Perkembangan Moral Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

14 Pada tahap perkembangan sosial ini, kematangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan ini meliputi keluarga, sekolah teman sebaya, dan masyarakat. Apabila lingkungan mendukung untuk perkembangan sosial anak ke arah yang positif, maka anak akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun, apabila lingkungan sosialnya kurang mendukung dan cenderung membawa anak kearah yang negatif misalnya orang tua yang kasar, suka marah, acuh tak acuh, dan lain-lain, maka anak tidak dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang.

b. Perkembangan Moral

Mc Devitt dan Ormrod 2013: 530, mendefinisikan perkembangan moral sebagai kemajuan dalam penalaran dan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku atau standar yang dibangun sendiri dari benar dan salah. Piaget dalam Diane E. Papalia dan Ruth Duskin, 2015: 321-322 perkembangan moral anak dibagi ke dalam 3 tahap yang akan dijelaskan sebagi berikut. 1 Tahap pertama anak berusia 2-7 tahun Anak memiliki sifat egosentris dan tidak mampu memandang masalah lebih dari satu aspek.Anak percaya bahwa aturan tidak dapat dibengkokan atau diubah, anak belum sepenuhnya memahami itu perilaku benar atau salah. Anak hanya tahu bahwa jika itu perilaku yang salah, maka akan mendapatkan hukuman. 15 2 Tahap kedua anak berusia 7 atau 8 sampai 10 atau 11 Ketika anak berinteraksi dengan banyak orang dan dengan sudut pandang yang beragam, anak akan mulai menyadari bahwa tidak ada suatu aturan yang absolute tentang prinsip benar dan salah. Anak akan mengambangkan pemikiran berdasarkan prinsip kebaikan dan keadilan. Anak mampu melihat suatu keadaan melalui berbagai sudut pandang, sehingga penilaian moral anak menjadi lebih halus. 3 Tahap ketiga anak berusia sekitar 11-12 tahun Anak mulai memiliki kemampuan penalaran formal dan munculnya kepercayaan bahwa setiap orang harus diperlakukan sama sesuai dengan prinsip keadilan dalam segala situasi. Pada tahap ini, anak akan mengatakan bahwa anak umur 2 tahun yang menumpahkan tinta di taplak meja tidak bisa diukur melalui standar yang sama dengan anak usia 10 tahun yang melakukan hal sama. Seiring bertambahnya usia, maka penilaian tidak akan fokus pada kejadiannya, tetapi pada niat dan pelakunya. Sementara itu, menurut Kohlberg dalam John W. Santrock, 2007:119 ada tiga tingkatan penalaran tentang moral dan setiap tingkatnya memiliki dua tahapan. 1 Tingkat Penalaran Prakonvensional Penalaran prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral. Pada tingkat ini, baik dan buruk diinterpretasikan 16 melalui reward dan punishment. Tingkatan ini memiliki dua tahap yaitu : a Tahap Moralitas Heteronom, yaitu tahap pertama pada tingkat penalaran prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran moral terkait dengan punishment. Sebagai contoh, anak berfikir bahwa anak harus patuh karena anak takut hukuman terhadap perilaku membangkang. b Tahap Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran, yaitu tahap kedua dari penalaran prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Oleh karena itu, menurut individu apa yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara. Individu berfikir jika individu bersikap baik terhadap orang lain, maka orang lain juga akan berlaku baik. 2 Tingkat Penalaran Konvensional Pada tingkatan ini, individu memberlakukan standar tertentu, tetap standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya oleh orang tua atau pemerintah. Tingkatan ini memiliki dua tahap yaitu : a Tahap ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan konormitas interpersonal. Pada tahap ini individu menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dari penilaian moral. Anak dan remaja 17 seringkali mengadopsi standar moral orang tua agar dianggap sebagai anak yang baik. b Tahap moralitas sistem sosial, yaitu tahap keempat dimana penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Sebagai contoh, remaja mungkin berfikir supaya komunitas dapat bekerja dengan efektif, maka perlu dilindungi oleh hukum yang diberlakukan terhadap anggotanya. 3 Tingkat Penalaran Pascakonvensional Penalaran pascakonvensional adalah tingkatan tertinggi. Pada tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral alternative, mengeksplorasi pilihan ini, lalu memutuskan berdasarkan kode moral personal. Tingkatan ini juga dibagi ke dalam dua tahap yaitu: a Tahap kontrak atau utilitas sosial dan hak individu. Pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau lebih luas daripada hukum. Seseorang mengevaluasi validitas hukum yang ada dan sistem sosial dapat diuji berdasarkan sejauh mana hal ini menjamin dan melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia. b Tahap prinsip etis universal yaitu tahapan tertinggi dalam perkembangan moral. Pada tahap ini, seseorang telah mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan antara 18 hukum dan hati nurani, seseorang menalar bahwa yang harus diikuti adalah hati nurani, meskipun keputusan itu memberikan resiko. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral pada anak adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku yang terjadi dalam diri anak.Anak melewati tiga tahap dalam perkambangan moral yaitu tahap moralitas heteronom, transisi, dan tahap moralitas otonom.

B. Tinjauan Tentang Intensitas Penggunaan Media Sosial