10
Kelas VII SMP
Narasimha Membunuh Hiranyakashipu
Hiranyakasipu menjadi sangat marah setelah mengetahui istri dan anaknya diselamatkan oleh Narada. Ia semakin membenci Deva
Visnu, dan anaknya sendiri, Prahlada yang kini menjadi pemuja Visnu. Namun, setiap kali ia membunuh putranya, ia selalu tak
pernah berhasil karena dihalangi oleh kekuatan gaib yang merupakan perlindungan dari Deva Visnu. Ia kesal karena selalu gagal oleh
kekuatan Deva Visnu, namun ia tidak mampu menyaksikan Deva Visnu yang melindungi Prahlada secara langsung. Ia menantang
Prahlada untuk menunjukkan Deva Visnu. Prahlada menjawab, “Ia ada di mana-mana, Ia ada di sini, dan Ia akan muncul”.
Mendengar jawaban itu, ayahnya sangat marah, mengamuk dan menghancurkan pilar rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara yang
menggemparkan. Pada saat itulah Deva Visnu sebagai Narasimha muncul dari pilar yang dihancurkan Hiranyakasipu. Narasimha
datang untuk menyelamatkan Prahlada dari amukan ayahnya, sekaligus membunuh Hiranyakasipu. Namun, atas anugerah dari
Brahma, Hiranyakasipu tidak bisa mati apabila tidak dibunuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tepat. Agar berkah dari
Deva Brahma tidak berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh Hiranyakasipu. Ia juga memilih
waktu dan tempat yang tepat.
Akhirnya, berkah dari Deva Brahma tidak berlaku. Narasimha berhasil merobek-robek perut Hiranyakasipu. Akhirnya Hiranyakasipu
berhasil dibunuh oleh Narasimha, karena ia dibunuh bukan oleh manusia, binatang, atau Deva. Ia dibunuh bukan pada saat pagi,
siang, atau malam, tapi senja hari. Ia dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah. Ia dibunuh bukan di darat, air, api, atau udara,
tapi di pangkuan Narasimha. Ia dibunuh bukan dengan senjata, melainkan dengan kuku.
e. Wamana Avatara
Kisah Wamana Avatara dimuat dalam kitab Bhagawatapurana. Menurut cerita dalam kitab, Wamana sebagai Brahmana cilik datang
ke istana Raja Bali karena pada saat itu Raja Bali mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan hadiah. Ia sudah dinasehati
oleh Sukracarya agar tidak memberikan hadiah apapun kepada Brahmana yang aneh dan lain daripada biasanya.
11
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Pada waktu pemberian hadiah, seorang Brahmana kecil muncul di antara Brahmana-Brahmana yang sudah tua-tua. Brahmana
tersebut juga akan diberi hadiah oleh raja Bali. Brahmana kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang diukur dengan langkah
kakinya. Raja Bali pun takabur dan melupakan nasihat Sukracarya. Ia menyuruh Brahmana kecil itu melangkah. Dan saat itu juga,
Brahmana tersebut membesar dan terus membesar.
Dengan ukurannya yang sangat besar, ia mampu melangkah di surga dan bumi sekaligus. Pada langkah yang pertama, ia menginjak
surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak bumi. Pada langkah yang ketiga, karena tidak ada lahan untuknya berpijak, maka raja
Bali menyerahkan kepalanya. Sejak itu, tamatlah kekuasaan raja Bali. Karena terkesan dengan kedermawanan raja Bali, Wamana
memberinya gelar Mahabali. Ia juga berjanji bahwa kelak raja Bali akan menjadi Indra pada Manwantara berikutnya. Wamana
sebagai ‘Sang Hyang Triwikrama’ digambarkan memiliki tiga kaki, satu berada di bumi, kaki yang terangkat berada di surga, dan
yang ketiga di kepala Mahabali.
f. Parasurama Avatara
Parasurama merupakan putra bungsu Jamadagni, seorang Rsi keturunan Brgu. Itulah sebabnya ia pun terkenal dengan julukan
Bhargawa. Sewaktu lahir, Jamadagni memberi nama putranya itu Rama. Setelah dewasa, Rama pun terkenal dengan julukan
Parasurama karena selalu membawa kapak sebagai senjatanya. Selain itu, Parasurama juga memiliki senjata lain berupa busur
panah yang besar luar biasa.
Sewaktu muda Parasurama pernah membunuh ibunya sendiri, yang bernama Renuka. Hal itu disebabkan karena kesalahan Renuka
dalam melayani kebutuhan Jamadagni sehingga menyebabkan Jamadagni marah besar. Jamadagni kemudian memerintahkan
putra-putranya supaya membunuh ibu mereka tersebut. Ia menjanjikan akan mengabulkan apa pun permintaan mereka.
Meskipun demikian, sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, tidak ada yang bersedia melakukannya, kecuali Parasurama.
Jamadagni semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu.
Parasurama sebagai putra termuda dan paling cerdas ternyata bersedia membunuh ibunya sendiri. Setelah kematian Renuka, ia
pun mengajukan permintaan sesuai janji Jamadagni. Permintaan tersebut antara lain, Jamadagni harus menghidupkan dan menerima
Renuka kembali, serta mengembalikan keempat kakaknya ke wujud manusia. Jamadagni pun merasa bangga dan memenuhi semua
permintaan Parasurama.
Menumpas Kaum Kesatria Konon Parasurama bertekad untuk menumpas habis seluruh
kesatria dari muka bumi. Ia bahkan dikisahkan telah mengelilingi dunia sampai tiga kali. Setelah merasa cukup, Parasurama pun
mengadakan upacara pengorbanan suci di suatu tempat bernama Samantapancaka. Kelak pada zaman berikutnya, tempat tersebut
terkenal dengan nama Kurukshetra dan dianggap sebagai tanah
Sumber: Wamana Avatara: http: id.wikipedia.orgwikiWamana