Fungsi atau Manfaat Pengucapan Mantram dan Sloka

38 Kelas VII SMP Ada bermacam-macam jenis mantra, yang secara garis besarnya dapat dipisahkan menjadi Vedik Mantra, Tantrika Mantra dan Puranik Mantra. Lalu setiap bagian ini selanjutnya dibagi menjadi sattwika, rajasika dan tamasika mantra. Mantra yang diucapkan guna pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, adalah sattwika mantra. Mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta anak cucu adalah rajasika mantra. Mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat atau menyerang orang lain ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya adalah tamasika mantra. Perbuatan kejam yang penuh dosa dan disebut warna-marga atau ilmu hitam. Mantra dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Mantra, yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi, dari seorang guru; 2. Stotra, doa pada dewata, yang dapat dibagi lagi menjadi; a Bersifat umum Stotra doa umum adalah doa-doa yang digunakan untuk kebaikan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya b Bersifat khusus Stotra doa khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya 3. Kawaca, atau mantra yang dipergunakan sebagai benteng perlindungan. Maswinara, 2004:7-8. Seperti halnya mengucapkan mantram dalam melaksanakan Tri Sandya, sembahyang atau berdoa, maka dalam pengucapan mantram japa dibedakan atas empat macam sikap atau cara yakni: 1. Waikaram Japa, yaitu melaksanakan japa dengan mengucapkan mantram japa berulang-ulang, teratur dan ucapan mantram itu terdengar oleh orang lain. 2. Upamasu Japa, yaitu melaksanakan japa dalam hati secara teratur, berulang-ulang, mulut bergerak, namun tidak terdengar oleh orang lain. 3. Manasika Japa, yaitu melaksanakan japa dalam hati, mulut tertutup rapat, teratur, berulang-ulang, konsentrasi penuh, tidak mengeluarkan suara sama sekali. 4. Likhita Japa, yaitu melaksanakan japa dengan menulis berulang- ulang mantra japa di atas kertas atau kitab tulis, secara teratur, berulang-ulang dan khusuk Titib, 1997:92 Dari uraian di atas menunjukkan bahwa Mantram disebut juga Puja atau Japa, merupakan kata-kata yang diucapkan bersifat magis religius yang berisi puji-pujian dan permohonan sesuatu, sesuai dengan keinginan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala menifestasinya. Dalam pengucapan mantram dijelaskan, semakin keras suara ketika mengucapkan mantram maka nilainya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil suara ketika mengucapkan mantram maka nilainya semakin besar. Dan para penulispun juga dikatakan melaksanakan japa, maka dari itu karya tulis buku “Mantra dan Belajar Memantra” ini adalah sebagai Lakhita Japa, yang akan dibahas melalui tahap-demi tahap. 39 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perlu pula secara bertahap ditambahkan, bila mengucapkan mantram-mantram, hendaknya dipahami benar-benar arti dan makna mantram tersebut. Mengucapkan mantram tanpa mengerti makna, kitab Nirukta 1.13 menyatakan: Seorang yang mengucapkan mantram dan tidak memahami makna yang terkandung dalam mantram itu, tidak pernah memperoleh penerangan kurang berhasil seperti halnya sepotong kayu bakar, walaupun disiram dengan minyak tanah, tidak akan terbakar bila tidak disulut dengan korek api. Demikian pula halnya orang yang hanya mengucapkan mantram tidak pernah memperoleh cahaya pengetahuan yang sejati. Pertanyaan yang sering diajukan oleh sebagian masyarakat adalah bagaimanakah caranya mengucapkan sebuah mantram, apakah perlu keras-keras, berbisik-bisik atau diam saja, atau cukup di dalam hati? Menurut berbagai informasi dinyatakan bahwa terdapat tiga macam cara pengucapan mantram, yaitu: 1. Vaikari ucapan mantram terdengar oleh orang lain. 2. Upamsu berbisik-bisik, bibir bergerak, namun suara tidak terdengar. 3. Manasika terucap hanya di dalam hati, mulut tertutup rapat. Dari ketiga jenis atau cara pengucapan mantram di atas, Manasika yang diyakini paling tinggi nilainya. Cara pengucapan mantram yang penting adalah kesujudan, kekhusukan dan kesungguhan yang dilandasi oleh kesucian hati. Memang tidak semua orang berhasil mengucapkan mantram dengan baik sehingga mantram atau doanya itu terkabulkan. Untuk menunjang keberhasilan pengucapan mantram mantram akan siddhi-mandi, hal yang sangat perlu dilakukan antara lain: 1. Menyucikan dirinya baik jasmani maupun rohani asuci laksana; 2. Melakukan berbagai brata janji atau tekad bulat tertentu melaksanakan ajaran agamaberdisiplin, bagi seorang rohaniawan; 3. Mengendalikan makanan Upavasa 4. Pengucapan mantram-mantram berulang-ulang Japa.

D. Sloka-sloka sebagai Penyelamat Umat manusia

1. Sloka-sloka yang berkaitan dengan Karma Marga Yuga. Dalam kitab suci Bhagavadgita mengatakan: karmany eva dhikaras te, ma phaleshu kadachana ma karma phala hetur bhur, ma te sango ‘stv akarmani Bhagavadgita II, 47 Terjemahan: Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajiban. Maksud sloka ini adalah lakukan tugas kewajiban jangan mengharap hasil, jangan sekali pahala hasil jadi motifmu, jangan pula hanya berdiam diri jadi motifmu. Demikian juga apa yang disebutkan Bhagavadgita II, 48 yang berbunyi; Yugasthah kuru karmani, Sangam tyaktva dhanamjaya Siddhyasiddhyoh samo bhutva, Samatvam yuga uchyate Terjemahan: Wahai Arjuna, lakukan kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yuga. 40 Kelas VII SMP Maksud sloka ini, pusatkan pikiranmu pada kesucian, bekerjalah tanpa menghirukan pahala, tegaklah pada sukses maupun kegagalan, sebab keseimbangan jiwa adalah yuga. Yuga yang dimaksud adalah memusatkan pikiran kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengendalikan indra-indra yang selalu mengganggu. Dipertegas lagi oleh Bhagavadgita Bab II, sloka 49 yang bunyinya: durena hy avaram karma buddhi yugad dhanamjaya buddhau saranam anvichchha kripanah phala hetevah Terjemahan: Wahai Dhananjaya, jauhilah segala kegiatan yang menjijikkan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkan dirimu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil dari pekerjaannya adalah orang pelit. 2. Sloka-sloka yang berkaitan dengan Jnana Marga Yuga. Jnana Marga adalah jalan mencapai kebebasan dengan mengabdikan diri dengan ilmu pengetahuan. Kata Jnana mempunyai makna ilmu pengetahuan. Jnana marga dapat dimaksudkan manusia dalam usahanya mencari Tuhan melalui jalan belajar tentang hakikat dari Tuhan itu sendiri Widhi Tatwa. Siapa, bagaimana sifat-sifatnya, bagaimana dan di mana mencari-Nya? Lalu kenapa Jnana ilmu pengetahuan dikatakan sangat penting bagi perjalanan manusia mencari Tuhan? Jawabannya, karena di antara yajna, ilmu pengetahuan adalah yajna yang paling utama. Dalam Bhagavadgita disebutkan: sreyan dravya-mayad yajna jnanayajnah paramtapa sarvam karma ‘khilam partha jnane perisamapyate Bhagavadgita, IV, sloka 33 Terjemahan: Wahai penakluk musuh, korban suci yang dilakukan dengan pengetahuan lebih baik daripada hanya mengorbankan harta benda material.Wahai putera prtha, bagaimanapun, maka segala korban suci yang terdiri dari pekerjaan memuncak dalam pengetahuan rohani. Dilanjutkan dengan Bhagavadgita, IV, Sloka 36 Api ched asi papebhyah sarvebhyah papakrittamah sarvam jnanaplavenai ‘va vrijinam samtarishyasi Terjemahan: Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan.