lembaga-lembaga eksekutif, yudikatif dan eksekutif. Selain itu juga telah dikembangkan lembaga-lembaga ekstra struktural baik yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang maupun dengan Keputusan Peraturan Presiden tentang lembaga- lembaga yang bertugas untuk mengawasi jalannya pemerintahan, seperti Mahkamah
Konstitusi, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Ombudsman dan sebagainya.
Indonesia sebagai negara hukum sehingga terikat secara konstitusional pada konstitusi yang diimplementasikan dalam Peraturan Perundang-undangan
sebagai manifestasi dari hukum positif dalam rangka untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hak-hak setiap warga negara Indonesia. Peraturan
Perundang-undangan di sini diartikan setiap keputusan dalam bentuk tertulis yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh pejabat berwenang dan mengikat
umum mencakup undang-undang dalam arti formal maupun material. Hukum tertulis diartikan
sebagai setiap keputusan dalam bentuk tertulis oleh pejabat yang berwenang.
7
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah negara hukum yang dimaksudkan dengan hukum positif tidak hanya peraturan
perundang-undangan saja, namun keputusan tertulis dari pejabat yang berwenang juga dapat diberlakukan sebagai hukum positif.
1.5.2 Teori Wewenang
1.5.2.1 Pengertian Wewenang
Teori wewenang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas rumusan masalah yang pertama dan kedua yaitu kedudukan dan akibat hukum dan akta
tanah yang dibuat oleh Camat yang diberi wewenang sebagai PPAT Sementara.
7
Bachtiar Effendi, 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, hal. 17.
Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa istilah wewenang atau kewenangan disejajarkan dengan bevoegheid, tetapi mempunyai perbedaan
karaktar. Bevoegheid digunakan dalam hukum publik dan hukum privat. Sedangkan wewenang selalu digunakan dalam hukum publik. Dengan demikian,
wewenang sejajar dengan bevoegheid dalam hukum publik.
8
Dalam praktak, antara wewenang competence, bevoegdheid dan kewenangan authority, gezag dianggap tidak penting untuk dibedakan. Menurut
Indroharto “Kewenangan” adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari Kekuasaan Legislatif diberi oleh Undang-undang
atau dari Kekuasaan Eksekutif Administratif. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau
kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang bulat.
Sedangkan “wewenang” hanya mengenai sesuatu bagian tertentusalah satu bagian dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-
wewenang rechtsbevoegdheden. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik.
9
Lebih jauh Indroharto mengemukakan bahwa “Wewenang” adalah kemampuan yg diberikan oleh peraturan perundang-
undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum
10
. Dalam konsep wewenang terkandung asas legalitas, yang maknanya adalah :
8
Philipus. M. Hadjon, 1997, “Tentang Kewenangan“, dalam Yuridika Nomor 5 dan 6 Tahun XII September-Desember., Surabaya : FH Unair, Nomor 5 dan 6 Tahun XII September -
Desember, hal. 12
9
Prajudi Atmosudirdjo, Op.cit.
10
Indroharto, 1993, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku I, cet.IV, Pustaka Harapan, Jakarta, hal. 90
1. setiap wewenang pemerintahan untuk melakukan tindakan Hukum
Administrasi Negara atau kebijakan harus ada dasar atau sumbernya pada diberikan oleh suatu ketentuan peraturan perundang-undangan hukum
tertulis; 2.
untuk menjamin dijalankannya “kesamaan perlakuan oleh pemerintah penguasa”; dan
3. menunjang berlakunya kepastian hukum.
11
1.5.2.2 Jenis Wewenang