Pembatasan Wewenang Teori Wewenang

telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain. Jadi, delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi. Dalam hal mandat, tidak dibicarakan mengenai penyerahan wewenang atau pelimpahan wewenang; tidak terjadi perubahan wewenang apapun dalam arti yuridis formal, yang ada hanyalah hubungan internal. 16 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan asss legalitas dalam konsep wewenang yang paling penting adalah menunjang belakunya kepastian hukum, selain itu perlakuan yang sama dari pemerintah kepada warganya dan dapat diartikan juga pelaksanaan wewenang dari pemerintah harus bersumber pada peraturan perundang-undangan.

1.5.2.3 Pembatasan Wewenang

Terhadap wewenang, juga ada pembatasan, yang sering disebut ketidakwenangan onbevoegdheid. Ada 3 tiga macam ketidakwenangan, yakni : 1. Onbevoegdheid ratione materiae, artinya pejabat itu pada hakekatnya tidak berwenang untuk melakukan tindakan. 2. Onbevoegdheid ratione loci, artinya kewenangan pejabat itu dibatasi oleh wilayah tertentu. 3. Onbevoegdheid ratione temporis, artinya kewenangan pejabat itu dibatasi oleh waktu tertentu. 17 Tentang pembatasan wewenang Philipus M Hadjon 18 mengemukakan tentang prosedur pelimpahan, tanggungjawab dan tanggung gugat serta 16 Ridwan, HR., 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hal. 74-75 17 Philipus M. Hadjon, 1985, Pengertian-pengertian Dasar tentang Tindak Pemerintahan, Djumali, Surabaya, hal. 12 – 13. kemungkinan si pemberi menggunakan wewenang itu lagi, seperti nampak dalam skema berikut : No. PRIHAL DELEGASI MANDAT 1 Prosedur pelimpahan Dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain: dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hubungan rutin atasan bawahan: hal biasa kecuali dilarang dengan tegas. 2 Tanggungjawab dan Tanggung gugat Tanggungjawab dan tanggung gugat beralih kepada delegataris yg menerima pelimpahan wewenang. Tetap pada pemberi mandat. 3 Kemungkinan si Pemberi menggunakan wewenang itu lagi Tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada asas “contrarius actus”. Setiap saat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan. Sumber: Philipus M Hadjon. 19 Tabel di atas, menunjukkan bahwa dalam hal wewenang yang diperoleh secara delegasi dan mandat, ada pembatasan dilihat dari aspek : 1 prosedur pelimpahan; 2 tanggungjawab dan tanggung gugat; dan 3 kemungkinan pemberi wewenang menggunakan wewenangnya itu lagi. Dari aspek prosedur pelimpahan, perolehan wewenang secara delegasi, berlangsung dari suatu organ pemerintahan kepada organ lain, dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan dalam wewenang yang diperoleh secara mandat dapat terjadi dalam hubungan rutin atasan bawahan, sebagai suatu hal biasa kecuali dilarang dengan tegas. Dari aspek tanggungjawab dan tanggung gugat, dalam wewenang yang diperoleh secara delegasi tanggungjawab dan tanggung gugat beralih kepada delegataris yang menerima pelimpahan wewenang, sedangkan dalam wewenang yang diperoleh secara mandat tanggungjawab dan tanggung gugat tetap berada pada 18 Ibid. 19 Ibid. pemberi mandat. Dilihat dari aspek kemungkinan si Pemberi menggunakan wewenangnya lagi, maka dalam wewenang yang diperoleh secara delegasi, penggunaan wewenang oleh pemberi wewenang tidaklah dimungkinkan kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang pada asas “contrarius actus”. Sedangkan dalam wewenang yang diperoleh secara mandat, pemberi wewenang dapat menggunakan wewenangnya yang telah dilimpahkan.

1.5.2.4 Karakter Wewenang