Mutasi Auditor Independensi Landasan Teori

commit to user 17 audit yang aktif, profesional dan andal dalam menghadapi isu-isu pemeriksaan. Batas tanggal pelaporan yang memungkinkan untuk melaksanakan audit tanpa harus disertai ketidakjelasan pada pekerjaan yang dilaksanakan sebelum tanggal pelaporan berakhir. Penyusunan kesepakatan yang memadai dalam menghadapi pembatasan dalam proses pemeriksaan. Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah diungkapkan, kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor mendeteksi adanya penyimpanganpenyelewengan dan melaporkannya De Angelo 1981. Kualitas audit dilihat dari dimensi auditor dan organisasi yang menaunginya. Penelitian ini akan berfokus pada kualitas audit dari dimensi auditor dengan menggunakan dimensi kualitas audit dari UK Financial Reporting Council .

2. Mutasi Auditor

Ketentuan perundangan di Indonesia mengatur bahwa suatu Kantor Akuntan Publik KAP maksimal memberikan jasa audit umum laporan keuangan maksimal lima tahun buku berturut-turut dan Akuntan Publik AP maksimal tiga tahun buku berturut-turut untuk menjaga independensi KAP dan AP. Hal ini dimaksudkan agar suatu KAP dan AP bisa menjaga independensinya sehubungan dengan jangka waktu kerja sama yang sudah cukup lama. Daugherty 2012 melakukan penelitian bagaimana rotasi auditor bisa mempengaruhi independensi, kualitas hidup partner dan kualitas hasil commit to user 18 audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotasi auditor berpengaruh positif pada independensi dan kualitas audit. Dalam Audit pemerintahan mutasi auditor di BPK dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal BPK nomor 366KX- XIII.292010 tentang pemindahan pegawai non struktural pada pelaksana BPK. Tujuan SK ini adalah untuk: 1 Menjaga objektivitas dan transparansi dalam pelaksanaan pemindahan pegawai. 2 Menjaga independensi pegawai dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan keuangan negara. 3 Meningkatkan kinerja pegawai baik secara individu maupun pada tingkat satuan kerja. Wilayah kerja pegawai terdiri dari 3 tiga wilayah, yaitu: 1 Wilayah 1 satu wilayah kerja kantor pusat; 2 Wilayah 2 dua wilayah kerja Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. 3 Wilayah 3 tiga wilayah kerja Maluku, Papua, daerah tertinggal, daerah konflik, dan daerah rawan bencana. Pertimbangan pemindahan memperhatikan masa kerja pada unit kerja terakhir sebagai berikut: 1 Wilayah 1 satu dan 2 dua diberlakukan masa kerja 3 tiga sampai 5 lima tahun; dan commit to user 19 2 Wilayah 3 tiga diberlakukan masa kerja 3 tiga sampai 4 empat tahun. Dalam penelitian ini mutasi pemeriksa akan dilihat dari pemeriksa yang sudah mengalami mutasi antar kantor perwakilan atau satuan kerja setingkat eselon II.

3. Independensi

Kode Etik Profesi Akuntan Publik 290.8 mewajibkan setiap praktisi untuk bersikap sebagai berikut: 1 Independensi dalam pemikiran. Independensi dalam pemikiran merupakan sikap mental yang memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat menganggu pertimbangan profesional, yang memungkinkan seorang individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta dapat menerapkan skeptisisme profesional. 2 Independensi dalam penampilan. Independensi dalam penampilan merupakan sikap yang menghindari tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan pihak ketiga pihak yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme profesional dari anggota tim assurance , KAP, atau jaringan KAP. Standar Umum dalam SPKN 2007 memuat tentang independensi yaitu dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa wajib menghindari situasi yang bisa menyebabkan pihak lain yang mengetahui fakta dan keadaan bisa mengambil kesimpulan commit to user 20 bahwa pemeriksa tidak bisa mempertahankan independensinya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari anggapan bahwa pemeriksa tidak mampu memberikan penilaian yang objektif serta tidak memihak terhadap semua hal baik pada pelaksanaan pemeriksaan sampai dengan pelaporan hasil pemeriksaan. Tiga macam gangguan terhadap independensi yang perlu dijadikan pertimbangan oleh pemeriksa: gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan terhadap organisasi. Dalam pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat terjadi satu atau lebih gangguan independensi, apabila gangguan independensi tersebut dianggap mempengaruhi kemampuan pemeriksa secara individu dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya, maka pemeriksa tersebut harus menolak penugasan pemeriksaan. Suatu organisasi pemeriksa wajib memiliki sistem pengendalian mutu intern untuk membantu mendeteksi apakah pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi yang dimilikinya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan pemeriksa yang membatasi lingkup pertanyaan ataupun pengungkapan terhadap sesuatu hal yang bisa mempengaruhi hasil pekerjaan di lapangan atau membuat lemah temuan pemeriksaan. Pernyataan standar umum SPKN paragraf 20 menyebutkan bahwa: organisasi pemeriksa dan pemeriksanya mungkin menghadapi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan gangguan pribadi. Oleh karena itu organisasi pemeriksa harus mempunyai sistem pengendalian mutu intern yang dapat mengidentifikasi gangguan pribadi dan memastikan kepatuhannya terhadap ketentuan independensi yang diatur dalam standar pemeriksaan. Untuk itu, organisasi pemeriksa antara lain harus: commit to user 21 1 Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk dapat mengidentifikasi gangguan pribadi terhadap independensi, termasuk mempertimbangkan pengaruh kegiatan non pemeriksaan teradap hal pokok pemeriksaan dan menetapkan pengamanan untuk dapat mengurangi risiko tersebut terhadap hasil pemeriksaan. 2 Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa kepada semua pemeriksanya dan menjamin agar ketentuan tersebut dipahami melalui pelatihan atau cara lainnya. 3 Menetapkan kebijakan dan prosedur intern untuk memonitor kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa. 4 Menetapkan suatu mekanisme disiplin untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi pemeriksa. 5 Menekankan pentingnya independensi. Pernyataan standar umum SPKN paragaf 22 menyatakan bahwa: Dalam hal suatu organisasi melakukan kegiatan non pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka organisasi pemeriksa tersebut harus mempertimbangkan pengaruh kegiatan tersebut terhadap gangguan pribadi, baik dalam sikap mental maupun penampilan, yang dapat berdampak negatif terhadap independensi dalam melaksanakan pemeriksaan. Independensi menurut Standar Audit oleh International Organization of Supreme Audit Institutions INTOSAI adalah bebas dari Parlemen, dari eksekutif pemerintahan dan entitas auditee Clark dkk. 2007. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Clark dkk. 2007 atas Supreme Audit InstitutionsSAI yang berisikan auditor umum, auditor sektor publik pemerintahan mengenai atribut kualitas audit, independensi meliputi independensi dalam hukum, bebas dari intervensipengaruh kendali, leluasa menentukan tipe audit dan auditee , melaporkan hasil kepada parlemen, diberi wewenang luas dalam mengakses informasi terkait audit, dan penunjukan pimpinan SAI oleh parlemen. Pimpinan SAI mempunyai commit to user 22 wewenang menentukan syarat dan kondisi stafnya, seperti menentukan pelaksana kontraktor untuk melaksanakan audit. Berdasarkan ketentuan SAI mempunyai kewenangan untuk melakukan investigasi dan memperkuat suatu temuan permasalahan, mengimplementasikan metode audit yang efektif, melaporkan hasil pada Parlemen, tercukupinya staf dan keuangan Clark dkk. 2007. Penelitian Krishnan 1994 menunjukkan bahwa kecenderungan auditor kurang independen dengan mengeluarkan laporan negatif, dengan pertimbangan untuk menghindari kehilangan klien yang mungkin untuk beralih setelah menerima laporan kelangsungan usahanya. Defond dkk. 2002 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara non audit fee atau total fee dengan independensi auditor yang diproksikan dengan kecenderungan untuk mengeluarkan opini terkait kelangsungan usaha. Rachmawaty 2006 menunjukkan bahwa independensi auditor yang terdiri dari aspek Independence in fact, Independence in appearance, dan Independence in competence secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit KAP di Surabaya. Dalam penelitian ini independensi auditor diukur menggunakan pendekatan SPKN dengan dimensi: gangguan pribadi dan gangguan ekstern.

4. Pengendalian Mutu Kinerja Pemeriksaan