96
Kelas VII SMP
menerus tidak pernah putus-putusnya sepanjang masa, maka orang yang tidak memahami konsep Hindu mereka menganggap
umat Hindu sangat boros biaya, rumit, dan menyita banyak waktu pada hal ajaran agama Hindu itu sangat leksibel. Paham yang
menyatakan sebagai penyembah banyak Tuhan dan penyembah berhala disebut sebagai paham Politeisme.
3. Disamping paham Monoteisme dan Politeisme ada juga paham Atheisme yaitu paham yang tidak percaya dengan adanya Tuhan.
C. Sloka-sloka yang Berhubungan dengan Ke-Esaan Tuhan
Adapun sloka-sloka yang berhubungan dengan Ke-Esaan Tuhan antara lain:
1. Kitab Rg Veda menyebutkan Ke-Esaan Tuhan Chandogya Upanisad yang berbunyi “Om tat sat Ekam eva
advityam Brahman” artinya Tuhan hanya satu, tidak ada duanya. Sloka ini secara tegas menyebutkan hanya satu Tuhan. Orang arif
menyebutkan banyak nama, sebutan Tuhan itu banyak sesuai dengan tugas dan fungsi beliau. Seperti contoh seseorang yang
memiliki profesijabatan lebih dari satu, ketika berada di sekolah mereka akan dipanggil pak guru, apabila mereka sedang bertani di
sawah mereka akan dipanggil pak tani, kemudian ketika mereka menangkap ikan di laut mereka akan dipanggil pak Nelayan,
demikian juga ketika sebagai ketua RT melayani masyarakat mereka akan dipanggil pak RT.
Melihat profesi orang tersebut, panggilannya menjadi lebih dari satu nama sedangkan mereka itu hanya satu orang. Demikian
pula keberadaan beliau Tuhan, pada saat beliau menciptakan dunia ini beserta isinya beliau disebut Dewa Brahma, pada saat
beliau memelihara disebut Dewa Wishnu, dan pada saat beliau melebur ciptaannya disebut Dewa Siwa dan seterusnya.
2. Tri Sandhya Bait kedua, yaitu: “Eko narayanad na dvityo asti kascit” yang artinya hanya satu Tuhan yang disebut Narayana,
sama sekali tidak ada duanya 3. Dalam kitab Sutasoma juga disebutkan “Bhinneka Tunggal Ika,
Tan hana dharma manggrwa” yang artinya dharma itu satu tunggal dan berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
Sering kali para orientalis dari barat atau para peneliti tentang timur memberikan penafsiran yang salah tentang konsep
Brahman atau ketuhanan di dalam Hindu. Lebih parah lagi, hanya dengan melihat secara kasat mata ketika umat Hindu melakukan
persembahyangan dengan sarana arca, maka mereka menuduh umat Hindu sebagai penyembah patung.
Dengan heran mereka menuduh sambil mencela, “Zaman sudah maju seperti ini, kenapa masih ada umat Hindu yang menyembah
berhala?” dan “Hari gini masih menyembah patung, apa kata dunia?” Kata mereka dalam hatinya lalu berkelakar bahwa umat
Hindu itu kuno atau jadul.
97
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Ketika melihat begitu banyaknya umat Hindu melaksanakan upacara Yajña yang terus menerus tidak berkeputusan sepanjang
masa, maka mereka menuduh umat Hindu sangat boros biaya, rumit, dan menyita banyak waktu. Paham yang menyatakan bahwa umat
Hindu sebagai penyembah banyak Tuhan dan penyembah berhala disebut sebagai paham Politeisme. Intinya, umat Hindu dengan
paham ketuhanannya sengaja dipolitisasi agar mudah dipengaruhi untuk mengkonversi agamanya. Salah satu provokasinya adalah
dengan mencela dan menuduh umat Hindu penyembah patung dan memakai paham Politeisme. Ini salah dan sangat menyesatkan.
Dari kalangan mereka itu, muncul niat untuk mengkonversi umat Hindu agar masuk dalam kelompok agama mereka karena
memberikan jaminan bisa masuk surga. Isu provokasinya adalah agamanya paling memberikan jaminan orang akan masuk surga.
Agamanya datang dari langit sehingga disebut agama langit atau agama Wahyu Samawi. Sesungguhnya provokasi semacam itu tidak
aneh, yang aneh adalah banyak umat Hindu yang tergoda lalu mau mengkonversi atau beralih agama hanya karena mendapat
sedikit bantuan uang, beras, gandum, mie instant, dan dijanjikan pasti masuk surga.
Hal ini bisa terjadi karena ada sebagian umat Hindu masih rendah tingkat sraddha dan bhaktinya akibat tidak pernah serius
dalam mempelajari Veda. Bisa juga karena kurang pembinaan dari lembaga tertinggi umat Hindu yang disebut Parisada lalu malas
belajar Veda. Akibatnya sangat jelas, selain menjadi bodoh, maka orang yang malas belajar Veda dapat dipastikan akan hidup akrab
dalam kemiskinan.
Ketika ada masalah dan kesulitan dalam hidupnya, kekuataan iman dirinya tidak kuat. Mereka percaya dengan rayuan bahwa
kalau sudah beralih agama maka dosa dan masalahnya akan hilang. Tergoda oleh sedikit bantuan, lalu beralih agama.
Kenyataannya tidak benar. Setelah umat Hindu mengganti agamanya, keadaannya tidak jauh berbeda. Terutama apabila
mereka termasuk golongan pemalas, maka tetap saja hidupnya akrab dengan kemiskinan. Artinya, bukan karena agama yang
dipeluknya maka seseorang akan menjadi sukses, tetapi lebih pada semangat belajar dan disiplin tinggi dalam bekerja. Bekerja saja
masih belum cukup, umat Hindu dianjurkan untuk selalu mencari banyak teman dan selalu berdoa kepada para Deva, kepada leluhur,
dan kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan.
Artinya agama Hindu sesungguhnya memberikan jawaban dan tawaran solusi terhadap semua permasalahan yang dihadapi
oleh umat manusia, khususnya umat Hindu. Inti permasalahnya terletak pada apakah umat itu mau mempelajari Veda atau tidak,
mau mencari banyak teman atau tidak, mau bekerja keras secara tulus dan disiplin atau tidak.
Dalam hubungannya dengan paham ketuhanan, sesungguhnya ajaran agama Hindu menganut paham monoteisme. Yang
dimaksud adalah Veda mengajarkan umat Hindu hanya meyakini satu Tuhan yang disebut Brahman. Namun, dalam rangka lebih
mudah memahami Brahman, para arif bijaksana atau Bahuda Vadanti memberikan begitu banyak nama dan lambang-lambang