37
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
kematian, Santipatha mohon ketenangan dan kedamaian dan lain- lain. Memang tidak mudah untuk mempelajari Veda, terlebih lagi pada
zaman dahulu pernah diisukan bahwa Veda hanya boleh dipelajari oleh golongan brahmana saja. Ajaran Kitab Suci Veda disalahtafsirkan.
Konon jika seorang dari kalangan sudra secara sengaja maupun tidak sengaja mendengarkan ajaran suci Veda, maka ia akan dihukum berat.
Penafsiran yang keliru ini berdampak buruk bagi perkembangan umat Hindu pada zaman dahulu. Veda hanya dipelajari oleh golongan
brahmana saja, sedangkan golongan yang lainnya sama sekali tidak pernah mempelajari Veda. Akibatnya sangat jelas, umat Hindu menjadi
awam tentang Veda.
B. Pengertian Sloka
Sloka adalah ajaran suci yang ditulis dalam bentuk syair yang berbahasa Jawa Kuno bahasa Kawi atau Sanskerta. Sloka dibaca
dengan irama tertentu di mana satu baitnya terdiri dari empat baris, yang tiap barisnya memiliki jumlah suku kata yang sama. Sloka berisi
puji-pujian tentang kemuliaan dan kemahakuasaan Sang Hyang Widhi.
Uraian sloka yang menggunakan bahasa Jawa halus terdapat di dalam kitab Sarascamuscaya. Teknik pengucapan sloka berbeda
dengan teknik pengucapan mantrammantra. Teknik pembacaan sloka mempergunakan irama palawanya yang disebut dengan mamutru.
C. Fungsi atau Manfaat Pengucapan Mantram dan Sloka
Seperti telah diuraikan di atas, mantram-mantram berfungsi sebagai stuti, stava, stotra atau puja yang bermakna untuk mengagungkan
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, para dewata manifestasi-Nya, para leluhur dan guru-guru suci, termasuk pula untuk memohon keselamatan,
kerahayuan, ketenangan dan kebahagiaan. Dalam fungsinya untuk memohon perlindungan diri, maka mantram berfungsi sebagai Kavaca
baju gaib yang melindungi tubuh dan pikiran kita dari kekuatan- kekuatan negatif atau jahat dan Penjara membentengi keluarga dari
berbagai halangan atau kejahatan.
Para ahli agama bahkan menyatakan bahwa mantram dapat menghalau berbagai macam bencana, rintangan maupun penyakit dan
merupakan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan. Mantram juga dikatakan sebagai ladang energi atau energi illahi Tuhan yang sangat
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup umat manusia. Dengan mantram, maka akan dihasilkan getaran energi Tuhan sesuai dengan matram
yang diucapkan. Oleh karena itu setiap bersembahyang umat Hindu sebaiknya mengucapkan matram yang disesuaikan dengan tempat dan
waktunya. Namun jika tidak memahami mantram yang dimaksudkan, mereka dapat bersembahyang dengan bahasa yang paling dipahami.
Umat Hindu disarankan memahami dan mampu paling tidak mengucapkan Mantram atau Puja Trisandya dan Kramaning Sembah,
dua jenis mantram yang amat diperlukan pada waktu bersembahyang Suhardana, 2005:22-23
38
Kelas VII SMP
Ada bermacam-macam jenis mantra, yang secara garis besarnya dapat dipisahkan menjadi Vedik Mantra, Tantrika Mantra dan Puranik
Mantra. Lalu setiap bagian ini selanjutnya dibagi menjadi sattwika, rajasika dan tamasika mantra. Mantra yang diucapkan guna pencerahan,
sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, adalah sattwika mantra. Mantra yang diucapkan
guna kemakmuran duniawi serta anak cucu adalah rajasika mantra. Mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat atau menyerang
orang lain ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya adalah tamasika mantra. Perbuatan kejam yang penuh dosa dan disebut warna-marga
atau ilmu hitam. Mantra dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Mantra, yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam
bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi, dari seorang guru;
2. Stotra, doa pada dewata, yang dapat dibagi lagi menjadi; a Bersifat umum
Stotra doa umum adalah doa-doa yang digunakan untuk kebaikan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya
b Bersifat khusus Stotra doa khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada
Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya
3. Kawaca, atau mantra yang dipergunakan sebagai benteng perlindungan. Maswinara, 2004:7-8.
Seperti halnya mengucapkan mantram dalam melaksanakan Tri Sandya, sembahyang atau berdoa, maka dalam pengucapan mantram
japa dibedakan atas empat macam sikap atau cara yakni: 1. Waikaram Japa, yaitu melaksanakan japa dengan mengucapkan
mantram japa berulang-ulang, teratur dan ucapan mantram itu terdengar oleh orang lain.
2. Upamasu Japa, yaitu melaksanakan japa dalam hati secara teratur, berulang-ulang, mulut bergerak, namun tidak terdengar
oleh orang lain. 3. Manasika Japa, yaitu melaksanakan japa dalam hati, mulut
tertutup rapat, teratur, berulang-ulang, konsentrasi penuh, tidak mengeluarkan suara sama sekali.
4. Likhita Japa, yaitu melaksanakan japa dengan menulis berulang- ulang mantra japa di atas kertas atau kitab tulis, secara teratur,
berulang-ulang dan khusuk Titib, 1997:92 Dari uraian di atas menunjukkan bahwa Mantram disebut juga Puja atau
Japa, merupakan kata-kata yang diucapkan bersifat magis religius yang berisi puji-pujian dan permohonan sesuatu, sesuai dengan keinginan yang
ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala menifestasinya. Dalam pengucapan mantram dijelaskan, semakin keras suara ketika
mengucapkan mantram maka nilainya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil suara ketika mengucapkan mantram maka nilainya semakin
besar. Dan para penulispun juga dikatakan melaksanakan japa, maka dari itu karya tulis buku “Mantra dan Belajar Memantra” ini adalah
sebagai Lakhita Japa, yang akan dibahas melalui tahap-demi tahap.