11
3 Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sarana sekolah dan upaya mewujudkannya.
4 Sejauh mana unit-unit dalam sekolah di dorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5 Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
6 Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
7 Sejauh mana para personil sekolah mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang
keahlian professional. 8 Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
9 Sejauh mana personil sekolah di dorong untuk mengemukakan konflik dan kriteria secara terbuka.
10 Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh
Stephen P. Robbins
c. Pengertian Budaya Sekolah
Daryanto 2015: 3 berpendapat budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung sekolah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur
dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima
secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara
seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, peserta didik dan jika perilaku membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Deal
dan Kennedy Daryanto, 2015: 5 menjelaskan budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai miliki bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka
sebagai warga suatu masyarakat.
Sedangkan menurut Sharifah Daryanto, 2015: 6, budaya sekolah boleh diartikan sebagai cara hidup sekolah yang meliputi segala perbuatan sekolah di luar
12
dan di dalam ruangan yang mencerminkan nilai, kepercayaan dan norma yang bekerjasama sesama warganya, ada yang telah diwarisi turun-temurun, ada yang
dibentuk oleh warga sekolah itu sendiri. Dari berbagai pendapat mengenai budaya sekolah dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan suatu cara atau pola
hidup warga sekolah yang didalamnya terdapat nilai-nilai, dan keyakinan yang
dianutnya. d.
Pengertian Budaya Membaca
Budaya merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah KBBI,
2007: 169. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta buddhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Ahmadi membedakan
pengertian budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa
tersebut Ahmadi, 2007: 58.
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis dengan melisankan atau hanya dalam hati, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis,
mengucapkan, mengetahui, meramalkan, memperhitungkan, dan memahami KBBI, 2007: 83. Sedangkan Carter Suwaryono, 1989: 1 berpendapat membaca
adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang. Berdasarkan uraian
tersebut, budaya membaca merupakan suatu kebiasan yang didalamnya terjadi proses berfikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan seperti keterampilan
13
menangkap atau
memahami kata-kata
atau kalimat
yang tertulis,
menginterpretasikan, dan merefleksikan. 3.
Hakikat Membaca a.
Pengertian Membaca
1 Anderson Richard Suwaryono, 1989: 1, menjelaskan bahwa membaca
adalah proses membentuk arti dari teks-teks tertulis.
2 Cole Suwaryono, 1989: 1, menjelaskan bahwa membaca ialah proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis. Membaca melibatkan
penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan
mengenai kata yang dapat dipahami, dan pengalaman pembacanya.
3 Crawley dan Mountain Farida Rahim, 2011: 2, menjelaskan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
4 Carol Suwaryono, 1989: 1, berpendapat membaca adalah dua tingkat proses dari penerjemahan dan pemahaman. Pengarang menulis pesan
berupa kode tulisan, dan pembaca mengartikan kode itu, sedangkan,
5 Carter Suwaryono, 1989: 1, menyatakan bahwa membaca adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan,
dan menerapkan ide-ide dari lambang.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah proses yang melibatkan banyak aspek untuk memahami makna dari kata-
14
kata tertulis kedalam bentuk lisan sehingga dapat mendapatkan makna dari kata-
kata tertulis. b.
Mengenal Manfaat Membaca
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan
melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka
lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang Farida Rahim, 2011: 1, kemudian membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya. hal ini karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan
sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali
pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan Samsu Samadoyo, 2011: 1.
Lebih lanjut Dian Sinaga Adi Prastowo, 2012: 375 menjelaskan bahwa membaca sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menambah cakrawala ilmu
dan pengetahuan. Selain itu, terdapat empat belas manfaat lainnya dari membaca.
Di antaranya adalah sebagai berikut:
1 Mempermudah memahami berbagai mata pelajaran. Dengan membaca, peserta didik dapat menambah, memperluas, dan memperdalam pelajaran yang sudah
diperoleh dari guru. Dengan demikian, wawasan dan cakrawala berpikir
peserta didik bertambah baik.
2 Mempertinggi kemampuan peserta didik dalam membandingkan, meneliti, dan
mempertajam pelajaran yang sudah didapatnya di kelas.
15
3 Meningkatkan apresiasi seni sastra dan seni-seni lainnya. Dengan membaca,
peserta didik meningkat kemampuan untuk menikmati berbagai karya seni.
4 Meningkatkan kemampuan untuk mengenal siapa dirinya dan mengenal
lingkungannya yang lebih luas.
5 Meningkatkan keterampilan dan memperluas minat terhadap berbagai
kegemaran dan aktivitas yang bermanfaat bagi pengembangan pribadi. 6 Mengembangkan watak dan pribadi yang baik.
7 Meningkatkan selera dan kemampuan dalam membedakan yang baik dan yang
buruk. 8 Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif.
9 Mendidik untuk belajar mandiri. Dengan membaca, peserta didik dapat
mempelajari sesuatu secara mandiri 10 Menambah perbendaharaan kata.
11 Mendidik untuk berpikir kritis dan mengetahui wall informed berbagai permasalahan yang terjadi dilingkungannya, baik lingkungan sekitar maupun
lingkungan yang lebih luas. 12 Memicu timbulnya ide baru.
13 Memperluas pengalaman.
14 Sarana rekreasi yang mudah dan murah. Dengan membaca, buku-buku yang digemarinya, peserta didik dapat berekreasi dengan mudah dan murah. Buku-
buku yang mengandung unsur rekreasi akan memberikan kesegaran dan
kebahagiaa bagi peserta didik.
16
c. Tujuan Membaca