Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.3 Persentase Hasil Analisis Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Metode Project Based Learning Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 30.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui meningkatkan keterampilan proses sains siswa serta bagaimana tanggapan siswa terhadap metode pembelajaranProject Based Learning berbasis chemoentrepreneurship. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu terdapat kelas kontrol dan kelas eksperimen. Menurut Arikunto, 2010, penelitian eksperimen adalah jenis penelitian yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan yaitu dengan adanya kelompok lain yang tidak dikenai perlakuan tetapi ikut mendapat pengamatan, yang biasa disebut sebagai kelas kontrol. Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Bergas, kabupaten semarang pada tanggal 10 Maret sampai 10 Juni 2015 pada kelas XI IPA tahun pelajaran 20142015. Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Populasi dalam penelitian ini kelas XI SMA Negeri 1 Bergas sebanyak 94 orang, yang terbagi dalam tiga kelas. Uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata- rata uji anava menggunakan nilai ulangan tengah semster genap yang dilakukan sebelum penelitian kepada seluruh kelas XI. Dari perhitungan diketahui semua kelas dalam populasi berdistribusi normal. Dari uji homogenitas populasi mempunyai homogenitas yang sama sehingga dapat menggunakan cluster random sampling untuk menentukan kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Dengan cluster random sampling diperoleh kelas XI-1 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 31 orang yang menggunakan metode seperti biasanya ceramah dan XI-IPA 2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 32 orang yang diberi pembelajaran dengan metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship. Peneliti memilih pokok bahasan koloid karena didalam pokok bahasan ini kebanyakan hafalan sehingga dianggap sulit oleh kebanyakan siswa. Sebelum pelaksanaan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba soal yang digunakan untuk pretest dan posttest pada kelas yang sudah mendapatkan materi koloid yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 5 Magelang. Sebelum pelaksanaan penelitian, kedua kelas terlebih dahulu diberikan pretest untuk mengetahui apakah kelas yang diambil dengan teknik cluster random sampling berawal dari kondisi yang sama. Berdasarkan uji normalitasnya didapatkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. Pada analisis kesamaan kedua varians awal sampel, didapatkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang sama. Hal ini berarti kondisi awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan yang sama, terlihat juga dari rata-rata nilai pretest yang tidak jauh berbeda. Rata-rata tes awal kedua kelas adalah 44,51untuk kelas kontrol dan 44,53 untuk kelas eksperimen. Setelah dilakukan analisis uji t, diperoleh t hitung sebesar 1,306 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,07 yang berarti bahwa kedua kelas memiliki rata-rata yang relatif sama. Hasil analisis dari data tes awal kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama. Uji data awal penelitian ini akan memeperkuat hasil simpulan akhir yang diperoleh karena telah diketahui bagaimana keadaan awal sampel. Kemudian kedua kelas diperlakukan dengan pemmbelajaran yang berbeda yaitu kelas kelas kontrol menggunakan metode seperti biasanya ceramah, sedangkan kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship pada materi koloid. Proses pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan seperti biasanya dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.Pada pertemuan pertama, guru mengadakan pretest terlebih dahulu sebagai tolak ukur sebelum dikenakan perlakuan setelah pretest guru menjelaskan pengertian sistem koloid dan mennjelaskan macam- macam koloid. Pertemuan kedua dengan alokasi 3 jam.Guru menjelaskan pengertian sifat-sifat koloid. Petemuan ketiga dengan alokasi waktu 2 jam, guru menjelaskan mengenai pembuatan sistem koloid. Pertemuan keempat guru menjelaskan penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga memberikan latihan soal kepada siswa pada sub materi yang diajarkan. Siswa kemudian berlatih menyelesaikan soal sesuai sub materi yang telah dijelaskan. Kemudian jawaban pertanyaan dibahas bersama-sama dan siswa secara bergiliran membacakan jawaban, sehingga apabila siswa mengalami kesulitan dapat bertanya langsung pada guru dan guru dapat mengamati sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Setelah selesai materi dilanjutkan dengan posttest. Peneliti mengalami beberapa hambatan selama proses pembelajaran yaitu 1 Beberapa siswa terkadang tidak memperhatikan saat peneliti menjelaskan materi, 2 Siswa kurang memperhatikan ketika siswa yang lain mengerjakan soal. Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut: 1 Memberikan pertanyaan yang bersangkutan dengan sub materi yang dipelajari kalau tidak maju mengerjakan soal latihan, 2 Memberikan kesempatan siswa yang gaduh untuk maju kedepan mengerjakan soal. Proses pembelajaran kelas eksperimen menggunakan metode Project Based Learningberbasis Chemoentrepreneurship. Pembelajaran dengan metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurshipdapat meningkatkan aspek kemandirian, aspek kerja sama kelompok, dan aspek penguasaan psikomotorik Wiyarsi Partana, 2009. Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan waktu tiap pertemuan 3 x 45 menit 2 kali pertemuan dan 2 x 45 menit 2 kali pertemuan. Dengan rincian 4 kali pertemuan untuk pembelajaran. Pretest dilakukan di luar jam pembelajaran yaitu tanggal 16 Mei dan postest dilakukan hari terakhir yaitu tanggal 27 Mei. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama, berlangsung selama 2 jam pembelajaran. Pada pertemuan pertama materi pokok yang dibahas mengenai membedakan antara larutan, suspensi, dan koloid. Sebelumnya siswa sudah diberi tahu pada pertemuan pertama akan dilakukan percobaan sederhana tentang membedakan larutan, suspensi, dan koloid. Siswa ditugaskan untuk membawa bahan yang ada di sekitar lingkungan mereka yaitu susu bubuk, terigu, gula pasir, kopi, garam, santan, dan air. Sebelum pembelajaran guru memberi pertanyaan- pertanyaan kepada siswa ”Apa yang dimaksud dengan koloid?Apa bedanya larutan, suspensi, dan koloid?” pertanyaan tersebut akan ditindak lanjuti siswa dengan melakukan percobaan sederhana, dimana di setiap siswa nantinya mendapat LKS yang berisi langkah kerja, data pengamatan dan pertanyaan-pertanyaan yang harus mereka jawab. Dari hasil pengamatan dan dianalisis, maka hasil diskusi yang sudah dikerjakan kemudian di kemukakan didepan kelas. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan pendapat dari hasil diskusi yang dikemukakan tersebut. Berdasarkan hasil diskusi tersebut siswa dapat menyimpulkan apa itu koloid dan perbedaan larutan, suspensi, dan koloid. Pertemuan kedua, pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu guru memancing siswa dengan pertanyaan yang bersangkutan dengan materi yang akan dipelajari.Proses pembelajaran pada pertemuan ini mempelajari tentang sifat-sifat koloid. Pada pertemuan sebelumnya siswa disuruh membawa air, susu, garam, sirup, dan senter untuk percobaan sederhana yang kedua yaitu mengetahui sifat-sifat koloid efek Tyndall, dan adsobsi. Pada proses pembelajaran, guru memberikan LKS yang berisi langkah kerja, data pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan. Dari hasil penemuan dan dianalisis maka siswa dapat mengetahui sifat-sifat efek Tyndall dan menyimpulkan materi yang diberikan guru. Hasil diskusi yang diperoleh siswa kemudian dikemukakan kepada siswa yang lain. Soal-soal latihan dalam lembar diskusi dapat diselesaikan siswa dengan berdiskusi antar siswa. Kemudian jawaban pertanyaan dibahas bersama-sama, apabila siswa mengalami kesulitan dapat langsung bertanya kepada guru dan guru dapat mengamati sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut siswa dapat menyimpulkan apa itu efek Tyndall dan adsobsi, juga dapat mengetahui sifat-sifat dari koloid yang lain. Setelah selesai melakukan percobaan siswa dibagi menjadi 4 kelompok untuk membuat proyek yang menghasilkan produk.Produk yang dibuat es krim dan VCO.Setelah berkumpul dengan kelompoknya guru memberi tugas untuk mendisain proyek es krim dan VCO. Pada pertemuan ketiga siswa diberi tugas untuk melanjutkan tugasnya membuat proyek dengan membuat jadwal proyek. Guru membagikan LKS yang berisi rincian jadwal kegiatan proyek dan ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Setelah makuakan diskusi masing-masing kelompok mempresentasikannya di depan kelas. Kelompok lain memberi tanggapan terhadap kelompok yang maju ke depan. Pada pertemuan keempat dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran, masing- masing kelompok membawa hasil produknya es krim dan VCO untuk di presentasikan di depan kelas untuk di evaluasi bersama-sama. Masing-masing kelompok juga membuat laporan dari proyeknya.Hasil diskusi yang diperoleh kemudian dikemukakan kepada kelompok yang lainnya. Guru juga memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk meberikan pendapat dari hasil diskusi yang dikemukakan tersebut. Peneliti mengalami beberapa hambatan selama proses pembelajaran yaitu 1 Siswa kurang aktif karena semua materi diberikan oleh guru, 2 Beberapa siswa terkadang tidak memperhatikan peneliti saat memberikan penjelasan. Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut: 1 Memberikan pertanyaan- pertanyaan agar siswa ikut aktif dalam pembelajaran, 2 Memberikan pertanyaan yang bersangkutan dengan sub materi yang dipelajari kalau tidak maju ke depan mengerjakan soal latihan. Rincian kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13. Tabel 4.12 Rincian Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan Waktu Kegiatan 1 2jam Pretest, sistem koloid dan macam-macam koloid 2 3 jam Sifat-sifat koloid 3 2 jam Pembuatan koloid 4 3 jam Penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan postest Tabel 4.13 Rincian Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Waktu Kegiatan 1 2jam Percobaan sederhana membedakan larutan, suspensi, dan koloid 2 3 jam Percobaan sederhana efek Tyndall dan adsobsi dan membuat desain proyek es krim dan VCO 3 2 jam Membuat jadwal proyek 4 3 jam Mengevaluasi proyek dengan membuat laporan dan menjawab pertanyaan Perbandingan kedua kelas dilihat dari soal keterampilan proses sains siswa. Setelah diberikan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda, diperoleh rata-rata skor postest kelas kelas kontrol dengan menggunakan metode seperti biasanyaceramah sebesar 75,96, sedangkan rata-rata skor postest kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning berbasis chemoentrepreneurship sebesar 83,75. Pencapaian rata-rata nilai postest kimia pada kelas eksperimen yang diberi metode Project Based Learning berbasis chemoentrepreneurship lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai postest kelas kontrol yang diberi metode seperti biasanyaceramah. Hal ini dikarenakan, pada pembelajaran dengan metodeProject Based Learning berbasis chemoentrepreneurship mengajarkan siswa untuk kreatif, inovatif, mengasah keterampilan dalam membuat proyek. Selain itu, pembelajaran dengan metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship menurut Schneider et al., 2002 berhasil meningkatkan kinerja siswa selama pembelajaran. Pada pembelajaran dengan metode seperti biasanya ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. siswa lebih diberi penjelasan-penjelasan materi dan latihan-latihan soal yang dapat meningkatkan pemahaman materi. Proses pembelajaran dengan metode ceramah tidak menanamkan konsep materi secara mendalam sehingga pemahaman siswa tidak bertahan lama dalam ingatan. Hal ini diakrenakan semua penjelasan materi diperoleh dari penjelasan guru, sehingga dalam mengerjakan soal latihan siswa masih mengalami kebingungan dalam menjawab. Oleh karena itu, rata-rata skor postest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pada analisis tahap akhir, nilai yang didapatkan dari postest digunakan untuk analisis hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians data nilai postest pada kedua kelas tersebut. Hasil dari analisis uji normalitas dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t htung kedua kelas lebih kecil dari t Tabel . Kelas eksperimen memiliki t hitung sebesar 6,969 dan kelas kontrol memiliki t hitung sebesar 7,62 yang lebih kecil dari t Tabel sebesar 7,81. Uji ini dapat menentukan teknik analisis selanjutnya yaitu teknik analisis parametrik. Sedangkan uji kedua varians menunjukkan kedua kelas memiliki varians yang sama. Berdasarkan data postest diketahui bahwa rata-rata nilai siswa kelas eksperimen yaitu 83,75 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60, sedangkan rata-rata nilai siswa kelas kontrol 79,96 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60. Hasil analisis data postest, rata-rata nilai kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil uji t nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen, dengan taraf signifikan 5 dan dk = 31+32-2 = 61, maka diperoleh t hitung = 3,606 dan t 0,9561 = 1,999. Hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung t 0,9561 , sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keterampilan proses sains siswa antar kelas kontrol dan kelas eksperimen yang signifikan yaitu nilai siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pada uji t dilakukan hanya pada nilai postest, karena untuk mengetahui apakah keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Hasil perhitungan data tes akhir untuk uji N-gain menyatakan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan melalui tes objektif pada kategori sangat tinggi dengan nilai N-gain 0,71. Sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai N-gain 0,57 dengan kategori sedang. Kedua kelas tersebut memiliki perbedaan peningkatan yang signifikan. Pengukuranketerampilan proses sains dalam penelitian dilakukan melalui tes objektif pada awal dan akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil tes, kelas eksperimen lebih besar dibanding kelas kontrol. Hal ini dilihat dari rata-rata pretets dan postest dengan nilai N-gain untuk kelaskontrol sebesar 0,57, sedangkan kelas eksperimen sebesar 0,71. Pada penelitian ini hasil uji N-gain tiap siswa juga dihitung. Kriteria nilai g yang dihitung yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pada kelas kontrol sebanyak 7 siswa mendapatkan nilai g dengan kriteria tinggi, sebanyak 22 siswa memperoleh nilai g dengan kriteria sedang, dan sebanyak 2 siswa memperoleh nilai g dengan kriteria rendah. Sedangkan pada kelas eksperimen sebanyak 18 siswa memperoleh nilai g dengan kriteria tinggi, sebanyak 13 siswa memperoleh nilai g dengan kriteria sedang, dan sebanyak 1 siswa memperoleh nilai g dengan kriteria rendah. Hasil perhitungan nilai g terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen lebih banyak memperoleh kriteria tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan nilai g dikarenakan faktor proses pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode Project Based Learning berbasis chemoentreprenership sedangkan proses pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode seperti biasa ceramah. Nilai N-gain pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, dikarenakan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning berbasis Chemoentreprenership mengajak siswa untuk kreatif, inovatif, mengasah ketrampilan, dan pemahaman. Selain itu, hasil pembelajaran dengan metode Project Based Learning berbasis Chemoentreprenership akan tahan lama dalam ingatan dan dapat membangun pengetahuan dalam benaknya sendiri, dan bekerja sama dalam meningkatkan keterampilan proses sains. Sedangkan siswa kelas kontrol hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga siswa hanya memperoleh konsep sesuai dengan konsep materi yang diberikan guru. Hal ini mengakibatkan keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional, yaitu dengan metode seperti biasaceramah tidak menunjukkan peningkatan yang maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metodeProject Based Leararning berbasis Chemoentrepreneurship dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Peningkatan keterampilan proses sains pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitianmenyebutkan bahwa Wiyarsi Partana, 2009 penerapan pembelajaran berbasis proyek cukup efektif dalam meningkatkan aspek kemandirian, aspek kerja sama kelompok, dan aspek penguasaan psikomotorik. Serta penelitian Widyaningrum, dkk., 2014 menyebutkan bahwa keterampilan proses sains siswa dapat dilakukan pada ranah kognitif dan psikomotorik peserta didik. Karena keterampilan proses sains siswa merupakan keterampilan dasar untuk meningkatkan nilai sikap serta keterampilan siswa. Analisis dari di uji t dan uji N-gain disebutkan bahwa kelas eksperimen nilainya lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini ditandai dari aspek keterampilan proses yang dinilai diantaranya mengamati, memprediksi, mengidentifikasi, dan menyimpulkan kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Metode Project Based Learning berbasis chemoentrepreneurship yang dilakukan ada perbedaan dalam keterampilan proses sains sesuai dengan penelitian Siwa, dkk, 2013, karena langkah Project Based Learning itu memfasilitasi siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil observasi sikap dan keterampilan laboratorium yang dilakuka oleh observer hasil sikap rata-rata kelas kontrol sebesar 78 dan kelas eksperimen sebesar 81.Hal ini menunjukkan bahwa hasil sikap siswa yang diberi pembelajaran dengan metodeProject Based Learning berbasis chemoentrepreneurship lebih baik daripada kelas yang diberi pembelajaran tanpa metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship. Aspek-aspek yang mendukung nilai sikap pada kelas eksperimen lebih tinggi karena perhatian dalam mengikuti pelajaran cukup baik. Hal ini diakerenakan antusias siswa terhadap metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran dengan memperhatikan guru yang sedang mengajar dan tidak berbicara sendiri. Serta terciptanya suasana kompetitif anatarsiswa yang terjadi di dalam kelas memacu siswa lebih semangat untuk melakukan percobaan dan mempresentasikan di depan kelas. Pembelajaran yang berlangsung pada kelas kontrol, terdapat beberapa siswa yang asyik berbicara sendiri dengan temannya dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Hal tersebut dibuktikan dengan aspek perhatian kelas lebih rendah dari kelas eksperimen. Hal ini karena kegiatan pembelajaran dikelas kontrol lebih banyak ceramah maka siswa mempunyai catatan yang dibawa setiap pembelajaran berlangsung. Pada aspek perhatian dalam mengikuti pelajaran siswa masih ada yang gaduh ketika proses pembelajaran berlangsung, masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan metode pembelajaran yang diterapkanmaka terlihat bahwa terdapat perbedaan pada tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai rata-rata keterampilan laboratorium diukur untuk kelas kontrol sebesar 67, sedangkan kelas eksperimen sebesar 71. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Project Based Laerning berbasis Chemoentrepreneurship menunjukkan keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Aspek-aspek yang mendukung tercapinya nilai keterampilan laboratorium prediksi dan komunikasi nilainya lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini diakrena kelas eksperimen lebih terbiasa melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah Project Based Learning sehingga siswa lebih mudah untuk melakukan pembelajaran menggunakan Project Based Learning. Kelas eksperimen disini ditambah dengan penilaian proyek keterampilan proses sains yaitu pembuatan es krim dan VCO. Masing-masing kelompok memperoleh persentase yang baik.Proyek es krim dan VCO sebesar 70. Hal ini dapt disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Kelas kontrol tidak terbiasa menggunakan pembelajaran dengan langkah Project Based Learning ini terlihat mereka mengalami kesusahan, banyak dari kelas kontrol yang bertanya terus saat praktikum berlangsung.Ditunjukkan dari presentasi hasil mereka hanya menjelaskan hasilnya prosesnya mereka tidak di jelaskan.Hal ini menyebabkan keterampilan laboratorium siswa kurang. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Project Based Laerning berbasis Chemoentrepreneurship juga tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis angket yang diberikan pada kelas eksperimen yang terdiri dari 19 item pertanyaan diperoleh bahwa rata-rata respon kelas menunjukkan respon siswa sangat baik karena siswa memilih setuju 63,13. Hal ini menunjukkan siswa antusias dengan pembelajaran dengan metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship. Pembelajaran dengan menggunakan metode Project Based Learning berbasis Chemoentrepreneurship sangat jarang mereka dapatkan. Metode yang peneliti tawarkan ini siswa lebih antusias karena siswa dapat melakukan percobaan dengan mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

BAB 5 PENUTUP

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP

11 78 199

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa Kel

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN PEMAHAMAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pada Siswa Kela

0 1 13

PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN.

0 2 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA.

0 5 48

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN VERIFIKASI PADA KONSEP FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

1 4 53

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA SUBKONSEP DIFUSI OSMOSIS.

3 13 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

0 0 50

PENERAPAN ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI CAHAYA SISWA SMP.

5 9 32

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11