BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Project Based Learning
2.1.1 Efinisi Project Based Learning
Project based learning merupakan model pembelajaran yang berusaha menumbuhkan motivasi dari dalam intrinsic peserta didik Borich, 2007. Motivasi
intrinsik ini diharapkan dapat tumbuh secara alami dalam suasana pembelajaran kelas. Proyek diberikan dalam bentuk tugas terstruktur untuk menghasilkan dan
meyelesaikan suatu produk yang menarik menurut minat peserta didik. Lebih lanjut,
Borich menjelaskan dua komponen penting dalam Project Based Learning yaitu:
1 Peserta didik akan terpusat pada permasalahan pokok yang memungkinkan terbentuknya suasana kelas yang dinamis.
2 Peserta didik akan berusaha menghasilkan produk atau out come dalam rangka menyelesaikan permasalahan dengan sukses.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sherman Sherman, 2004 menyatakan bahwa proyek di dalam Project Based Learning menitik beratkan pada tugas
kolaborasi sehingga aktivitas berpusat pada peserta didik Learner-centered activities. Penelitian yang dilakukan oleh Schneider et al., 2002 telah mendapatkan hasil
bahwa penggunaan Project Based Learning berhasil meningkatkan kinerja peserta didik selama pembelajaran.
Pada Project Based Learning, pengajaran berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun. Sedangkan pada
kelas “konvensional” pengajar dianggap sebagai seseorang yang paling menguasai materi dan karenanya semua informasi diberikan secara langsung kepada peserta
didik. Pada kelas Project Based Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kolaborasi, penilaian dilakukan secara autentik, dan sumber belajar bisa sangat
berkembang. Hal ini berbeda dengan kelas “konvensioanal” yang terbiasa dengan situasi kelas individual, penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses,
dan sumber belajar cenderung stagnan. Model proyek ini adalah gabungan dari berbagai model pembelajaran seperti
belajar bersama, dan lain-lain. Pembelajaran model proyek ini bersifat kontruktivis, yaitu peserta didik juga bersifat multiple intelligence, karena peserta didik
menggunakan berbagai intelegensi dalam melakukan proyek yang dilakukan seperti intelegensi matematis-logis, ruang-visual, kinestetik, interpersonal, linguistik,
lingkungan, dan lain-lain. Model ini biasanya menarik untuk peserta didik karena biasanya dilakukan
diluar kelas bahkan di luar sekolah, dan berlaku untuk beberapa waktu; bukan terbatas pada satu jam sekolah. Banyak hal dapat didapat dari proyek ini antara lain :
1 Mengerti prinsip kimia lebih mendalam karena malakukan sesuatu 2 Kerjasama dengan teman lebih baik karena melakukan bersama
3 Ada keuntungan yaitu memperoleh hasil dari proyek sendiri Suparno, 2007.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Strategi pembelajaran yang
menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas peserta didik daripada aktivitas guru, mengenai
kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi.
Model pendekatan proyek merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang membantu peserta didik menggali informasi, ide-ide,
keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan cara-cara mengekspresikan diri sendiri dengan melihat proyek-proyek yang telah disediakan oleh guru. Selain itu guru juga
mengajari bagaimana cara menemukan ide-ide yang berkaitan dengan proyek yang tersedia. Salah satu strategi mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik
adalah metode pendekatan proyek. Menurut teori belajar ini, peserta didik di dalam proses belajar membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi atas apa yang
sudah dimiliki dengan lingkungannya pada situasi baru. Model pembelajaran pendekatan proyek member kesempatan kepada peserta didik untuk menguji
gagasannya, mengemukakan pendapat berdasarkan pengetahuan awal yang sudah dimiliki sebelumnya dan pengetahuan yang di dapat selama proses belajar
berlangsung. Karakteristik pembelajaran berbasis proyek didukung teori-teori belajar
konstruktivistik. Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, pemebelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan dan
keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan
masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung Waraskamdi, 2014.
2.1.2 Landasan Teori Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek dilandaskan pada teori yang dipaparkan oleh beberapa ahli, yaitu :
1 John Dewey dan kelas demokratis Metode proyek
berasal dari gagasan John Dewwey tentang konsep “Learning by doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-
tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang
bagaimana melakukan
sesuatu tujuan.
Pada John
Dewwey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan di mana sekolah seharusnya
mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Dewwey menganjurkan guru untuk
mendorong peserta didik terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial.
Dewwey dan kill Patrick mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada dilakukan oleh peserta didik dalam
kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri.
2 Peaget, Vygotsky dan Kontruktivisme Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah tokoh dalam pengembangan konsep
kontruktivisme. Pada konsep inilah dasar pijak pembelajaran berbasis proyek diletakkan. Piaget mengemukakan bahwa peserta didik dalam segala usia secara
aktif terlibat dalam perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah
pada saat peserta didik menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Vygotsky, seperti
halnya Piaget percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, ketika mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman tersebut. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu mengaitkan pengetahuan baru.
Namun berbeda dengan Piaget tentang perkembangan intelektual setiap individu yang tanpa memandang latar konteks sosial. Vygotsky percaya bahwa interaksi
sosial dengan orang lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembanyan intelektual peserta didik.
2.1.3 Pelaksanaan Pembelajaran Project Based Learning
Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, dijalankan dengan melalui beberapa tahap pembelajaran atau langkah-langkah kerja. Belum ada ketetapan baku
untuk menjalankan tahap-tahap pembelajaran berbasis proyek, namun pada umumnya didasarkan dan mencontoh pada tahap pembelajaran konstruktivisme.
Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning sebagaimana yang dikembangakan oleh The George Lucas Educational Foundation 2005 terdiri
dari: 1
Star With the Essential Question Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat member penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topic yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topic yang diangkat relefan untuk para peserta didik The George Lucas Educational Foundation : 2005
2 Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek The George Lucas Educational
Foundation: 2005. 3
Create a Schedule Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 1 membuat time line untuk menyelesaikan proyek, 2 membuat deadline
penyelesaian proyek, 3 membawa peserta didik agar merencanakan cara yang
baru, 4 membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan 5 meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan alas an tentang pemilihan suatu cara The George Lucas Educational Foundation: 2005.
4 Monitor the Student and the Progress of the Project
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting The George Lucas Educational Foundation: 2005.
5 Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantuk pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya The
George Lucas Educational Foundation: 2005. 6
Evaluate the Experience Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk
mengungkapkan perasaan
dan pengalamannya
selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru new inquiry untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran The George Lucas Educational
Foundational: 2005. Tahapan pembelajaran yang dikemukakan di atas menunjukkan kerja sama
anatara guru dan peserta didik, yang saling memberikan kontribusi dalam proses pembelajaran. Tahapan dalam model pembelajaran berbasis proyek memang belum
ada bentuk bakunya. Tahapan pembelajaran berbasis proyek juga didasarkan pada tahap pembelajaran berbasis masalah, namun peserta didik lebih difokuskan untuk
merumuskan solusi dan mengimplementasikannya terhadap konsep lain. Tahapan yang digunakan oleh peneliti adalah tahapan secara umum, yang digunakan dan
dicontohkan juga oleh Carbonaro dalam proses pembelajaran proyek lingkungan, yaitu :
1 Engage, tahap awal untuk menstimulus peserta didik dalam mengetahui konsep yang sudah dipahami dan tahap ketika guru memberikan pertanyaan essensial
yang memacu peserta didik untuk berfikir. 2 Explore, kegiatan untuk mencari materi dan sumber informasi sebagai referensi
dalam menyelesaikan masalah dan membuat jadwal kerja. 3 Investigate, membandingkan dan memfokuskan solusi yang akan digunakan
dalam memecahkan masalah.
4 Create, tahap pembuatan atau pengimplementasian solusi dan tahap dalam menghasilkan suatu produk atau karya.
5 Share, tahap presentasi produk atau karya. 6 Evaluation, tahap evaluasi atau penilaian proses dan hasil belajar Carbonaro,
2005. Tahap pembelajaran yang terdiri dari engage, explore, investigate, create,
share, dan evaluation menekankan proses belajar pada aktivitas peserta didik. Dalam tiap tahap pelaksanaannya peserta didik harus lebih aktif dalam proses belajar.
Peserta didik merumuskan informasi dan solusi serta harus dapat menyelesaikan hasil akhir, bisa dalam bentuk produk, presentasi, dan lainnya.
2.1.4 Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning
Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan keuntungan bagi peserta didik, guru, dan perkembangan kualitas sekolah, seperti yang
disebutkan dibawah ini : 1 Mempersiapkan peserta didik menghadapi dan berkembang sesuai dengan dunia
nyata. 2 Meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, dan mendorong kemampuan
mereka untuk melakukan pekerjaan penting. 3 Menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata. Dengan
melaksanakan proyek peserta didik tidak hanya menghafal fakta, namun menghubungkan dan berpikir bagaimana mengaplikasikan ilmu yang dimiliki ke
dalam dunia nyata.
4 Membentuk sikap kerja peserta didik. Dalam mengerjakan proyek peserta didik diajak untuk saling mendengarkan pendapat dan bernegosiasi untuk mencari
solusi. 5 Meningkatkan kemampuan-kemampuan komunikasi dan sosial.
6 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 7 Meningkatkan keterampilan peserta didik untuk menggunakan informasi dengan
beberapa disiplin ilmu yang dimiliki. 8 Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.
9 Meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan teknologi dalam belajar. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek. Guru di Whasington State menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam kelas matematika dan sains melaporkan bahwa
muridnya lebih memiliki semangat belajar ketika mengerjakan proyek. Namun, masih ada kelemahan dan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran
berbasis proyek, seperti waktu dan biaya yang lebih banyak dibutuhkan. Bahkan untuk mencapai proses pembelajaran yang maksimal dalam mengimplementasikan
Project Based Learning, diperlukan desain khusus untuk kelas atau sekolah yang menggunakannya. Tahap pembelajaran dalam model pembelajaran proyek ini selalu
mengikutsertakan presentasi atau performance, maka dibutuhkan disain sekolah dan kelas yang lebih efektif dan dinamis.
Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada kelas atau sekolah. Desain khusus untuk sekolah dapat
diwujudkan jika keadaan memang ideal. Namun, jika sekolah sekolah belum bisa mewujudkan desain kelas atau sekolah yang sesuai dengan karakter pembelajaran
berbasis proyek, maka guru atau staf sekolah yang lain dapat memaksimalkan fasilitas yang ada ataupun menyesuaikan dengan kemampuan sekolah dan
kemampuan murid. Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, walaupun keadaan terbatas, guru dapat memotivasi peserta didik dan
bermotivasi agar pembelajaran yang bermakna dapat terwujud.
2.1.5 Keuntungan Pembelajaran Project Based Learning
Menurut Foundation for the rood ahead, keuntungan menggunakan pembelajaran proyek adalah :
1 Meningkatkan motivasi.
Sebelum menggunakan
pembelajaran proyek
kebanyakan sisa menolak menggunakan banyak waktu dan sulit untuk dimintai pertisipasinya untuk melakukan proyek.
2 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian untuk meningkatkan keterampilan kognitif peserta didik amat dibutuhkan dalam tugas-tugas yang
memerlukan pemecahan masalah dan instruksional yang spesifik tentang bagaimana memecahkan masalah.
3 Meningkatkan keterampilan penelitian kepustakaan. Kebanyakan proyek yang dikerjakan peserta didik membutuhkan sejumlah sumber informasi seperti buku-
buku teks, dan kamus-kamus. Informasi teknologi termasuk sumber informasi utama yaitu computer, cd rom, dan internet.
4 Meningkatkan kemampuan kolaborasi. Dalam bekerja yang dibutuhkan sebuah kelompok bagi peserta didik adalah keterampilan dan berkomunikasi.
5 Meningkatkan sumber keterampilan manajemen. Bagian yang menjadikan pembelajaran bebas adalah dalam mengambil tanggung jawab untuk melengkapi
tugas-tugas yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran proyek yang baik memberikan kegiatan instruksi peserta didik dalam mengatur proyek mereka, dan
mengalokasi waktu dan sumber-sumber lainnya seperti perlengkapan untuk melengkapi tugas-tugas yang sudah terjadwal.
Agar proyek sungguh menarik peserta didik untuk melakukan dan dapat menambah kedalaman dari pengetahuan mereka, maka beberapa sifat proyek perlu
diperhatikan dalam memilih. 1 Proyek harus menantang peserta didik untuk melakukan dan menyelesaikan.
2 Hasilnya memang sungguh ada gunanya baik untuk masyarakat dan untuk peserta didik sendiri.
3 Proyek itu tidak terlalu mudah sehingga menantang, tetapi tidak terlalu sulit sehingga dapat diselesaikan.
4 Proyek itu ada unsurnya membuat sesuatu atau mneliti sesuatu yang belum biasa dilakukan.
5 Dalam proyek sendiri dimungkinkan beberapa peserta didik bekerja sama secara intensif.
6 Tentu proyek mengandung prinsip atau nilai kimia, diutamakan membutuhkan beberapa atau banyak pendekatan.
7 Sebaiknya proyeknya bersifat multidisiplin, interdisipliner, sehingga lebih kaya dan peserta didik dapat mengerti persoalannya secara menyeluruh.
2.2. Chemoentrepreneurship