Prestasi Belajar IPS SD

15

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar IPS SD

1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto, 2003: 2. Sedangkan menurut Djamarah 2002: 13, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar yang sesungguhnya adalah apabila siswa mengalami sendiri dan dalam mengalami itu siswa mempergunakan panca inderanya. Sardiman 2007: 20 menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Hal ini senada dengan pendapat Witherington, 1952 Sukmadinata, 2004: 155 yang mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Geoch Sardiman, 2007: 20 mengungkapkan bahwa “learning is a change in performance as a result of practice ”. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui praktik maupun latihan-latihan. Hal ini senada dengan pendapat 16 Hamalik 2003: 20 yang mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada siswa, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan atau aspek kognitif, tetapi juga berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotor. 2. Pengertian Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi merupakan apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar Tohirin, 2006: 151. Dimyati Mudjiono 2010: 4-5 mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah suatu pencapaian tujuan pengajaran yang ditunjukan dengan peningkatan kemampuan mental siswa. Prestasi belajar ini sebagai dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. Syah 2005: 141, mengemukakan bahwa prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam 17 sebuah program. Prestasi merupakan kemampuan nyata siswa sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan belajar dan dapat diukur hasilnya. Sukmadinata 2005: 102 mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensialkapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Suryabrata 2006: 297, mengartikan prestasi belajar sebagai nilai yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu. Sedangkan Djamarah 2011: 19 menjelaskan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Tohirin 2006: 151 mengemukakan bahwa pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas menjadi indikator prestasi belajar. Artinya, prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun, dalam penelitian ini hanya mengukur aspek kognitif siswa. Anderson Krathwohl 2015: 99-133 mengemukakan kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif, sebagai berikut. a. Mengingat C1 Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang Anderson Krathwohl, 2015: 99. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau 18 metakognitif, serta kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat, meliputi: 1 mengenali atau mengidentifikasi, yaitu menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut, misalnya mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, 2 mengingat kembali atau mengambil, yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dalam memori jangka panjang, misalnya mengingat kembali tanggal peristiiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. b. Memahami C2 Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru Anderson Krathwohl, 2015: 100. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami, meliputi: 1 menafsirkan, atau memiliki nama lain mengklarifikasi, memparafrasakan, merepresentasi, dan menerjemahkan, merupakan mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain, misalnya memparafrasakan ucapan dan dokumen penting, 2 mencontohkan, atau mengilustrasikan, atau memberi contoh, yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip, misalnya memberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis, 19 3 mengklasifikasikan, atau mengategorikan, atau mengelompokkan, yaitu menentukan sesuatu dalam satu kategori, misalnya mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan, 4 merangkum, atau mengabstraksi, atau menggeneralisasi, yaitu mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok, misalnya menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di televisi, 5 menyimpulkan, atau menyarikan, atau mengekstrapolasi, atau menginterpolasi, atau memprediksi, yaitu membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima, misalnya dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya, 6 membandingkan, atau mengontraskan, atau memetakan, atau mencocokkan, yaitu menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya, misalnya membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang, 7 menjelaskan atau membuat model, yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa- peristiwa penting pada abad ke-18 di Indonesia. c. Mengaplikasikan C3 Proses mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu Anderson Krathwohl, 2015: 101. Proses- proses kognitif dalam kategori mengaplikasikan, meliputi: 20 1 mengeksekusi atau melaksanakan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier, misalnya membagi satu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit, 2 mengimplementasikan atau menggunakan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier, misalnya menggunakan hukum Newton kedua pada konteks yang tepat. d. Menganalisis C4 Proses menganalisis adalah memecah-mecah materi menjadi bagian- bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan Anderson Krathwohl, 2015: 101. Proses-proses kognitif dalam kategori menganalisis, meliputi: 1 membedakan, atau menyendirikan, atau memilah, atau memfokuskan, atau memilih, yaitu membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting, misalnya membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal cerita matematika, 2 mengorganisasikan, atau menemukan koherensi, atau memadukan, atau membuat garis besar, atau mendeskripsikan peran, atau menstrukturkan, yaitu menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur, misalnya menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis, 21 3 mengatribusikan atau mendekonstruksi, yaitu menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud di balik materi pelajaran, misalnya menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis. e. Mengevaluasi C5 Proses mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria danatau standar Anderson Krathwohl, 2015: 102. Proses-proses kognitif dalam kategori mengevaluasi, meliputi: 1 memeriksa, atau mengoordinasi, atau mendeteksi, atau memonitor, atau menguji, yaitu menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan, misalnya memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data-data amatan atau tidak, 2 mengkritik atau menilai, yaitu menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah, misalnya menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah. f. Mencipta C6 Proses mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal Anderson Krathwohl, 2015: 102. Proses-proses kognitif dalam kategori mencipta, meliputi: 22 1 merumuskan atau membuat hipotesis, yaitu membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria, misalnya membuat hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomenon, 2 merencanakan atau mendesain, yaitu merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas, misalnya merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu, 3 memproduksi atau mengkonstruksi, yaitu menciptakan suatu produk, misalnya membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dalam penelitian ini merujuk pendapat Suryabrata 2006: 297 yang mengatakan bahwa prestasi belajar sebagai nilai yang merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu. Dengan demikian, prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif siswa. 3. Pengertian Pembelajaran IPS di SD IPS adalah “the social studies that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping studies to develop the knowledge, skill, attitude, and values needed to participate in the civic life of their local communities the nation and the world” Banks, 1985 dalam Susanto, 2014: 140. Pendapat tersebut mengatakan bahwa IPS merupakan bagian dari kurikulum di sekolah dasar dan menengah yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang 23 dibutuhkan dalam rangka berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat, negara, dan bahkan dunia. Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya Susanto, 2014: 138. Lingkungan masyarakat akan menjadi tempat siswa tumbuh dan berkembang sebagai salah satu bagian dari masyarakat, serta akan banyak masalah yang dihadapi. Pendidikan sosial akan mendorong siswa terhadap kepekaan sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah Susanto, 2014: 137. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP Akbar Sriwiyana, 2010: 77 dijelaskan pengertian IPS sebagai berikut. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SDMISDLB sampai SMPMTsSMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SDMI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan 24 bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Pada jenjang SD, mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu integrated. Hal ini berarti materi pelajaran disusun dan dikembangkan tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaaan bersikap dan berperilakunya Sapriya, 2009: 194. Sifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran tersebut bertujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi siswa sehingga pengorganisasian materibahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan siswa. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Mulyono Hidayati Senen, 2007: 2 memberi batasan bahwa IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti Sejarah, Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan sebagainya. Hal ini senada dengan pengertian IPS yang tercantum dalam KTSP SD, yaitu IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah Depdiknas, 2006. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada jenjang sekolah dasar, yaitu dari kelas rendah sampai kelas tinggi dilaksanakan melalui pembelajaran terpadu 25 atau disebut dengan tematik. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan berbagai aspek atau cabang-cabang ilmu sosial Trianto, 2010: 171. Pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan intelektual atau kognitif anak pada tingkatan operasional konkret. Lebih lanjut Djahiri Susanto, 2014: 150 menekankan bahwa prinsip- prinsip pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah sebagai berikut. a. Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa. b. Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa. c. Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak yang diharapkan. d. Proyeksi harapan pembangunan nasional atau daerah yang tentunya mampu dijangkau dan diperankan siswa kiini dan kelak di kemudian hari. e. Isi dan pesan nilai moral budaya bangsa, Pancasila dan agama yang dianut yang diakui bangsa dan negara Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran IPS di SD berlandaskan KTSP serta menganut pendekatan terpadu integrated yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah serta dalam melakukan proses pembelajaran guru memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran IPS di SD agar dapat memudahkan siswa dalam mempelajari IPS sehingga dapat berguna di kehidupan bermasyarakat kelak. 4. Tujuan Pembelajaran IPS di SD Mutakin, 1998 Susanto, 2014: 145 merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut. a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 26 b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. Dalam kaitannya dengan KTSP, pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan pembelajaran IPS, yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut Akbar Sriwiyana, 2010: 78. a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Munir, 1997 Susanto, 2014: 151 adalah sebagai berikut. a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat. b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian. d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 27 e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dann keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD adalah untuk membekali siswa serta mencetak generasi yang berkualitas dan kaya akan pengetahuan serta kecakapan, sehingga dapat mengidentifikasi, menganalisis, serta melakukan tindakan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi baik permasalahan yang datang dari diri sendiri, masyarakat, maupun dalam ruang lingkup kebangsaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 5. Ruang Lingkup IPS SD Ruang lingkup materi pelajaran IPS di sekolah dasar yang tercantum dalam kurikulum, menurut Depdiknas, 2006 Susanto, 2015: 160, sebagai berikut. a. Manusia, tempat, dan lingkungan; b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; c. Sistem sosial dan budaya; dan d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Hidayati 2002: 18 mengemukakan bahwa materi IPS diambil dari penyederhanaan dan pengadaptasian bagian pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial, yang terdiri dari: a. fakta, konsep, generalisasi dan teori, b. metodologi penyelidikan dari masing-masing ilmu-ilmu sosial, 28 c. keterampilan-keterampilan intelektual yang diperlukan dalam metodologi penyelidikan ilmu-ilmu sosial. Materi IPS diambil dari konsep-konsep ilmu sosial yang disederhanakan sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan siswa. Cakupan materi IPS di kelas V semester II SD se-gugus Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta menurut KTSP dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP Mata Pelajaran IPS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang Perjuangan para pejuang para masa penjajahan Belanda dan Jepang 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia Masa persiapan kemerdekaan 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan Peristiwa sekitar proklamasi 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Penelitian ini mengambil Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan 29 kemerdekaan Indonesia, dengan Kompetensi Dasar 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan pada materi peristiwa sekitar proklamasi. 6. Prestasi Belajar IPS SD Prestasi belajar IPS adalah nilai yang diperoleh siswa pada ranah kognitif mata pelajaran IPS dan merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes secara tertulis pada Kompetensi Dasar 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan pada materi peristiwa sekitar proklamasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPS adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes tertulis pada materi peristiwa sekitar proklamasi untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Kemampuan kognitif yang diukur pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut. a. Mengingat C1 Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang Anderson Krathwohl, 2015: 99. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini, meliputi: 1 mengenali atau mengidentifikasi, yaitu menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut, misalnya mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting sekitar proklamasi, 2 mengingat kembali atau mengambil, yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dalam memori jangka panjang, misalnya mengingat kembali tokoh-tokoh yang terlibat pertemuan di Dallat, Vietnam. 30 b. Memahami C2 Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru Anderson Krathwohl, 2015: 100. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini, meliputi: 1 menafsirkan, atau memiliki nama lain mengklarifikasi, memparafrasakan, merepresentasi, dan menerjemahkan, merupakan mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain, misalnya memparafrasakan ucapan dan dokumen penting, 2 mencontohkan, atau mengilustrasikan, atau memberi contoh, yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip, misalnya memberi contoh usaha Jepang dalam merebut hati bangsa Indonesia, 3 mengklasifikasikan, atau mengategorikan, atau mengelompokkan, yaitu menentukan sesuatu dalam satu kategori, misalnya mengelompokkan nama- nama pahlawan berdasarkan organisasi yang menaunginya, 4 merangkum, atau mengabstraksi, atau menggeneralisasi, yaitu mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok, misalnya merangkum suatu runtutan kejadian selama masa proklamasi, 5 menyimpulkan, atau menyarikan, atau mengekstrapolasi, atau menginterpolasi, atau memprediksi, yaitu membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima, misalnya menyimpulkan sebab-akibat suatu kejadian selama masa proklamasi, 31 6 menjelaskan atau membuat model, yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa- peristiwa penting sekitar proklamasi dan menjelaskan peranan tokoh yang terlibat dalam peristiwa sekitar proklamasi. c. Mengaplikasikan C3 Proses mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu Anderson Krathwohl, 2015: 101. Kata kerja operasional yang digunakan pada tahap ini, meliputi: 1 mengimplementasikan atau menggunakan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier, misalnya mengimplementasikan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar IPS SD Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar IPS yang optimal merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam siswa internal maupun faktor dari luar diri siswa eksternal. Dalyono 2009: 55-60 mengemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi belajar, sebagai berikut. 1 Faktor internal, meliputi kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar. 2 Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Lebih lanjut Suryabrata 2006: 233-238 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 32 1 faktor-faktor yang berasal dari luar siswa, yaitu: a faktor nonsosial, meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu pagi, atau siang, ataupun malam, tempat letaknya, pergedungannya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat tulis-menulis, buku- buku, alat-alat peraga, dan alat-alat pelajaran, b faktor sosial, yaitu faktor manusia sesama manusia, baik manusia itu ada hadir maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir, 2 faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yaitu: a faktor fisiologis, meliputi keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi- fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera, b faktor psikologis, meliputi adanya rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; adanya sifat yang kreatif pada manusia dan keinginan untuk selalu maju; adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dalam orang tua, guru, dan teman-teman; adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan; adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Uraian di atas diperkuat oleh pendapat Slameto 2003: 54-71 yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: 1 faktor intern, meliputi: a faktor jasmaniah, terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh, b faktor psikologis, terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, c faktor kelelahan, 2 faktor ekstern, meliputi : a faktor keluarga, terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan, b faktor sekolah, terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah, c faktor masyarakat, terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Pendapat di atas senada dengan Susanto 2014: 12 yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, adalah sebagai berikut. 33 1 Faktor internal, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2 Faktor eksternal, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar IPS ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti jasmani dan psikologis siswa. Sedangkan faktor eskternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti lingkungan dan sosial budaya. Namun, penelitian ini membatasi pada faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu motivasi belajar dan rasa ingin tahu. Sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar IPS yang dicapai siswa ditentukan oleh motivasi belajar dan rasa ingin tahu siswa. Oleh karena itu agar prestasi belajar yang baik dapat dicapai maka siswa dan guru harus memberikan perhatian yang lebih kepada motivasi belajar dan rasa ingin tahu siswa.

B. Motivasi Belajar

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi

0 5 91

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 085115 SIBOLGA.

0 2 25

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD Se-GUGUS II DEPOK SLEMAN.

0 0 131

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE GUGUS III SEYEGAN SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/ 2015.

0 0 128

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS WONOKERTO TURI SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

1 1 109

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MATERI TOKOH-TOKOH KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SENDANGADI 1 MLATI SLEMAN.

0 4 191

HUBUNGAN INTENSITAS PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SE-GUGUS 3 KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 178

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 2 KECAMATAN PENGASIH.

0 1 178

HUBUnGAn AnTARA MOTIVASI BeRPReSTASI SISWA dAn POlA ASUH ORAnG TUA denGAn PReSTASI BelAJAR IlMU PenGeTAHUAn SOSIAl kelAS III Sd neGeRI Se-GUGUS 3 keCAMATAn PRAMBAnAn

0 0 5

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE PERCONTOHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MARGASANA - repository perpustakaan

0 0 15