peralatan, namun dalam PROPEDA tahun 2006 menyebutkan bahwa, bantuan fasilitas diberikan secara selektif. Pengrajin Kripik
tempe harus menunggu prioritas program pengadaan alat karena saat ini program Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Ngawi masih dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya.
2. Pelatihan Manajemen dan Teknik Pemasaran
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat berperan dalam pemberdayaan pengrajin di bidang
manajemen dan teknik pemasaran yang oleh Steward diungkapkan, bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Ngawi dalam penyelenggaraan pelatihan manajemen dan teknik pemasaran adalah indikator bahwa
organisasi tersebut melakukan pemberdayaan yaitu dengan mendidik.
Upaya pemberdayaan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi tidak berhenti pada pelatihan
itu saja. Pemberdayaan dilanjutkan dengan pameran produk unggulan yang bertujuan meningkatkan segi pemasaran yang pada
PROPENAS tahun 2000 merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan dan pembinaan usaha kecil.
Pemberdayaan usaha kecil dimaksudkan untuk mendorong dan mendukung kegiatan pengembangan produk industri kecil seperti
kerajinan kripik tempe di Prandon. Dari uraian dan teori tersebut,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat berperan dalam pemberdayaan di bidang manajemen dan teknik
pemasaran.
3. Pelatihan di Bidang Pendanaan Kredit Perbankan
Proses pemberdayaan yang menurut Prijono dan Prananka dapat dilakukan melalui tahap partisipatoris yaitu dari pemerintah
bersama masyarakat, oleh pemerintah bersama masyarakat, dan untuk rakyat. Kegiatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Ngawi dalam menggelar acara pelatihan pendanaan kredit Bank menunjukkan bahwa Deperindag telah melakukan
pemberdayaan sesuai teori Prijono dan Prananka. Pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Kartasasmita dapat
ditempuh dengan memanfaatkan dana masyarakat melalui Bank, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi sangat
berperan sebagai pihak fasilitator yang menghubungkan pengrajin dengan pihak Bank agar dapat memberikan pinjaman modal.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi berperan dalam pendirian Koperasi Pengrajin Tempe KOPTI di
Prandon. Hal tersebut sesuai dengan uraian Steward bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah melakukan
langkah menyemangati dan melengkapi yang merupakan langkah sebagai petunjuk ahwa Deperindag akan melakukan
pemberdayaan. Artinya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Ngawi telah memberdayakan kegiatan pengrajin kripik tempe di Prandon melalui penguatan aspek pemodalan dengan
langkah membangun sarana untuk memperoleh permodalan dengan cepat, bunga rendah, dan prosedurnya mudah, dengan
memprakarsai berdirinya KOPTI di Parndon.
4. Pelatihan Manajemen Mutu