e. Bahan Perwarna

Bahan perwarna diberikan kepada obat untuk memberikan daya tarik terhadap suatu obat. Bahan perwarna yang digunakan berbentuk tepung dan sesuai dengan ketentuan Depkes, yaitu bahan perwarna untuk makanan dan


(34)

obat-obatan. Manfaat dari pemberi warna antar lain : menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi menarik.

- Nama Obat : Antalgin - Bahan Perwarna : Eurochat Blue f. Bahan Pemberi Rasa

Bahan pemberi rasa gunanya untuk menghilangkan rasa obat dan memberikan rasa baru pada obat tersebut, seperti rasa jeruk, rasa apel, dan lain-lain. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau pada tablet lain yang ditunjukan untuk larut dalam mulut.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pemberi Rasa : Vaniline g. Bahan Pengembang

Bahan Pengembang digunakan untuk mempercepat proses penguraian obat di dalam usus ataupun lambung. Bahan pengembang yang digunakan seperti Primojel.

- Nama Obat : Antalgin

- Bahan Pengembang : Primojel h. Bahan Kemasan

Bahan kemasan digunakan pada proses pengepakan produk jadi, seperti karton, botol, label, silcap, etiket, dan plastik.


(35)

2.4.3 Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dalam rangka memperlancar proses produksi, yang mana bahan ini bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah air. Air digunakan dalam pembuatan bahan pengikat, misalnya pembuatan kanji.

2.5 Standar Mutu Bahan/Produk

PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) mempunyai standarisasi dalam menghasilkan produk. Setiap bahan dan produk harus melewati proses pengawasan mtu yang ketat dari mulai masuknya bahan awal, bahan dalam proses, hingga ke produk jadi sehingga memiliki standar mutu yang sesuai dengan standar CPOB. Produk yang bermutu dan pelayanan yang baik merupakan usaha perusahaan dalam menjual produknya pada konsumen. Keberhasilan perusahaan sangat bergantung dari seberapa jauh perusahaan dapat mengetahui, mengerti dan memahami permintaan konsumen.

2.6 Uraian Proses

Produksi yang dihasilkan perusahaan ini adalah obat. Proses pembuatan obat Tablet di PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari beberapa tahapan, antara lain:


(36)

Penimbangan

Pencampuran Granulasi Basah

Pengeringan

Granulasi Kering

Lubrikasi Pencetakan Pemeriksaan

Packing

Gambar 2.2. Uraian Proses Produksi Obat Tablet

2.6.1 Penimbangan Bahan

Bahan baku, baik yang berupa zat berkhasiat maupun yang obat tidak berkhasiat ditimbang atas dasar surat perintah pembuatan obat yang telah ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan formulasinya. Kegiatan penimbangan disaksikan oleh pengawas dari ruang produksi, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan batch yang telah ditentukan dalam surat perintah pembuatan obat. Bahan-bahan sebelum tiba digudang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian pengawasan mutu untuk mengetahui apakah


(37)

bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan pemasok bahan baku dan mutunya terjamin.

2.6.2 Proses Pencampuran (Compounding)

Setelah masing-masing bahan sudah ditimbang, kemudian dimasukkan kedalama sebuah mixer dan di aduk sampai tercampur rata. Kemudian dimasukkan pasta yang berfungsi sebagai zat pengikat sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata bahan kemudian dibawa ke bagian Granulasi Basah.

2.6.3 Proses Granulasi Basah

Granulasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau butiran kecil dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Jadi granulasi basah adalah gumpalan-gumpalan atau butiran kecil dari bahan yang telah dicampur yang masih dalam keadaan basah. Bahan yang sudah dicampur digranulasi secara basah (wet granulation) untuk membentuk granul-granul kecil yang ukurannya lebih seragam. Pembentukan granul-granul akan mempermudah proses pengeringan. Proses granulasi basah menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 7.

2.6.4 Proses Pengeringan

Setelah bahan digranul secarah basah, kemudian bahan obat tersebut dikeringkan. Bahan yang dikeringkan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Proses pengeringan dapat menggunakan oven pengeringan ataua Fluid Bed Dryer. Proses


(38)

pengeringan dengan menggunakan Fluid Bed Dryer akan memberikn waktuyang lebih singkat dan massa yang lebih homogen dibandingkan dengan menggunakan oven pengering. Proses pengeringan pada Fluid Bed Dryer dilakukan pada suhu berkisar antara 60oC samapai 100oC, tergantung jenis obat yang akan dibuat dan memakan waktu sekitar 30 menit. Pengeringan dengan oven juga dilakukan pada suhu berkisar anatara 60oC sampai 100oC selama 8 jam sampai 10 jam.

2.6.5 Proses Granulasi Kering

Granulasi kering ini berfungsi untuk mendapatkan ukuran gumpalan-gumpalan yang lebih halus setelah granul basah dikeringkan. Bahan obat yang sudah dikeringkan digranulasi kembali sehingga terbentuk granul-granul yang lebih halus lagi dan memiliki ukuran yang relatif sama sehingga bobotnya seragam. Proses penggranulan menggunakan ayakan ukuran mesh yang bervariasi yaitu 12, 10, dan 8 mesh. Ukuran pengayakan tergantung kepada ukuran tablet yang akan dibuat. Ukuran mesh 12 digunakan untuk menggranul bahan tablet yang akan dicetak dengan ukuran kecil sedangkan mesh 10 dan 8 digunakan untuk tablet yang lebih besar.

2.6.6 Proses Lubrikasi

Lubrikasi adalah proses pencmpuran zat pelicin dengan bahan obat agar dalam proses pencetakan obat tidak lengket dan akan menghasilkan obat yang akan lebih baik. Setelah mengalami granulasi kering, bahan obat yang sudah halus dilubrikasi. Pada prosesnya ditambahkan zat pelicin seperti Magnesium Stearat


(39)

dan Talcum. Pemberian zat pelicin akan memperbaiki daya alir bahan ketika masuk dalam pencetakan dan juga berguna dalam proses pencetakan agar obat tidak lengket sewaktu dicetak dan memberikan permukaan obat yang licin mengkilap.

2.6.7 Proses Pencetakan

Setelah tahap lubrikasi dilakukan maka dilanjutkan ke proses pencetakan. Bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat bahan yang akan dicetak, karena dalam surat perintah pembuatan obat formulasinya sudah ditetapkan untuk sejumlah obat yang akan dibuat. Dalam proses pencetakan terlebih dahulu dilakukan pencetakan percobaaan agar obat yang dicetak ukurannya sesuai dengan yang ditetapkan. Obat yang tidak sesuai ukurannya akan dihancurkan dan kemudian dicetak lagi. Pada akhir pencetakan diambil beberapa sampel obat untuk mengetahui kadar dari zat yang terkandung di dalam tablet tersebut.

2.6.8 Proses Pengayakan dan Pemeriksaan

Setelah obat selesai dicetak kemudian diayak secara manual dengan ayakan 10 mesh untuk meghilangkan debu obat dan sekaligus untuk memeriksa apakah ada obat yang pecah atau kotor sewaktu pencetakan. Untuk mengetahui apakah obat tablet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu, maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.


(40)

2.6.9 Pengemasan

Pengemasan untuk jenis tablet ada tiga jenis, yaitu : a. Kemasan botol

Obat dimasukkan ke dalam plastik dan ditimbang untuk setiap seribu butir tablet. Penimbangan berdasarkan berat obat dalam mg yang telah ditetapkan sewaktu pencetakan, kemudian dimasukkan pengawet kedalamnya lalu plastik dipress dengan panas. Plastik obat kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol plastik berikut dengan brosur tentang obat tersebut. Untuk menjamin kemasan obat, maka tutup botol diberi segel.

b. Kemasan Strip

Dalam pengemasan strip digunakan mesin sesuai dengan obat yang akan dikemas. Obat yang sudah dikemas kemudian distempel nomor batch dan batas waktu untuk obat yang mempunyai batas waktu. Setiap strip berisi 10 butir obat. Obat yang telah dikemas dengan strip dimasukkan ke dalam kotak yang berisi 10 kemasan strip dan siisolasi. Kotak-kotak kemudian dimasukkan ke dalam kardus dimana tiap kardus berisi 60 kotak.

c. Kemasan Blister

Proses pengemasan blister ini sama dengan proses pengemasan strip, hanya bentuk kemasannya saja yang berbeda yaitu permukaan atasnya transparan.


(41)

2.7 Daerah Pemasaran

Daerah pemasaran PT. Mutiara Mukti Farma yang paling utama adalah Kota Medan, karena Kota Medan merupakan Kota yang terdekat. Sedangkan alternatif pemasaran daerah lain adalah seluruh Kota yang ada di provinsi Sumatera Utara. Untuk sementara PT. Mutiara Mukti Farma berkonsentrasi dalam memasarkan produk-produknya didaerah provinsi Sumatera Utara. Namun ada juga beberapa produk obat-obatan yang dipasarkan sampai ke Pulau Jawa (terutama Jawa Barat), Aceh dan Kalimantan.

Produksi suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan akan menunjukkan berapa besar produk yang ditawarkan kepada konsumen, maka perusahaan dapat melihat dari seberapa besar produk yang diminati konsumen.

2.8 Mesin dan Peralatan 2.8.1 Mesin Produksi

Mesin dan peralatan produksi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendukung kegiatan proses produksinya hanya mesin dan peralatan yang dapat dioperasikan, tetapi untuk meningkatkan hasil produksinya dilakukan modifikasi terhadap mesin dan peralatan yang dilakukan oleh bagian teknik perusahaan ini.

Adapun spesifikasi mesin produksi pembuatan obat tablet yang ada di PT. Mutiara Mukti Farma adalah sebagai berikut:

a. Oven Pengering


(42)

Jumlah : 6 unit

Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat Kapasitas : 50 kg/ jam

Power motor : 1 HP Putaran : 1400 Rpm b. Mesin Bed Dryer

Kapasitas : 30kg/ jam

Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat Jumlah : 1 unit

Power motor : 1 HP Putaran : 1400 Rpm c. Mixer (lubrikasi)

Type : MLA 21366

Fungsi : Untuk mencampur bahan pelicin dengan tepung obat Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP Putaran : 1400 Rpm d. Mixer (pencampuran)

Kapasitas : 75 kg/ jam

Fungsi : Untuk mencampur tepung obat dengan bahan tambahan Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP Putaran : 1400 Rpm


(43)

e. Mesin cetak

Type : ZP - 1913

Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam

Fungsi : Untuk mencetak tepung obat tablet kecil Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP Putaran : 1400 Rpm f. Mesin cetak

Type : ZP – 19 C

Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam

Fungsi : Untuk mencetak tepung obat tablet besar Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP Putaran : 1400 Rpm g. Mesin cetak

Type : ZP – 19 G

Kapasitas : 4 – 5 kg/ jam

Fungsi : Untuk mencetak tepung obat tablet

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

h. Mesin Blister


(44)

Kapasitas Hopper : 8 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak ke dalam bentuk blister

Jumlah : 4 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

i. Mesin Strip

Kapasitas : 3 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

j. Mesin Strip Tunggal

Type : CY - AP - A

Kapasitas Hopper : 2 kg/ jam

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

k. Mesin Strip Tunggal

Type : CY - AP - C

Kapasitas Hopper : 2 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Jumlah : 2 unit


(45)

Putaran : 1400 Rpm l. Mesin Strip High Speed

Type : F – 220 V

Kapasitas Hopper : 3 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

m. Mesin Strip High Speed

Type : SQ 4 – APM - A

Kapasitas Hopper : 3 kg/ jam

Fungsi : Untuk mengepak obat kedalam bentuk strip

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

n. Mesin Granulator (kering)

Kapasitas tepung : 120 kg/ jam

Fungsi : Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam bentuk granul - granul kecil

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP


(46)

o. Mesin Granulator (basah)

Type : MLA 2133 G

Kapasitas tepung : 75 kg/ jam

Fungsi : Untuk membentuk gumpalan atau butiran dalam bentuk granul - granul kecil

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

p. Mesin hitung tablet

Type : KDC 101

Fungsi : Untuk menghitung jumlah obat dalam satu kemasan tablet

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP

Putaran : 1400 Rpm

q. Mesin hitung tablet

Type : JB. 2B – 220 V

Fungsi : Untuk menghitung jumlah obat dalam satu kemasan kapsul

Jumlah : 1 unit

Power (motor) : 1 HP


(47)

2.8.2 Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma merupakan sebagai alat bantu dalam melancarkan proses produksi mulai dari pengadaan bahan baku hingga penyimpanan produk jadi.

1. Belt Conveyor

Arus : 7, 09 A

Daya : 5 HP

Kapasitas : 850 kg/jam

Voltase : 380 V

Fungsi : Alat transportasi untuk membawa bahan baku 2. Timbangan duduk

Merek : Toledo

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menimbang bahan baku

Buatan : Ohio, Amerika Serikat Kapasitas : 0-1 kg

3. Timbangan Halus Digital

Merek : Toledo

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat

Buatan : Indonesia


(48)

4. Timbangan Berkoz

Merek : Berkoz

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menimbang berat dari setiap bahan yang digunakan dalam pembuatan jenis obat

Buatan : Indonesia

Kapasitas : 0 - 300 kg

2.8.3 Utilitas

Utilitas adalah sarana penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik. Utilitas yang dimiliki oleh PT. Mutiara Mukti Farma untuk mendukung kegiatan produksinya yaitu:

1. Listrik

PT. Mutiara Mukti Farma menggunakan tenaga listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan generator untuk mengoperasikan mesin-mesin dan peralatan produksi. Selain itu perusahaan juga menggunakan listrik PLN sebagai penerangan pada area kerja, kantor-kantor dan area-area pendukung lainnya seperti pos satpam, area parkir.

2. Air

Untuk kegiatan produksi pada pabrik pembuatan obat air sangatlah penting, pemakaian air pada proses pengolahan di PT. Mutiara Mukti Farma untuk fasilitas para karyawan sebelum memasuki area produksi agar karyawan dalam keadaan steril dengan mencuci tangan dan sebagainya. Selain untuk


(49)

keperluan pabrik, air juga digunakan untuk kebutuhan air karyawan perusahaan terutama pada kamar mandi. Sumber air di PT. Mutiara Mukti Farma bersumber dari 2 yakni:

a. PDAM Tirtanadi b. Mata air dan sumur bor 3. Laboratorium

Dengan adanya laboratorium, maka dapat diadakan analisa yang teliti terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mutu produk. Laboratorium di PT. Mutiara Mukti Farma langsung ditangani oleh bagian Quality Control Departement. Laboratorium mempunyai paranan yang sangat penting dalam menunjang mutu produk yang dihasilkan oleh pabrik. Hasil analisa di informasikan ke bagian produksi sehingga dapat diketahui apakah mutu produk yang dihasilkan semakin buruk atau semakin baik. Dengan adanya informasi yang diterima maka bagian produksi dapat mengambil keputusan atau tindakan-tindakan yang diperlukan agar mutu produk tetap baik sehinga kerugian-kerugian yang terjadi dapat dihindarkan.

d. Gudang dan Bengkel

a. Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, dan juga peralatan untuk keperluan produksi.

b. Bengkel merupakan tempat memperbaiki mesin dan peralatan produksi, bengkel berada dalam lokasi pabrik agar kerusakan yang terjadi pada mesin dan peralatan dapat segera diatasi sehingga proses produksi tidak terganggu.


(50)

2.8.4 Safety and Fire Protection

PT. Mutiara Mukti Farma merupakan perusahaan yang sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah kecelakaan, cacat, dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi beberapa saat dapat menyebabkan tingginya biaya produksi.

Untuk keamanan serta keselamatan para pekerja maka perusahaan menyediakan alat pelindung diri, yaitu :

a. Pelindung telinga khusus digunakan bagi pekerja yang mendapatkan kebisingan dari mesin-mesin dan peralatan produksi.

b. Sepatu pengaman berupa sepatu bots untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat, benda tajam, lantai kerja yang licin dan sebagainya.

c. Sarung tangan khusus untuk melindungi tangan pekerja dari tusukan, sayatan, benda panas, bahan kimia, aliran listrik dan sebagainya. Ini banyak digunakan di bagian laboratorium.

d. Pelindung pernafasan berupa masker khusus untuk melindungi pekerja dari gangguan udara yang disebabkan zat-zat kimia di bagian laboratorium.

Khusus untuk Fire Protection, perusahaan menyediakan tabung pemadam api di setiap departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi.


(51)

2.8.5 Penanganan Limbah (Waste Treatment)

PT. Mutiara Mukti Farma dari hasil sampingan yang terjadi akibat kegiatan pabrik adalah berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari pencucian alat dan proses pembuatan obat sirup. Sedangkan limbah padat berasal dari tepung sisa-sisa pembuatan obat, botol, kertas, debu, plastik, karton, strip, dan blister.

Adapun pengolahan limbah yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Limbah Padat

Pengolahan limbah padat menggunakan incinerator dan tungku pembakaran.

Incinerator berfungsi untuk membakar tepung sisa pembuatan obat pada suhu 800-1000oC. tungku pembakaran berfungsi untuk membakar karton, kertas, dan plastic. Untuk limbah padat berupa botol dan besi hanya ditumpuk dan kemudian dijual. Sedangkan untuk plastik-plastik blister dan strip tidak dibakar dlam tungku atau incinerator melainkan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Karena plastik jika dibakar dapat menimpulkan bau yang mengganggu penduduk di sekitar pabrik tersebut.

2. Limbah cair

Sistem pengelolaan limbah cir terdiri dari enam kolam yaitu : a. Kolam Pertama

Air buangan pada kolam pertama berasal dari cucian alat dan proses pembuatan sirup. Setiap hari senin ditambahkan PAC (Poly Aluminium Clorida) dan Koaret dengan cara sebagai berikut :


(52)

1. Larutkan PAC (Poly Aluminium Clorida) sebanyak 1,5 kg dalam 20 liter air bersih

2. Larutkan bahan koaret sebanyak 0,25 Kg dalam 20 liter air bersih 3. Periksa pH air limbah (standar :6,5-8,5), setelah diperiksa pH awal :7 4. Mikser air limbah selama 30 menit

5. Masukkan lauratan PAC (Poly Aluminium Clorida) ke dalam air limbah dalam posisi mikser

6. Mikser air limbah selama 30 menit

7. Masukkan kaoret ke dalam air limbah pada posisi mikser 8. Mikser air limbah selama 30 menit

9. Diamkan air limbah selama 2,5 jam 10.Alirkan air ke kolam kedua

b. Kolam Kedua

Pada kolam kedua tidak ada perlakuan apapun. Air buangan mengalir secara gravitasi ke kolam ketiga

c. Kolam Ketiga

Kolam ketiga sudah terbentuk lumpur, kemudiaan lumpur diangkat dan dibuang ke tanah (kolam enam)

d. Kolam Keempat

Air limbah pad kolam keempat berasal dari kamar mandi, laundry dan aliran air hujan. Air limbah akan secara gravitasi ke kolam ke lima


(53)

e. Kolam Kelima

Pada kolam ke lima terdapat tanah, kerikil, dan pasir, kemudian air akan mengalir secara gravitasi ke kolam keenam

f. Pada kolam keenam

terdapat endapan lumpur yang dikeringkan yang berasal dari kolam ketiga. Pada endapan lumpur tumbuh tanaman seperti kangkung dan labu. Tumbuhnya tanaman tersebut digunakan sebagai indikator bahwa air limbah tidak mengandung zat kimia berbahaya

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan perusahaan bahwa pH air limbah adalah sekitar 6,20 dan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep/51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri yaitu 6-9 maka pH air limbah PT. Mutiara Mukti Farma sudh memenuhi syarat


(54)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan.1

Teknik pengukuran waktu kerja dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Secara langsung yaitu pengukuran dilaksanakan secara langsung di tempat

dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Terdapat 2 cara pengukuran secara langsung yaitu cara pengukuran kerja dengan menggunakan stop watch time-study dan dengan cara sampling kerja (work sampling).

b. Secara tidak langsung yaitu melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur. Aktifitas yang dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Cara pengukuran waktu kerja tidak langsung yaitu dengan cara aktivitas data waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermined time system).2

1


(55)

3.1.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Menggunakan Metode Jam henti Pengukuran waktu kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch time- study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini terutama sekali diaplikasikan diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melakukan pekerjaan yang sama seperti itu.3

Ada tiga metode yang umum yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stop-watch) yaitu :

a. Pengukuran waktu secara terus-menerus, dimana pengamat kerja akan menekan tombol stop-watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk stop-watch berjalan secara terus menerus samapai periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Disini pengamat kerja terus mengamati jalannya jarum stop-watch dan mencatat pembacaan waktu yang ditunjukkan setiap akhir dari elemen-elemen kerja pada lembar pengamatan. Waktu sebenarnya dari masing-masing elemen diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan.

b. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) atau disebut juga

Snap-Back Method, dimana jarum penunjuk stop-watch akan selalu dikembalikan (snap-back) lagi ke posisi nol setiap akhir dari elemen kerja

3


(56)

yang diukur. Dengan cara tersebut maka data waktu untuk setiap elemen kerja yang diukur akan dapat dicatat secara langsung tanpa ada pekerjaan tambahan untuk pengurangan seperti dijumpai dalam metode pengukuran secara terus-menerus. Dengan melihat data waktu tiap elemen secara langsung maka pengamat akan bisa segera bisa mengetahui variasi data waktu selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja. Variasi yang terlalu besar dari data waktu yang bisa diakibatkan oleh kesalahan membaca atau

menggunakan stop-watch ataupun bisa pula karena

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja.

c. Pengukuran waktu secara akumulatif, dimana dalam pengukuran waktu secara akumulatif ini akan digunakan dua atau lebih stop-watch yang akan bekerja secara bergantian. Dua atau tiga stop-watch dalam hal ini didekatkan sekaligus pada papan pengamatan atau dihubungkan dengan suatu tuas. Tuas ini akan diberhentikan apabila elemen kerja yang diamati telah selesai dan kemudian menggerakkan stop-watch kedua untuk melakukan elemen kerja selanjutnya. Metode pengukuran akumulatif ini memberi keuntungan didalam hal pembacaan karena akan lebih mudah dan lebih teliti karena jarum stop-watch tidak dalam keadaan bergerak pada saat pembacaan data waktu dilaksanakan seperti halnya yang kita jumpai untuk penguliran kerja dengan menggunakan satu stop-watch. 4(Wignjosoebroto, 2000, p181)


(57)

3.1.2 Pengukuran Waktu Kerja dengan Menggunakan Metode Work Sampling

Sampling atau dalam bahasa asingnya sering disebut dengan Work Sampling, Ratio Delay Study, atau Random Observation Method adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini seperti halnya dengan pengukuran kerja jam henti ( stop-watch time study) diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja langsung, karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung ditempat kerja yang diteliti Metoda sampling kerja sangat cocok digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan yang memiliki siklus, waktu yang relatif panjang. Pada dasarnya prosedur pelaksanaanya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap suatu atau lebih mesin/operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (idle). Frekwensi pengamatan tergantung pada jumlah pengamatan yang diperlukan dan waktu yang tersedia untuk pengumpulan data yang direncanakan, apabila frekuensi yang diambil terlalu padat dan sulit sekali dilaksanakan maka frekwensi pengamatan perari bisa dikurangi dengan konsekwensi penyelesaian pengamatan akan lebih lama lagi.

3.2 Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse

Westinghouse company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan oleh


(58)

Bedaux. Disini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performa manusia, maka Westinghouse menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan konsistensi (consistency) dari operator di dalam melakukan pekerjaan. Untuk ini Westinghouse telah berhasil membuat suatu tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah ke empat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance rating yang ditunjukkan oleh operator.

3.3. Kelonggaran

Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan atau tempo kerja yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali. Disini kenyataannya operator akan sering menghentikan pekerjaan dan membutuhkan waktu- waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat melepas lelah, dan alasan-alasan lain yang diluar kontrolnya. Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsi proses produksi ini diklasifikasikan menjadi personal allowance,


(59)

3.3.1 Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal

Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan pribadi (personal needs). Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan pribadi dapat ditetapkan dengan jalan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Untuk pekerjaan relatif ringan, dimana operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat yang resmi sekitar 2 sampai 5% (10 sampai 24 menit) Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan pribadi yang diperlukan ini akan bergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, akan tetapi kenyataannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak enak (terutama temperatur tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi. Allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5%.

3.3.2 Kelonggaran Waktu Untuk Melepas Lelah (Fatique Allowance)

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Disini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya


(60)

3.3.3 Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-Keterlambatan (Delay Allowance)

Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan (Unavoidable Delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa dihindari (Avoidable Delay). Keterlambatan yang terlalu besar atau lama tidak akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan waktu baku.

Untuk avoidable delay disini terjadi dari saat ke saat yang umumnya disebabkan oleh mesin, operator, ataupun hal-hal lain yang diluar kontrol. Mesin dan peralatan kerja lainnya selalu diharapkan tetap pada kondisi siap pakai atau kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan berat terpaksa harus dilaksanakan, operator biasanya akan ditarik dari stasiun kerja ini sehingga delay yang terjadi akan dikeluarkan dari pertimbangan untuk menetapkan waktu baku untuk proses kerja tersebut.

Untuk unvoidable delay sebaiknya dipertimbangkan sebagai tantangan dan sewajarnya dilakukan usaha-usaha keras untuk mengeliminir delay semacam ini. Macam dan lamanya keterlambatan untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh ataupun bisa juga dengan kegiatan sampling kerja.

3.4 Perhitungan Waktu Normal dan Waktu baku

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai maka data waktu yang telah memiliki keseragaman data, jumlahnya telah memenuhi syarat yang diinginkan


(61)

maka baru kita dapat menghitung waktu baku. Waktu baku ini sangat diperlukan untuk :

a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

b. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan atau pekerja.

c. Penjadwalan produksi dan penganggaran.

d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan pekerja

yang berprestasi.

e. Indikasi keluaran output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini disini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Dengan demikian maka waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Di sisi lain dengan adanya waktu baku yang sudah ditetapkan ini akan dapat pula ditentukan upah ataupun insentif (bonus) yang harus dibayar sesuai dengan performa yang ditunjukkan oleh pekerja (konsep “ a fair day’s work for a fair day’s pay”).

Cara mendapatkan waktu baku dari data yang telah terkumpul yaitu adalah sebagai berikut :

1. Hitung waktu siklus rata-rata dengan : Ws = 2. Hitung waktu normal dengan :


(62)

Wn = Ws x p

Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaiannya p sama dengan 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika bekerja terlalu lambat maka untuk menormalkannya pengukur harus memberi harga p<1 atau p<100%, dan sebaliknya, jika p>1 atau p>100%, artinya dianggap bekerja cepat.

3. Hitung waktu baku dengan :

Wb = Wn + 1

Dimana 1 adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja unuk menyelesaikan pekerjaannya di samping waktu normal. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan pekerja. Umumnya kelonggaran ini dinyatakan dalam persen dari waktu normal.


(63)

(64)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Mutiara Mukti Farma yang berlokasi di Jalan Besar Namorambe Km 8,5 No. 68 Kecamatan Deli tua, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai sejak bulan Maret 2015 sampai dengan selesai

4.2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah 5 orang operator pengepakan sirup untuk mengetahui waktu siklus, waktu baku dan jumlah operator yang paling sesuai.

4.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif survei dengan analisa kuantitatif, yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang keadaan secara objektif yang digunakan untuk memecahkan serta menjawab permasalahan yang sedang dihadapi sekarang, selain itu dengan penelitian deskriptif survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut


(65)

4.4. Kerangka Konseptual

Dalam metode penelitian, dibuat suatu kerangka konseptual yang dapat mempermudah peneliti dalam pengambilan data dan pengolahan data. Kemudian direncanakan cara atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

.

Distribusi Pekerjaan

Waktu Pemindahan Kardus Obat

Beban Angkut Operator

Jumlah Operator Jumlah Operator Sesuai - Waktu Siklus

- Waktu Standar - Waktu Normal -Work dan Idle

- Beban Kerja

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual

4.5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Meteran sebagai intrumen untuk mengukur jarak pengerjaan pada operator.


(66)

3. Observasi/pengamatan, yaitu suatu kegiatan pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap objek penelitian pada lantai produksi. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah stopwatch.

.4.6. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan juga data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan antara lain:

a. Data hasil pengamatan sampling kerja.

b. Jumlah produk yang dihasilkan setiap operator. c. Rating factor dan allowance

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder yang diperoleh sebagai berikut:

a. Jumlah operator bagian pengepakan sirup b. Jam kerja operator

c. Jumlah hari kerja


(67)

4.7. Tahapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan juga penelitian pengumpulan data.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Februari 2015 dengan tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai penelitian dalam proses pengerjaan tugas akhir. Dalam penelitian pendahuluan ini dilihat adalah :

a. Keadaan pada ruang kerja operator

b. Keadaan operator saat melakukan pengepakan

c. Kendala-kendala dan masalah yang terdapat di tempat tersebut

d. Analisa umum terhadap kendala dan masalah aktual

2. Penelitian lanjutan.

1. Tahap I

Pada tahapan penelitian ini dilakukan observasi selama 1 hari, tanggal 20 Februari 2015, yaitu untuk memfoto kegiatan yang terjadi pada bagian stasiun pengepakan.

2. Tahap II

Selanjutnya dilakukan pengukuran selama tiga hari tertanggal 12 Maret – 14 Maret 2015. Kegiatan yang dilakukan setiap harinya adalah pengambilan data pengukuran dengan interval jam 08.00-08.15, 10.00-10.15, dan 12.00-12.15, serta pengambilan informasi lain yang dibutuhkan.


(68)

4.8. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah. 1. Menentukan stasiun kerja yang akan diteliti

Yaitu stasiun kerja bagian pengepakan sirup 2. Mencatat elemen kerja operator.

Yaitu mencatat banyaknya elemen kerja yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

3. Mencatat waktu elemen kerja operator.

Yaitu mencatat lamanya waktu yang dilakukan untuk menyelesaikan setiap elemen kerja.

4.10. Metode Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam penelitian ini, ada beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu:

1. Penetapan jumlah pengamatan

Jumlah pengamatan dilalukan berdasarkan jumlah jam kerja yang

disesuaikan dengan interval waktu yang ditetapkan. Yang hasilnya kemudian di acak untuk menetapkan waktu pengamatan terpilih

2. Pengamatan sampling kerja

Pengamatan sampling kerja dilakukan untuk mengetahui aktivitas setiap operator dalam melakukan kegiatannya. Aktivitas operator dibagi menjadi dua, yaitu aktifitas produktif (A) dan aktifitas non produktif (B).


(69)

3. Pencatatan jumlah produk yang dihasilkan pekerja pada saat pengamatan Pencatatan jumlah produk yang dihasilkan pekerja pada saat pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh pekerja dengan jam kerja yang ada.

4. Penentuan rating factor dan allowance

Penentuan rating factor dan allowance bertujuan untuk mengetahui seberapa besar rating factor dan allowance yang dilakukan operator dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dengan adanya rating factor dan allowance

ini dapat diketahui waktu standar operator dalam menyelesaikan pekerjaannya. 5. Perhitungan produktivitas operator

Perhitungan produktivitas operator dilakukan untuk mengetahui persentase

produktivitas operator.

6. Uji keseragaman data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah

dikumpulan telah seragam atau belum yang ditandai dengan tidak adanya data yang out of control. Uji keseragaman data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %.

7. Uji kecukupan Data

Uji Kecukupan data dilakukan untuk setiap hari pengamatan dan uji kecukupan data untuk setiap operator untuk mengetahui apakah pengamatan yang dilakukan telah mencukupi atau tidak, dimana jika pengamatan yang seharusnya


(70)

(N’≤N) maka data telah mencukupi dan pengamatan dihentikan. Uji kecukupan

data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %. 8. Perhitungan derajat ketelitian dari data pengamatan

Perhitungan derajat ketelitian dari data pengamatan dilakukan untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan cukup teliti. Tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95 % dan tingkat ketelitian 5 % , cara yang dipakai adalah dengan menghitung harga S.

9. Perhitungan waktu standar

Perhitungan waktu standar dilakukan untuk mengetahui berapa waktu

standar yang diperlukan operator dalam melakukan proses pengepakan yang disesuaikan dengan total waktu pengamatan, rating factor dan allowance.

10. Perhitungan jumlah tenaga kerja standar

Perhitungan jumlah tenaga kerja standar dilakukan untuk mengetahui

jumlah tenaga kerja optimum yang seharusnya dipekerjakan oleh perusahaan. Untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga kerja standar maka dilakukan perhitungan waktu total dalam mengerjakan produk dan jumlah jam kerja produktif (JKP) yang disesuaikan dengan jumlah hari kerja.

4.11. Analisis Pemecahan Masalah

Data yang telah selesai diolah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah untuk mengetahui jumlah operator angkat pada bagian pengepakan yang sesuai pada stasiun kerja pengepakan.


(71)

4.12. Penarik Kesimpulan

Pada tahap akhir dari penelitian ditarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya diberikan saran yang dianggap penting dan mungkin untuk ditindaklanjuti baik untuk kepentingan pihak perusahaan maupun penyempurnaan bagi penelitian selanjutnya.

Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan prosedur penelitian. Metodologi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3.


(72)

Mulai

Studi Pendahuluan 1. Kondisi Perusahaan

2. Proses Produksi 3. Informasi Pendukung

Studi Literatur 1. Metode Pemecahan

Masalah 2. Teori Pendukung

Pengumpulan Data

Data Primer - Data SAmpling kegiatan -Jumlah produk yang dihasilkan

operator

-Rating factor dan Allowance

Data Sekunder - Jumlah Operator - Jam Kerja Operator

- Jumlah permintaan Produk

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Selesai Pengolahan Data Perumusan Masalah:

Analisa beban kerja pada operator bagian pengepakan

Identifikasi Variabel-variabel penelitian


(73)

(74)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Penentuan Waktu Pengamatan

Penentuan waktu pengamatan dilakukan secara random mulai pukul 08.00

WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB (istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB) kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Interval waktu pengamatan selama 3 menit. Waktu pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode randominisasi yakni dengan menggunakan bantuan program excel komputer.

Untuk menentukan banyaknya bilangan random yang diperlukan selama

total waktu kerja dapat dilihat dari perhitungan berikut ini :

Maka satu hari kerja (7 jam) mempunyai 140 satuan waktu. Ini berarti jumlah pengamatan per hari tidak lebih dari 140 kali. Hasil penyusunan waktu pengamatan berdasarkan interval waktu dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:


(75)

Tabel 5.1 Waktu Pengamatan Berdasarkan Interval Waktu Bilangan Random Waktu Pengamatan Bilangan Random Waktu Pengamatan Bilangan Random Waktu Pengamatan

1 8:00:00 48 10:21:00 95 13:45:00

2 8:03:00 49 10:24:00 96 13:48:00

3 8:06:00 50 10:27:00 97 13:51:00

4 8:09:00 51 10:30:00 98 13:54:00

5 8:12:00 52 10:33:00 99 13:57:00

6 8:15:00 53 10:36:00 100 14:00:00

7 8:18:00 54 10:39:00 101 14:03:00

8 8:21:00 55 10:42:00 102 14:06:00

9 8:24:00 56 10:45:00 103 14:09:00

10 8:27:00 57 10:48:00 104 14:12:00

11 8:30:00 58 10:51:00 105 14:15:00

12 8:33:00 59 10:54:00 106 14:18:00

13 8:36:00 60 10:57:00 107 14:21:00

14 8:39:00 61 11:00:00 108 14:24:00

15 8:42:00 62 11:03:00 109 14:27:00

16 8:45:00 63 11:06:00 110 14:30:00

17 8:48:00 64 11:09:00 111 14:33:00

18 8:51:00 65 11:12:00 112 14:36:00


(76)

20 8:57:00 67 11:18:00 114 14:42:00

21 9:00:00 68 11:21:00 115 14:45:00

22 9:03:00 69 11:24:00 116 14:48:00

23 9:06:00 70 11:27:00 117 14:51:00

Tabel 5.1 Waktu Pengamatan Berdasarkan Interval Waktu (Lanjutan) Bilangan Random Waktu Pengamatan Bilangan Random Waktu Pengamatan Bilangan Random Waktu Pengamatan

24 9:09:00 71 11:30:00 118 14:54:00

25 9:12:00 72 11:33:00 119 14:57:00

26 9:15:00 73 11:36:00 120 15:00:00

27 9:18:00 74 11:39:00 121 15:03:00

28 9:21:00 75 11:42:00 122 15:06:00

29 9:24:00 76 11:45:00 123 15:09:00

30 9:27:00 77 11:48:00 124 15:12:00

31 9:30:00 78 11:51:00 125 15:15:00

32 9:33:00 79 11:54:00 126 15:18:00

33 9:36:00 80 11:57:00 127 15:21:00

34 9:39:00 81 13:03:00 128 15:24:00

35 9:42:00 82 13:06:00 129 15:27:00

36 9:45:00 83 13:09:00 130 15:30:00

37 9:48:00 84 13:12:00 131 15:33:00


(77)

39 9:54:00 86 13:18:00 133 15:39:00

40 9:57:00 87 13:21:00 134 15:42:00

41 10:00:00 88 13:24:00 135 15:45:00

42 10:03:00 89 13:27:00 136 15:48:00

43 10:06:00 90 13:30:00 137 15:51:00

44 10:09:00 91 13:33:00 138 15:54:00

45 10:12:00 92 13:36:00 139 15:57:00

46 10:15:00 93 13:39:00 140 16:00:00

47 10:18:00 94 13:42:00

Dalam penelitian ini diambil 75 kali pengamatan dalam satu hari dengan metode randominisasi dengan bantuan excel komputer untuk menentukan saat-saat pengamatan tersebut. Waktu pengamatan terpilih dapat dilihat pada Lampiran 2

5.1.1. Pengamatan Sampling Kerja

Pengamatan sampling kerja dilakukan terhadap 5 orang operator, 4 operator berjenis kelamin wanita dan 1 orang pria. Operator yang diamati adalah yang bekerja secara normal dan wajar yaitu operator dapat melaksanakan pekerjaan dengan cukup berpengalaman pada saat bekerja, melaksanakan pekerjaannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Ada dua kategori aktivitas yang diamati pada masing-masing operator tersebut yaitu aktivitas work (A) dan aktivitas idle (B). Aktivitas work


(78)

dan diluar aktivitas ini tergolong dalam aktivitas idle (B). Aktivitas work (A) untuk masing-masing operator adalah sebagai berikut:

1. Operator 1 dan operator 2 Aktivitas work (A)

- Membentuk kotak obat

Aktivitas pada saat Membentuk kotak obat adalah mengambil kemasan kardus obat dari atas meja yang berada disamping kanan operator, kemudian melipatnya berbentuk menjadi kotak.

3. Operator 3 Aktivitas work (A) - Memberi label obat

Aktivitas pada saat memberi label obat yaitu tangan kiri operator mengambil botol obat yang berada di depan operator, kemudian menempelkan label obat menggunakan tangan kanan dan meletakkan obat yang telah berlabel kesebelah kanan operator.

- Mengepak obat

Aktivitas pada saat mengepak obat adalah mengambil kardus besar disebelah kiri operator dan melipatnya menjadi kotak dan meletakkannya diatas meja. Operator lalu memasukkan obat yang telah diberi kemasan kedalam kardus dan disusun, kemudian kardus ditutup dan diberi lakban diatasnya, lalu diangkut dan disusun ditempat penyimpanan sementara


(1)

7.2. Saran

Agar hasil penelitian ini dapat lebih berguna di kemudian hari pada bagian packing khususnya dan PT. Mutiara Mukti Farma pada umumnya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Waktu baku atau waktu standar yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan waktu penyelesaian akhir pengepakan, sehingga tidak akan penumpukan hasil produksi.

2. Waktu standar berlaku untuk satu metode kerja tertentu, sehingga apabila diadakan perubahan metode kerja, disarankan agar dilakukan kembali studi waktu berdasarkan metode kerja baru dan waktu standar dapat digunakan sebagai pembanding.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

http://rasapas.wordpress.com/2011/03/04/8/LED

http://indo-digital.com/alat-pengukur-intensitas-cahaya-lux-meter-lx-9621.

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan

Industri.

Nurmianto, Eko. 2006. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: PT. Guna Widya.

R. Triyono, Mdes.Sc(Illum), Ir, Dasar Perancangan Pencahayaan Buatan, Materi Kuliah Kajian Teoritik dan Eksperimental Teknologi Bangunan, Teknik Arsitektur ITB, Bandung

Sastrowinoto, Suryatno. 1985. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya.

Soewarno. 1992. Penerangan Tempat Kerja, Pusat Pelayanan Ergonomi dan Kesehaan Kerja, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia SNI 16-7062-2004 ”Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja

Standar Nasional Indonesia SNI 03-6197-2000 ”Konversi Energi Pada Sistem Pencahayaan


(3)

(4)

(5)

(6)