Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan audit sektor publik di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini didukung dengan munculnya tiga paket perundang-undangan yang diterbitkan berupa: Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan tersebut menjadikan dasar Badan Pemeriksa Keuangan BPK untuk melaksanakan 3 tiga jenis pemeriksaan yaitu: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Hasil pemeriksaan BPK akan dimanfaatkan oleh stakeholders untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kinerja pemerintah serta membantu dalam pengambilan keputusan. Standar Profesional Akuntan Publik SPAP menyebutkan bahwa auditor harus bersikap independensi dalam pemikiran dan independensi dalam penampilan. Sesuai dengan tanggungjawabnya, diharapkan profesi auditor dapat menunjukkan kinerja dan hasil audit yang dapat dimanfaatkan oleh stakeholders. Hasil pekerjaan audit yang baik menunjukkan kualitas audit yang baik pula. Kualitas audit menurut De Angelo 1981 adalah probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. commit to user 2 Pengukuran kinerja di sektor publik diarahkan untuk meningkatkan efisiensi lembaga, efektivitas dan akuntabilitas Hood 1991. Hal yang berlaku umum bahwa baik informasi keuangan dan non-keuangan merupakan komponen penting dari penilaian kinerja dan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik Coy, Fisher, danGordon, 2001 dan Tower 1993. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN menyebutkan Setiap organisasi pemeriksaan yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang kompeten pengendalian mutu ekstern. Kualitas hasil pemeriksaan diperhatikan oleh pemangku kepentingan karena semakin tinggi kualitas audit akan dihasilkan laporan keuangan yang lebih baik dan lebih dipercaya yang akan digunakan untuk membantu pengambilan keputusan. Makin banyak terjadinya kasus korupsi di Indonesia menjadikan kualitas audit sektor publik saat ini mendapat sorotan masyarakat, seperti munculnya beberapa kasus suap pemeriksa BPK. Kasus suap oleh oknum pejabat Pemerintah Kota Bekasi terhadap dua pemeriksa BPK sebesar Rp 272 juta yang diindikasikan terkait pemberian opini agar laporan keuangan Kota Bekasi tahun 2009 menjadi Wajar Tanpa Pengecualian Vivanews.com, 2010. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK juga menemukan indikasi dugaan suap Walikota Tomohon terhadap pemeriksa BPK sebesar Rp 600 juta saat pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD Tahun Anggaran 2007 detiknews.com, 2010. Beberapa kasus yang melibatkan pemeriksa BPK commit to user 3 yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah bisa mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat atas kualitas audit sektor publik. Pemberian opini BPK juga mendapatkan sorotan dari masyarakat dengan diberikannya opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian WTP pada entitas laporan keuangan sektor publik. Ketua BPK Hadi Purnomo menegaskan bahwa pemberian opini WTP terhadap sebuah institusi, tidak serta merta menjamin bahwa lembaga itu bersih terhadap tindakan korupsi. Hal tersebut dinyatakan karena ada pihak pihak tertentu yang menggunakan tameng opini audit BPK sebagai indikator departemen atau lembaga tertentu bebas dari korupsi skalanews.com, 2012. Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan publik akan menghadapi dua hal yang saling berlawanan yaitu akuntan publik sebagai pihak eksternal yang melakukan pemeriksaan dan akuntan publik sebagai pihak yang menerima fee audit dari perusahaan. Sikap profesionalisme dan independesi akuntan publik akan diuji dengan hal tersebut di atas, apakah akuntan publik mampu mengatasi tekanan dari perusahaan sehingga kualitas audit tetap terjaga. Untuk menjaga mutu pemeriksaan kantor akuntan publik sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 17PMK.012008 tentang Jasa Akuntan Publik maka pekerjaan akuntan publik akan diperiksa oleh pemeriksa yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal untuk melakukan pemeriksaan secara berkala dan sewaktu waktu terhadap Akuntan Publik AP dan Kantor Akuntan Publik KAP. Reviu tersebut akan memberikan gambaran tentang bagaimana kinerja pemeriksaan yang telah dilakukan oleh suatu kantor akuntan publik commit to user 4 sehingga pengendalian mutu pemeriksaan juga dilakukan oleh pemeriksa dari luar KAP. Ketentuan perundangan mengatur bahwa suatu KAP maksimal memberikan jasa audit umum laporan keuangan maksimal lima tahun buku berturut-turut dan AP maksimal tiga tahun buku berturut-turut untuk menjaga independensi KAP dan AP. De Angelo 1981 menjelaskan bahwa kualitas audit tergantung pada 2 faktor, yaitu: 1 kemampuan auditor untuk menguji akun-akun dan mengidentifikasi kesalahan atau anomali melalui kompetensi teknisnya; dan 2 objektivitas melalui independensinya. De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan auditor dapat mendeteksi dan melaporkan kesalahan atau kecurangan dalam sistem informasi akuntansi klien. Fokus penelitian yang akan dilakukan pada tiga dimensi kualitas audit yaitu mutasi auditor, independensi dan pengendalian mutu. Deis dan Giroux 1992 menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. De angelo 1981, Teoh dan Wong 1993, Francis dan Yu 2009 dan Choi, Kim, Kim, dan Zang, 2010 menemukan adanya hubungan antara auditor size dengan kualitas audit. Lennox 1999 menemukan hubungan antara kualitas audit dengan auditor size dengan pendekatan reputasi dan deep pocket auditor. Elitzur dan Falk 1996 melakukan penelitian tentang perencanaan kualitas audit dengan efisiensi perencanaan, audit fee dan kemungkinan kegagalan dalam audit. Penelitian oleh Carcello, Hermanson, dan McGrath, 1992, Behn, Carcello, commit to user 5 Hermanson, dan Hermanson, 1997 dan Samelson, Lowensohn, dan Johnson, 2006 menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas audit diantaranya: pengalaman dengan klien, pengalaman pada industri, pertanggungjawaban dengan kebutuhan klien, rasa ingin tahu yang besar dari seorang auditor. Kualitas audit dikembangkan dari UK Financial Reporting Council FRC dalam Holt 2007 terdiri dari: budaya di suatu perusahaan, kemampuan dan kualitas personal auditor dan partner, efektifitas proses audit, keandalan laporan keuangan dan faktor-faktor diluar kendali auditor. Wooten 2003 menggunakan proksi kualitas audit sebagai pendeteksi salah saji dan pelaporan yang kurang tepat. Penelitian Boner 1990, Tan dan Kao 1999 menjelaskan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki auditor berpengaruh pada kinerja auditor. Penelitian Shockley 1981 menjelaskan mengenai 4 empat faktor yang mempengaruhi auditor eksternal. Clark, Martinis, dan Kapardis, 2007 menguji perbedaan atribut kualitas audit Supreme Audit Institution SAI atas akuntabilitas mereka terhadap parlemen dan independensinya terhadap eksekutif pemerintahan. Penelitian Alim, Hapsari, dan Purwanti, 2007 menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan independensi serta etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Rai, 2008: 74 menjelaskan bahwa pengendalian mutu quality control mengacu pada persyaratan yang harus dipenuhi dalam manajemen audit individual. Prosedur quality control harus dirancang dengan baik untuk commit to user 6 memastikan bahwa semua audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit. Copley dan Doucet 1993 menjelaskan kualitas audit ditentukan oleh kesesuaian dengan standar profesional pelaporan dan pekerjaan lapangan. Penelitian Krishnan dan Schauer 2000 mengungkapkan perusahaan yang dimonitor hasil dari proses auditnya dianggap mempunyai kualitas yang lebih tinggi. Malone dan Robert 1996 menemukan sistem pengendalian kualitas yang kuat akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Elder 1997 mengungkapkan perlunya meningkatkan kualitas audit agar auditor dapat menghadapi resiko yang mungkin muncul pada saat pelaksanaan audit dan penambahan prosedur tambahan untuk menghadapi hal tersebut. Berdasarkan Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pasal 2 ayat 2 BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Tugas dan wewenang BPK diatur berdasarkan Undang-undang No 15 Tahun 2006 tentang BPK pasal 6 ayat 1 BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Penelitian mengenai kualitas audit pada sektor publik ditujukan pada pemeriksa BPK sesuai tugas dan wewenangnya dalam melakukan pemeriksaan pada sektor publik. Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi kantor BPK dan para pemeriksa BPK agar mereka dapat lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit commit to user 7 dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini bermanfaat untuk menilai sejauh mana pemeriksa BPK dapat konsisten dalam menjaga kualitas jasa audit yang diberikannya. Rai, 2008: 30 mengungkapkan ditinjau dari proses metodologi dan teknik audit, tidak ada perbedaan antara audit sektor publik dan sektor privat, tetapi manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksa sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut. Dalam hal proses politik, auditor harus secara jelas dapat membedakan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan dan dapat dikendalikan oleh auditee controllable factor serta kebijakan yang ditetapkan di luar organisasi uncontrollable factor . Dalam hal ketentuan yang harus ditaati, pemeriksa sektor publik dalam pelaksanaan pekerjaannya terikat dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu aspek kepatuhan terhadap peraturan sangat menonjol pada setiap pelaksanaan audit sektor publik.

B. Perumusan Masalah