Etika Organisasi Pemerintah
74
pemerintah baik
di pusat
maupun didaerah-daerah.
Mustopadidjaja, 1997: 17. Selanjutnya dijelaskan oleh Mustopadidjaja 1997: 17–18
bahwa dalam pelaksanaan kode etik tersebut, aparatur dan manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan, dan akun
tabel, untuk mendorong pengamalan dan pelembagaan kode etik tersebut. Dalam hubungannya dengan pelayanan kepada
masyarakat menurut Mustopadidjaja hal itu mengandung arti sebagai semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi, dan
keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku: melayani, bukan dilayani;
mendorong, bukan menghambat; mempermudah, bukan mempersulit; sederhana, bukan berbelit belit.
Standar etika organisasi pemerintah yang dimaksud dalam hal ini adalah kualitas pemenuhan atau perwujudan nilai-nilai atau
norma-norma sikap dan perilaku pemerintah dalam setiap kebijakan dan tindakannya, yang dapat diterima oleh masyarakat
luas. Ini tidak berarti bahwa pemerintah sama sekali tidak memiliki standar etika pemerintahan, akan tetapi dimensi
pelaksanaan etika tersebut mungkin yang perlu ditingkatkan. Dengan demikian yang dimaksud dengan meningkatkan standar
etika organisasi
pemerintah itu,
sebenarnya adalah
meningkatkan kualitas perwujudan atau pemenuhan batasan- batasan nilai atau norma sikap dan perilaku dalam kebijakan dan
tindakan aparatur pemerintah, yang dapat memuaskan dan
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
75
membangun kepercayaan
masyarakat. Karena
tanpa kepercayaan masyarakat, pemerintah di manapun tidak akan
mampu menjalankan pemerintahannya secara efektif dan efisien.
B. Penyusunan
Standar Etika
Organi Sasi
Pemerintah
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, etika organisasi pemerintah adalah batasan pola sikap dan perilaku aparatur
pemerintah dan setiap kebijakan dan tindakannya yang dapat diterima secara umum oleh lingkungan masyarakat di dalam
negara yang bersangkutan. Bahkan sebenarnya, dengan arus globalisasi dewasa ini maka standar etika tersebut harus pula
dapat diterima oleh lingkungan masyarakat global. Jika tidak, maka negara yang bersangkutan akan dikucilkan dari pergaulan
dunia. Untuk itu, maka dalam upaya menyusun standar-standar etika
organisasi dan aparatur pemerintah, peranan masyarakat melalui lembaga-lembaga perwakilannya menjadi narasumber yang
penting dan strategis. Melalui serangkaian proses komunikasi interaktif dengan berbagai lapisan masyarakat beserta lembaga-
lembaga yang merepresentasikan mereka, pemerintah dapat mengidentifikasi apa saja harapan-harapan dan tuntutan
masyarakat terhadap institusi pemerintah dan aparatur penyelenggara pemerintahannya.
Hal tersebut harus dilakukan mulai dari bawah, dari unsur-unsur kelompok masyarakat paling bawah lalu beranjak meningkat
Etika Organisasi Pemerintah
76
kepada kelompok masyarakat menengah dan atas. Bagaimana sebenarnya harapan masyarakat mengenai pola sikap dan
perilaku Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Pemerintah, dan organisasi Pemerintahan pada umumnya? Bagaimana pola
pelayanan publik yang diharapkan masyarakat? Bagaimana pola pengaturan dan intervensi pemerintahan dalam permasalahan
yang dihadapi rakyat? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang secara mendasar perlu mendapatkan jawaban, sehingga pemerin tah
dapat merumuskan standar etika organisasi pemerintah yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Selain itu, melalui studi atau kajian perbandingan terhadap berbagai negara baik dalam lingkungan yang berbatasan maupun
dalam skala yang lebih luas, dapat memberikan gambar an bagi pemerintah apa dan bagaimana praktek penerapan etika
organisasi pemerintah yang menjadi kecenderungan umum. Dengan cara ini, pemerintah dengan berbagai informasi yang
dimiliki secara nasional dan internasional, akan mampu menetapkan standar etika yang bukan hanya dapat diterima di
dalam negeri, tetapi juga setara atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan apa yang diterapkan di negara-negara lain.
Kondisi yang demikian pada akhirnya akan mendorong peningkatan kemampuan daya saing pemerintahan nasional
dalam ruang lingkup global.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
77
C. Pengawasan dan Evaluasi Penerapan Etika