Dari data – data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan yang di fasilitatori oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Ngawi telah memberikan manfaat bagi pengrajin keripik tempe di Prandon. Hal itu dibuktikan dengan telah
berdirinya Koperasi Pengrajin Tempe KOPTI yang berada di desa Prandon. Koperasi tersebut berdiri setelah diadakannya pelatihan
Perkreditan dan Perbankan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi.
Dengan adanya KOPTI di Prandon, yang merupakan hasil dari pelatihan perkreditan dan perbankan yang difasilitasi oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi memberikan kemudahan bagi para pengrajin untuk mendapatkan modal demi
kelancaran usahanya.
4. Pelatihan Manajemen Mutu
Pelatihan manajemen mutu pernah diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi. Dimana pada
kesempatan tersebut pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi memberikan materi tentang bagaimana melakukan
proses produksi dan out put yang terkendali kualitasnya, menyajikan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan pasar, tanggung jawab setiap
orang pekerja dalam peningkatan kualitas, dan bagaimana mencapai keterpaduan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi yang diwakili oleh Drs. Katlan Supari mengemukakan pendapatnya :
“Kegiatan pelatihan manajemen mutu perlu diberikan kepada pengrajin agar dapat mengelola kegiatan usahanya, artinya pelatihan
ini bertujuan untuk memberi pengetahuan bahwa dalam melakukan kegiatan usaha, setiap individu baik itu pemilik maupun pekerja
bertanggung jawab atas kelancaran usahanya”. Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009
Ibu Heri, salah satu pengrajin keripik tempe mengemukakan bahwa
“Saya pernah ikuti pelatihan manajemen mutu, yang saya dapatkan dari pelatihan itu adalah ilmu untuk mengelola usaha ini
dengan baik, sehingga mampu membuat barang – barang yang bagus”. Wawancara, tanggal 22 Oktober 2009
Dari hasil kutipan wawancara tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pelatihan manajemen mutu perlu diberikan
untuk meningkatkan kualitas mutu hasil produksi kerajinan keripik tempe.
Dengan adanya pelatihan tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah berperan dalam memberdayakan
kerajinan keripik tempe di Desa Prandon dengan upaya melakukan penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan, sehingga
usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Meskipun ada sebagian pengrajin
yang kurang memahami tentang pentingnya Pelatihan Manajemen Mutu, namun kenyataan di lapangan yang menyebutkan bahwa produk
keripik tempe Prandon mampu menembus pasar nasional adalah bukti bahwa kegiatan usaha kerajinan di Prandon telah mengalami
kemajuan.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi
Dalam Pemberdayaan Pengrajin Keripik Tempe
Kelemahan – kelemahan yang dialami rata – rata UKM Usaha Kecil Menengah di Indonesia termasuk kerajinan keripik tempe di
Prandon Ngawi yang tercantum dalam Buku Rencana Induk Pengembangan UKM Tahun 2002 telah ditanggapi dan diatasi dengan
upaya pemberdayaan melalui kegiatan – kegiatan pelatihan. Langkah tersebut ditunjukkan oleh Stewart dalam salah satu langkah sebagai
petunjuk, indikator bagi organisasi yang akan melakukan pemberdayaan, yaitu menyingkirkan rintangan – rintangan. Artinya, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Ngawi telah melakukan proses pemberdayaan dengan menyingkirkan rintangan – rintangan yang dalam hal ini adalah
mengatasi kelemahan – kelemahan yang dialami pengrajin keripik tempe di Prandon dengan kegiatan pelatihan – pelatihan.
Pemberdayaan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi terhadap pengrajin keripik tempe di
Prandon merupakan sebuah peranan yang menurut Ralp Linton meliputi norma – norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang