Perkembangan Sosial Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

10 i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar merupakan golongan anak yang berusia mulai dari 6 tahun sampai anak tersebut menginjak masa pubertas 11-13 tahun, yang memiliki sedang mengalami perkembangan-perkembangan baik fisik, sosial, kognitif, bahasa, moral, dan emosi. Penelitian ini akan menggunakan subjek siswa-siswi kelas V SD yang umurnya berkisar antara 11-12 tahun dan dapat dikategorikan sebagai remaja awal.

2. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Sebagai individu, anak usia sekolah dasar mengalami tahapan perkembangan baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosi, dan moral. Menurut Rita Eka Izzaty dkk. 2008:103, perkembangan yang terjadi pada anak usia sekolah dasar meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, moral, emosi, dan sosial. Namun, kajian pustaka akan lebih difokuskan pada perkembangan sosial dan moral, karena penelitian ini membahas tentang hubungan teman sebaya yang terkait dengan aspek perkembangan sosial dan moral anak.

a. Perkembangan Sosial

Menurut Achmad Juntika dan Mubiar Agustin 2013:44, proses perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat 11 serta mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagiamana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock 1978:264 menjelaskan bahwa ketika anak mulai menjalani pendidikan di sekolah, anak memasuki “usia gang” yaitu usia yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Tugas utama dari perkembangan periode ini adalah anak menjadi pribadi yang sosial. Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilaku. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik khusus dalam berperilaku sosial yang direalisasikan dalam bentuk tindakan-tindakan tertentu. Syamsu Yusuf 2014: 124-125 mengindetifikasinya sebagai berikut. 1 Pembangkangan negativisme, yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang muncul kira-kira usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun. Berkembangnya perilaku negativism pada usia ini dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia empat tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun dan beralih menjadi sikap melawan secara verbal menggunakan kata-kata. 2 Agresi agression, yaitu perilaku menyerang balik, baik secara fisik maupun kata-kata. Agresi ini meruapakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi atau rasa kecewa yang dialami anak. 12 Agresi ini berwujud dalam perilaku menyerang seperti memukul, mencubit, menendang, mengigit, marah-marah, mencaci maki, dan sebagainya. 3 Berselisihbertengkar quarreling, terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, misalnya diganggu pada saat mengerjakan sesuatu, direbut barang atau mainan si anak, dan sebagainya. 4 Menggoda teasing, yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serang mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal ejekan, sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserang oleh anak. 5 Persaingan rivaly, yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong distimulasi oleh orang lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini berkembang lebih baik. 6 Kerja sama cooperation, yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakan sikap kerja sama dengan anak yang lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi. 7 Tingkah laku berkuasa ascendant behavior, yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap 13 business. Wujud dari tingkah laku ini adalah meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan anak. 8 Mementingkan diri sendiri selfishness, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak selalu ingin dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak maka dia protes dengan menangis, menjerit, atau marah-marah. 9 Simpati sympathy, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengan orang lain. Seiring bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap selfish dan mulai mengembangkan sikap sosialnya dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial pada anak adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial anak yang sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial. Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik khusus dalam berperilaku sosial yang direalisasikan dalam bentuk tindakan seperti pembangkangan, agresi, berselisihbertengkar, menggoda, persaingan, kerja sama, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati. 14 Pada tahap perkembangan sosial ini, kematangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan ini meliputi keluarga, sekolah teman sebaya, dan masyarakat. Apabila lingkungan mendukung untuk perkembangan sosial anak ke arah yang positif, maka anak akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun, apabila lingkungan sosialnya kurang mendukung dan cenderung membawa anak kearah yang negatif misalnya orang tua yang kasar, suka marah, acuh tak acuh, dan lain-lain, maka anak tidak dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang.

b. Perkembangan Moral