Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan berkaitan dengan kualitas siswa karena titik pusat dalam pembelajaran adalah siswa. Siswa diharapkan dapat menimba ilmu dan wawasan yang sebanyak-banyaknya dengan belajar. Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku, perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri Sardiman, 2007: 21. Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan pendidikan di sekolah. Sanjaya 2005: 87 mengatakan bahwa pembelajaran berlangsung dengan adanya dua kegiatan, yakni belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru yang mengajar agar tujuan siswa yang sedang belajar tersebut dapat tercapai. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah dasar harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang merupakan mata pelajaran dengan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Dengan demikian arah mata pelajaran IPS ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan 2 datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat Sapriya, 2009: 194. Melalui pembelajaran IPS diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menyiapkan siswa untuk menjalani kehidupan ketika mereka telah terjun di masyarakat. Kenyataan di lapangan masih banyak yang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS kurang memiliki manfaat yang besar bagi siswa dibandingkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika yang mengkaji bidang pengembangan dalam sains dan teknologi Susanto, 2014: 138. Tentu anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa mata pelajaran IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kehidupan nyata khususnya, kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Metode yang sering digunakan dalam mata pelajaran IPS adalah ceramah dan tanya jawab. Hal ini diperkuat oleh pendapat Susanto 2014: 155 yang mengatakan bahwa masih banyak guru yang melakukan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS ini dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Penggunaan metode ini merupakan salah satu cara untuk mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Namun perlu diperhatikan juga mengenai waktu penggunaan dan pengemasan metode ceramah dan tanya jawab, karena apabila metode tersebut terlalu sering digunakan dan tanpa adanya pengemasan yang menarik justru bisa menurunkan motivasi belajar siswa. Kecenderungan menggunakan metode tersebut justru membuat siswa lebih bersikap apatis, baik 3 terhadap mata pelajaran IPS maupun gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Belajar IPS tidak cukup hanya dalam bentuk hapalan atau hanya melatih daya ingat sehingga ada kesan siswa disamakan dengan robot yang harus menuruti keinginan dan perintah guru Sapriya, 2009: 184. Belajar IPS hendaknya dapat memberdayakan siswa sehingga segala potensi yang dimilikinya dapat berkembang. Banks Susanto, 2014: 141 menekankan begitu pentingnya mata pelajaran IPS diterapkan di sekolah dasar. Sehingga guru memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi siswa melalui pembelajaran IPS yang disajikan semenarik mungkin. Dilihat dari segi karakteristiknya, anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang senang bermain, bergerak, bekerja kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung Desmita, 2012: 35. Berbagai keunikan perilaku siswa lainnya juga dapat dijumpai dalam pembelajaran di sekolah. Misalnya ada siswa yang sangat aktif, rajin mencatat, rajin mengerjakan tugas, sering bertanya dan sebagainya. Selain itu, ada juga siswa yang sangat pasif, tidak mengumpulkan tugas, membolos, diam saat ditanya oleh guru, dan nilai yang selalu rendah. Namun, perilaku yang cenderung kurang baik tersebut tidak selayaknya dialami oleh siswa karena dapat mempengaruhi keberhasilan siswa di dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPS. Keberhasilan dalam belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran IPS dapat dilihat dari nilai prestasi belajar IPS mereka di sekolah. Asumsi tersebut selaras dengan pendapat Tohirin 2006: 151 yang mengatakan bahwa prestasi 4 belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Pencapaian yang diperoleh siswa tersebut dapat berupa perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu. Penilaian prestasi belajar siswa dapat diperoleh melalui tes, baik tes uraian maupun tes objektif. Dari hasil tes tersebut maka akan dilihat pencapaian prestasi belajar IPS siswa. Berdasarkan observasi serta wawancara dengan guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar SD se-Gugus Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 8-14 November 2016 dapat diperoleh informasi mengenai permasalahan- permasalahan yang ada. Permasalahan-permasalahan tersebut, yaitu motivasi belajar siswa yang kurang terhadap mata pelajaran IPS, kurangnya variasi mengajar dari guru, rasa ingin tahu siswa yang kurang terhadap pembelajaran IPS, guru menggunakan sumber belajar terbatas pada buku, dan prestasi belajar IPS siswa kelas V belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditentukan sekolah dan menempati posisi terendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Motivasi belajar siswa yang kurang terhadap mata pelajaran IPS. Hal itu dapat dibuktikan dengan: 1 siswa tidak menyukai mata pelajaran IPS, 2 siswa menganggap IPS sebagai mata pelajaran yang sulit, 3 siswa kurang berminat terhadap materi yang menuntutnya untuk menghafal, 4 siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, 5 siswa perlu mendapatkan dorongan dari guru agar mau tampil di depan kelas, 6 siswa terlihat pasif ketika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada saat pembelajaran IPS berlangsung, 7 siswa bermain dengan teman serta asyik dengan aktivitasnya sendiri ketika 5 pembelajaran berlangsung, 8 siswa lebih antusias untuk bekerja secara kelompok karena siswa yang malas mengerjakan tugas bisa mengandalkan tugasnya kepada para siswa yang rajin. Kurangnya variasi mengajar dari guru. Hal itu dibuktikan dengan: 1 guru menggunakan sumber belajar terbatas pada buku, 2 guru lebih sering menggunakan metode ceramah saat pembelajaran, 3 pembelajaran terpusat pada guru, 4 guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan 5 guru kurang menggunakan alat peraga atau media pembelajaran. Rasa ingin tahu siswa yang kurang terhadap pembelajaran IPS. Hal itu dibuktikan dengan: 1 siswa cenderung menerima materi pelajaran dari guru tanpa adanya kegiatan bertanya mengenai hal-hal yang belum mereka pahami, 2 siswa cenderung mengikuti perintah guru tanpa bertanya dalam pembelajaran, dan 3 siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran. Guru menggunakan sumber belajar terbatas pada buku. Hal ini dibuktikan dengan: 1 dalam penyampaian materi, guru cenderung terpusat pada satu buku saja, yaitu buku paket, 2 guru kurang menggunakan alat peraga atau media pembelajaran, 3 guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, dan 4 guru kurang memanfaatkan teknologi yang ada, seperti internet untuk media pembelajaran. Prestasi belajar IPS siswa kelas V belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah dan menempati posisi terendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal itu dibuktikan dengan data nilai Ujian Tengah Semester 6 UTS gasal di SD se-Gugus Sendangadi. Kondisi ini dapat dilihat dari rata-rata nilai UTS gasal tahun ajaran 20162017 yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Data Rata-rata Nilai Ujian Tengah Semester Gasal Siswa Kelas V SD se- Gugus Sendangadi Tahun Ajaran 20162017 No. Nama Sekolah Rata-rata Nilai IPS IPA Matematika Bahasa Indonesia 1. SD N Sendangadi 1 50,70 65 71,50 73 2. SD N Sendangadi 2 66 70 70 71 3. SD N Mlati 1 65 80 78,75 75 4. SD N Mlati 2 58 60 70 75 5. SD N Ngemplak Nganti 58,82 65 70,25 70 6. SD N Jatisari 62,85 70 65,75 70 7. SD Kanisius Duwet 65 75 78 73 Jumlah 426,37 485 504,25 507 Rata-rata 60,91 69,28 72,03 72,42 Sumber: SD se-Gugus Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai ujian tengah semester mata pelajaran IPS siswa kelas V di SD se-gugus Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta menempati posisi terendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan deskripsi di atas, diketahui bahwa terdapat sejumlah masalah yang terjadi di SD se-Gugus Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Melihat luasnya permasalahan tersebut, ruang lingkup penelitian dibatasi pada prestasi belajar IPS yang diperoleh oleh siswa kelas V SD se-Gugus Sendangadi belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah dan menempati posisi terendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini senada dengan pendapat Sardiman 2003: 49 yang mengemukakan bahwa 7 prestasi belajar yang baik merupakan hal yang paling didambakan oleh setiap siswa yang sedang belajar, prestasi belajar dapat dijadikan indikator keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar. Prestasi belajar siswa menunjukkan seberapa tinggi tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, terutama pada mata pelajaran IPS. Artinya, apabila prestasi belajar siswa rendah maka siswa dikatakan belum menguasai bahan pelajaran. Apabila siswa belum berhasil menguasai bahan pelajaran, maka perlu adanya usaha untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, maka prestasi belajar siswa yang selalu rendah akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pendidikan. Prestasi belajar digunakan sebagai evaluasi guru dalam mengajar di kelas. Prestasi belajar siswa diukur melalui prosedur penilaian. Menurut Sudjana 2005: 111, rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa tetapi juga bisa disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai evaluasi bagi guru untuk memperbaiki pembelajaran sehingga dapat dilakukan pembelajaran yang lebih baik untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa. Apabila prestasi belajar siswa rendah, maka pembelajaran dapat dikatakan belum berhasil sehingga perlu diketahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran tersebut. Dengan demikian, dapat dilakukan upaya perbaikan sehingga prestasi belajar IPS dapat optimal dan kinerja guru juga dapat lebih baik lagi. Prestasi belajar digunakan sebagai laporan kemajuan belajar bagi orang tua siswa. Orang tua sangat mengharapkan jika anaknya mendapatkan prestasi 8 yang tinggi, yang artinya anak berhasil menguasai bahan pelajaran dengan baik. Untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut hendaknya sekolah melakukan upaya-upaya perbaikan dalam pembelajaran sehingga siswa mendapatkan prestasi yang optimal. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa tersebut. Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditindaklanjuti maka akan berdampak pada ketidakberhasilan sekolah dalam memenuhi harapan masyarakat. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program Syah, 2005: 141. Dengan demikian, tujuan yang direncanakan dapat dikatakan telah tercapai apabila para siswa sudah mampu menunjukkan prestasi belajar yang optimal. Namun tingkat pencapaian prestasi belajar IPS siswa kelas V SD se-Gugus Sendangadi tergolong dalam prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan belajar yang direncanakan dalam pembelajaran belum tercapai. Uraian di atas merupakan alasan prestasi belajar IPS siswa penting untuk diteliti. Prestasi belajar berkaitan dengan pencapaian belajar siswa selama pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menumbuhkan dorongan dalam diri siswa untuk belajar lebih giat agar prestasi belajar yang baik dapat diraih sehingga tujuan yang telah direncanakan dalam pembelajaran dapat tercapai. Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Dalyono 2009: 55 ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti: kesehatan, inteligensi, bakat, minat, motivasi, dan cara belajar dan faktor eksternal faktor yang berasal 9 dari luar diri siswa, seperti: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Suryabrata 2006: 233-238, faktor- faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah sebagai berikut. 1. Faktor fisiologis, meliputi keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi- fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera. 2. Faktor psikologis, meliputi adanya rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; adanya sifat yang kreatif pada manusia dan keinginan untuk selalu maju; adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dalam orang tua, guru, dan teman-teman; adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan; adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Motivasi sebagai salah satu faktor internal yang berperan penting dalam keberhasilan belajar siswa untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Hamalik 2003: 161 yang mengatakan bahwa belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Tanpa adanya motivasi belajar dalam diri siswa tidak mungkin siswa tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal. Motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS. Keterkaitan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar dikemukakan oleh Dalyono yang menyatakan bahwa kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar Djamarah, 2011. Guru harus mampu menumbuhkan motivasi belajar pada diri siswa. Motivasi berperan dalam menumbuhkan gairah dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk mengikuti pembelajaran. Tanpa adanya motivasi, pembelajaran akan sulit untuk berhasil. Pendapat tersebut diperkuat oleh Paul Suparno Sardiman, 2007: 38 10 yang mengatakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa selain motivasi belajar adalah adanya rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu merupakan modal awal bagi siswa dalam pembelajaran. Adanya rasa ingin tahu akan mendorong siswa untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Menurut Nasoetion Hadi Permata, 2010: 3, rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu siswa perlu ditumbuhkan dalam pembelajaran. Dengan adanya rasa ingin tahu tersebut, siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Gaffar Kesuma, et al., 2011: 7 mengatakan bahwa apabila rasa ingin tahu siswa tidak ditumbuhkan atau tidak dikembangkan, maka akan berdampak pada siswa ke depannya. Siswa akan cenderung pasif dalam menerima pelajaran, tidak berani mengemukakan pendapat, dan akhirnya siswa hanya belajar di sekolah. Sebaliknya, jika rasa ingin tahu siswa ditumbuhkan dan dikembangkan, maka siswa akan menjadi pribadi yang kritis, berani mengemukakan pendapat, belajar dari berbagai sumber, dan akan berusaha mencari tahu sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, adanya rasa ingin tahu akan mendorong siswa untuk melakukan perbuatan belajar dalam usaha pencapaian prestasi belajar yang baik Suryabrata, 2012: 236. Maka dari itu, pembelajaran yang didukung oleh siswa yang memiliki motivasi belajar dan rasa ingin tahu dapat berperan untuk mempengaruhi tingkat 11 pencapaian prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Begitu pun sebaliknya, jika siswa tidak memiliki motivasi belajar dan rasa ingin tahu, maka prestasi belajar IPS yang baik tidak akan tercapai dan tujuan pembelajaran yang direncanakan pun tidak tercapai. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan seorang guru mampu menumbuhkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu dalam diri siswa sehingga prestasi belajar yang optimal pun dapat diraih. Dari hal tersebut, maka akan ditemukan hubungan antara motivasi belajar dan rasa ingin tahu dengan prestasi belajar IPS SD. Akan tetapi, sejauh mana hubungan antara motivasi belajar dan rasa ingin tahu dengan prestasi belajar IPS belum dapat diketahui. Maka dari itu, permasalahan ini perlu diangkat melalui penelitian yang berjudul “Hubungan Motivasi Belajar dan Rasa Ingin Tahu dengan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SD bagi Siswa Kelas V se-Gugus Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta ”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas V SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bekasi

0 5 91

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 085115 SIBOLGA.

0 2 25

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD Se-GUGUS II DEPOK SLEMAN.

0 0 131

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE GUGUS III SEYEGAN SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/ 2015.

0 0 128

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS WONOKERTO TURI SLEMAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

1 1 109

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MATERI TOKOH-TOKOH KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SENDANGADI 1 MLATI SLEMAN.

0 4 191

HUBUNGAN INTENSITAS PERGAULAN TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SE-GUGUS 3 KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 178

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 2 KECAMATAN PENGASIH.

0 1 178

HUBUnGAn AnTARA MOTIVASI BeRPReSTASI SISWA dAn POlA ASUH ORAnG TUA denGAn PReSTASI BelAJAR IlMU PenGeTAHUAn SOSIAl kelAS III Sd neGeRI Se-GUGUS 3 keCAMATAn PRAMBAnAn

0 0 5

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE PERCONTOHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MARGASANA - repository perpustakaan

0 0 15