Contoh Kasus Kedua : Mark-Up Pengadaan

102 BAB VI ANALISA KASUS MASALAH ETIKA DAN MORALITAS DALAM ORGANISASI PEMERINTAH Dalam bab ini akan disajikan contoh kasus penerapan dan masalah etika organisasi pemerintah untuk dianalisis oleh para peserta Diklat Prajabatan Golongan III. Dalam modul ini disajikan dua buah kasus yang dapat dikatakan merupakan kejadian yang sehari-hari dikenal oleh para peserta, meskipun tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan atau tugasnya sehari-hari. Kasus ini hanya bersifat imajiner dan tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan organisasi pemerintahan tertentu ataupun kelompok aparatur tertentu. Tetapi contoh kasus ini diambil dari fenomena yang secara nyata pernah terjadi dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik dan pelaksanaan tugas administratif pemerintahan dalam dimensi waktu, tempat, serta intensitas tertentu.

A. Contoh Kasus Pertama: Guru Dan Tabungan

Murid Sebuah contoh bagaimana etika dan moralitas diterapkan dalam sebuah situasi dan bagaimana kita dapat menilainya sebagai sesuatu yang baik atau buruk adalah sebagai berikut: Seorang Guru SD di Kabupaten X, suatu ketika mengajarkan kepada murid-murid kelas IV yang dibinanya sebagai Wali Kelas, bahwa menabung itu merupakan kebiasaan baik yang Modul Diklat Prajabatan Golongan III 103 mencerminkan cara hidup berhemat, seperti pepatah lama: hemat pangkal kaya. Sesuai anjuran Guru mereka, maka para murid kelas IV tersebut kemudian beramai-ramai menabung, setiap anak rata-rata setiap bulannya menabung sekitar Rp.2500,- bukan di Bank atau menggunakan celengan, tetapi dengan cara membukukan dan menitipkan tabungannya kepada GuruWali Kelas mereka itu. Namun demikian, ternyata Guru tersebut di kemudian hari sering menggunakan uang tabungan murid-muridnya untuk keperluan pribadinya, dengan alasan toh nanti akan diganti dari gajinya sendiri. Sampai kemudian pada saatnya tabungan tersebut harus dibagikan karena kenaikan kelas murid-muridnya, Guru yang bersangkutan kelabakan karena jumlah uang titipan murid-muridnya hanya tinggal seperempatnya saja, padahal waktu menerima gaji sudah lewat. Akhirnya dengan cara meminjam kesana-sini Guru tersebut dapat memenuhi tuntutan murid-muridnya; tetapi tinggallah kini dia sendiri menanggung hutang kepada teman-teman sejawatnya dan juga ke Koperasi Guru karena kelalaiannya dalam menggunakan dana titipan tabungan murid-muridnya.

B. Contoh Kasus Kedua : Mark-Up Pengadaan

Barang Contoh lain bagaimana konsep etika dan moralitas dalam organisasi berlaku dan dapat dinilai baik atau buruknya, adalah berkaitan dengan pengadaan barang di sebuah instansi. Seorang pegawai yang baru bekerja sekitar satu tahun dan ditempatkan di Etika Organisasi Pemerintah 104 sub bagian pengadaan barang, bersama seorang temannya yang lebih senior, mendapatkan tugas untuk membeli perlengkapan kantor atau ATK di sebuah toko yang ditunjuk oleh atasannya. Ketika transaksi pembelian barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan harga barang-barang yang dibelinya, tiba-tiba Si Penjual menanyakan berapa nilai belanja yang akan dimasukkan ke dalam kuitansi atau faktur pembelian. Pegawai baru tersebut bingung, dan dijawabnya sesuai dengan harga barang yang dibelinya itu. Tetapi rekannya yang lebih senior mengatakan bukan begitu, biasanya dalam faktur pembelian tersebut dicantumkan total nilai pembeliannya dilebihkan sekian persen dari harga yang sebenarnya. Pegawai baru tersebut makin bingung, kenapa demikian pikirnya. Lalu dijelaskan oleh rekannya tadi bahwa prosentase lebih dari harga yang dibayarkan itu, sudah biasa dilakukan dalam rangka menghimpun dana yang akan dibagikan kepada setiap pegawai pada setiap akhir tahun anggaran sebagai dana kesejahteraan. Begitulah akhirnya, dalam setiap penugasan berikutnya pegawai baru tersebut bertindak sesuai kebiasaan tersebut, dan tidak bertanya-tanya lagi dan pada akhir tahun anggaran ternyata dirinya memperoleh apa yang dijanjikan tersebut, yaitu uang sejumlah Rp. 750.000,- Namun demikian, Pegawai baru tersebut sempat juga berfikir, seandainya setiap orang di lingkungannya mendapatkan hadiah sebesar itu setiap tahunnya, berapa besarnya dana yang dikeluarkan jika hal itu juga berlaku di seluruh instansi pemerintah yang ada. Dan jika tidak ada orang Modul Diklat Prajabatan Golongan III 105 yang menanyakan tentang hal itu, bisa dibayangkan berapa besar kerugian negara dan kebocoran uang rakyat setiap tahunnya, dari sebuah kebiasaan mencantumkan harga sekian persen lebih tinggi dari harga barang yang sebenarnya bisa diperoleh.

C. Ulasan Ringkas Analisis Kasus