tentang Pendaftaran Tanah Jo Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dimana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 merupakan penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961.
2.3.4 Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah
Menurut Bambang Eko HN sistem publikasi pendaftaran tanah meliputi:
68
a. Sistem Publikasi Positif
Di dalam sistem publikasi positip sertipikat merupakan alat bukti mutlak, artinya tidak bisa diganggu gugat karena sekali di daftar tidak bisa di
rubah. Buku tanah di dalam sertipikat tersebut adalah segala-galanya atau the register is everything.
b. Sistem Publikasi Negatif
Sistem ini alat bukti sertipikat berkedudukan sebagai bukti yang kuat, artinya selama tidak bisa dibuktikan sebaliknya oleh orang lain maka
pemegang sertipikat mendapat perlindungan hukum. Apabila orang lain bisa membuktikan, maka orang lain tersebut yang mendapatkan
perlindungan hukum dengan sertipikat tersebut bisa dirubah dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan, sehingga hasil akhir pihak ke tiga yang
benar tadi mendapat sertipikat yang sudah di rubah. c.
Sistem Publikasi Yang Dipergunakan di Indonesia Berdasarkan UUPA jo PP 241997 di Indonesia cenderung menggunaka
sistem publikasi yang negatif karena berdasarkan sejarah di Indonesia
68
Bambang Eko HN, 2010, Pembakuan Pendaftaran Tanah, BPN, Jakarta, hal. 3.
sistem adminstrasi pertanahannya masih belum tertib administrasi. Dalam praktek Indonesia memilih publikasi negatif tapi tidak sistem publikasi
negatif murni tetapi menganut unsur-unsur yang positif. Bukti mengandung unsur positif :
69
1 Dalam melakukan pendaftaran sebelum terbit sertipikat dilakukan
pengumuman terlebih dahulu 2
Melakukan pengecekan secara fisik di lapangan. Dalam pengecekan akan dicocokkan dengan pemilik yang berbatasan yang di sebut cara
contradictoire de limitie, dengan demikian cara pilihan sistem publikasi pendaftaran tanah yang digunakan adalah sistem Publikasi Negatif
mengandung unsur-unsur Positif. Maksudnya adalah karena selain mengandung unsur sistem publikasi negatif yaitu negara tidak
menjamin kebenaran data yang disajikan, juga mengandung unsur positif yaitu adanya kewajiban bagi pejabat tanah untuk aktif dalam
proses pendaftaran tanah. Sistem Negatif yang mengandung unsur- unsur Positif, karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak
yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Sistem publikasi yang digunakan bukan sistem publikasi negatif murni. Sebab sistem publikasi
negatif murni tidak akan menggunakan sistem pendaftaran hak. Juga tidak akan ada pernyataan seperti dalam pasal-pasal Undang-Undang
Pokok Agraria tersebut, bahwa sertipikat merupakan alat bukti yang kuat.
Uraian tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa dalam sistem pendaftaran tanah dikenal adanya sistem publikasi. yaitu sistem publikasi negatif dan sistem
69
AP. Parlindungan, Op.Cit, hal. 116.
publikasi positif. Sistem publikasi negatif maksudnya adalah negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan dalam sertipikat, oleh karena itu belum
tentu seseorang yang telah tertulis namanya pada sertipikat adalah mutlak sebagai pemilik, sedang sistem publikasi positif adalah sebaliknya. Tetapi manapun yang
digunakan sebenarnya tidak menjadi persoalan, karena baik sistem publikasi negatif maupun sistem publikasi positif sama-sama memiliki keuntungan dan
kelemahan. Indonesia tidak menganut secara mutlak negatif dan tidak pula positif,
mengingat tanah di Negara ini lebih banyak belum terdaftar dan tunduk pada hukum adat yang tidak mementingkan pendaftaran tanahnya saat itu. Sistem
pendaftaran tanah di Indonesia, dikategorikan menganut sistem campuran keduanya, yaitu sistem negatif yang bertendensi positif, maksudnya Negara tidak
menjamin mutlak kebenaran data yang disajikan dalam sertipikat, namun selama tidak ada orang lain yang mengajukan gugatan ke pengadilan yang merasa lebih
berhak, maka data dalam sertipikat adalah tanda bukti hak yang kuat.
2.4 Sertifikat Sebagai Akta Otentik