54
Kelas VII SMP
B. Pengertian Sad Atatayi
Coba kamu amati Sloka yang tertuang dalam kitab Sarascamuscaya, lalu cari berbagai informasi tentang maksud Sloka Sarascamuscaya di
bawah ini
Sad Atatayi terdiri dari kata sad dan atatayi. Sad berarti enam dan atatayi berarti cara melakukan pembunuhan. Dengan demikian, sad
atatayi berarti enam cara untuk melakukan pembunuhan. Sesungguhnya Veda sebagai kitab suci umat Hindu memberikan tuntunan tentang
Ahimsakarma, yaitu larangan untuk untuk melakukan pembunuhan terhadap sesama makhluk hidup dengan motivasi balas dendam dan
kemarahan. Dalam ajaran Ahimsakarma, membunuh manusia ataupun membunuh seekor semut berarti melakukan karma buruk yang pasti
akan dipetik buahnya di kemudian hari.
Dalam Kitab Nitisataka disebutkan bahwa rusa-rusa yang sedang merumput di lapangan yang hijau, ikan-ikan yang sedang berenang di
telaga yang jernih dipanah dan dipancing oleh manusia untuk alasan kesenangan dan kesehatan. Akibat dari semua itu, tidak ada satu
manusia pun di dunia ini yang terhindar dari penyakit. Penyakit yang dimaksud adalah penyakit dengan kualitas rendah ataupun dengan
kualitas tinggi yang bisa menguras banyak biaya.
Sumber: Dok. Kemdikbud
Gambar 4.1 Ilustrasi menyelesaikan
masalah dengan musyawarah, tidak saling
membunuh
55
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
C. Bagian-Bagian Sad Atatayi
1. Agnida
Agnida adalah cara membunuh orang dengan cara membakar rumahnya sehingga orang yang ada dalam rumahnya mati
terpanggang. Para teroris yang melakukan pengeboman termasuk dalam kelompok Agnida.
Contoh cerita tentang Agnida yang patut direnungkan untuk diambil hikmahnya dapat ditemukan dalam kisah Mahabharata, yang kisah
singkatnya sebagai berikut: “Pada suatu ketika, Duryadana mengundang Kunti dan Panca
Pandawa untuk berlibur. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryadana. Duryadana mempunyai
niat jahat untuk membakar rumah yang dihuni Panca Pandawa pada malam hari. Bima diberitahu oleh Widura bahwa rumah
tempat menginap Ibu Kunti dan Panca Pandawa akan dibakar oleh Duryadana di malam hari. Kemudian, dibuatlah terowongan
agar dapat menyelamatkan diri. Ketika malam hari, rumah tempat Dewi Kunti dan Panca Pandawa menginap dibakar. Dewi Kunti
dan Panca Pandawa dapat menyelamatkan diri ke hutan melalui terowongan”.
2. Visada
Visada artinya meracuni baik sesama manusia maupun binatang sampai pingsan, maupun sampai mati. Hal ini adalah merupakan
perbuatan dosa sebab perbuatan ini sangat bertentangan dengan hakekat hidup yang beradab.
Contoh perilaku Visada dapat direnungkan dalam cerita di bawah ini. “ Seorang anak mempunyai kegemaran memancing ikan di sungai
atau di kolam. Kadang-kadang ia mendapatkan banyak ikan, namun kadang-kadang mendapatkan sedikit ikan, hasilnya tidak menentu.
Pada suatu hari, ia datang ke sungai untuk memancing tapi hingga siang hari ia tidak mendapatkan seekor ikan pun. Dengan gelisah,
cemas dan penuh harapan ia pergi ke sebuah warung membeli portas dan racun lainnya. Kembalilah ia ke sungai untuk melepaskan
racun tadi supaya ikan-ikan besar, belut, kepiting, udang, lele baik besar maupun kecil mati dan hanyut semua. Kemudian, setelah
ikan-ikan itu mati ia hanya mengambil beberapa ekor ikan yang besar saja sedangkan yang lainnya dibiarkan hanyut”.
Perbuatan ini tidak berdasarkan Tat Twam Asi. Perbuatan ini termasuk pembunuhan secara kejam dengan jalan meracuni, yang
dilarang oleh ajaran agama maupun pemerintah.
3. Atharva
Atharva adalah cara membunuh dengan kejam dengan mempergunakan ilmu hitam. Secara antropologi, fenomena ini
ternyata ada di seluruh masyarakat dunia baik yang tergolong sudah mempunyai peradaban maju maupun yang masih tergolong primitif.
Bahkan di era modern ini sebagian orang masih mempercayai ilmu hitam, misalnya santet, teluh atau di Bali dikenal leak.