Pengertian Gadai Perkembangan Syarat Menggadai Tanah Harta Pusaka Tinggi Dalam Masyarakat Adat Minangkabau Di Kabupaten Agam Nagari Kamang Mudiak

45 Sebenarnya tanah ulayat juga merupakan tanah cadangan bagi anak kemenakan, seandainya terjadi pertumbuhan penduduk dari tanah ulayat itulah sumber pendapatan bagi kesejahteraannya dan pembangunan nagari. Bila direnungkan secara mendalam betapa jauhnya pandangan kedepan dari tokoh-tokoh adat Minangkabau pada masa dahulunya. B. Pengertian, Syarat-Syarat, Jangka Waktu Dan Prosedur Pengikatan Gadai Tanah Harta Pusaka Tinggi di Nagari Kamang Mudiak.

1. Pengertian Gadai

Dalam hukum adat telah dikenal sebagai salah satu lembaga atau pranata dengan berbagai istilah yang berlaku di masing-masing masyarakatnya, juga telah dikenal sebagai kajian yang termasuk dalam hukum adat. Istilah tersebut antara lain : “adol sande” Jawa; “ngajual, akad, gade” Sunda; “dondon” Tapanuli; “dondon susut” Mandailing atau gadai gade, manggadai Minangkabau dan menjual gadai Riau dan Jambi. 55 Walaupun terdapat penyebutan nama yang berbeda satu daerah dengan daerah lain di masyarakat adat, namun secara prinsipil yang membedakan hanya pelaksanaan transaksinya saja, seperti misalnya di Aceh dilaksanakan dengan Akta yang mencantumkan formula “ijab kabul”, di Tanah Batak transaksi harus dijalankan di atas “nasi ngebul”, di Minangkabau ada kebiasaan yang membeli gadai, setiap 55 Soerojo Wignyodipoera, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta : Haji Masa Agung, 1994, hlm. 207 Universitas Sumatera Utara 46 tahunnya memberi kiriman nasi kepada yang menjual gadai. Satu tanda bahwa yang belakangan ini berhak untuk menebus pitungguh gadai. 56 Gadai tanah dalam hukum adat Minangkabau adalah pemindahan hak garapan atas sebidang tanah sementara dari pemilik kepada orang lain dengan menerima sejumlah uang atau emas yang disepakati antara pemilik tanah dengan pemegang gadai. Gadai tanah dalam masyarakat adat di Minangkabau didahului dengan suatu kesepakatan yang menurut kedua belah pihak dirasa saling mengikat dan saling menguntungkan apabila syarat-syarat gadai sudah terpenuhi maka terlaksanalah gadai tersebut. Pemindahan hak adalah berpindahnya hak, baik hak memiliki, menguasai maupun pemungut hasil, karena terjadinya sesuatu transaksi antara seseorang atau kelompok kepada pihak lain dan gadai dilaksanakan oleh pihak laki – laki. 57 Menurut Sofyan Asnawi dalam Mukhtar Naim, gadai adalah hubungan dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai hutang kepadanya, selama hutang tersebut belum dibayar, maka tanah itu tetap berada dalam penguasaan yang meminjamkan uang tadi pemegang gadai. Selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai yang dengan demikian merupakan bunga dari hutang tersebut, penebusan tanah itu tergantung kepada kemauan dan kemampuan yang mengadaikan itu. 58 Menurut Ter Haar gadai itu adalah : perjanjian yang menyebabkan bahwa tanahnya diserahkan untuk menerima tunai sejumlah uang, dengan permufakatan 56 Ibid, hlm. 209 57 Wawancara dengan wali nagari Kamang Mudiak pada 29 April 2014 58 Mochtar Naim, Op Cit, hlm. 140 Universitas Sumatera Utara 47 bahwa si penyerah akan berhak mengembalikan tanah itu kedirinya sendiri dengan jalan membayar sejumlah uang sama, maka perjanjian transaksi, sedemikian itu oleh Van Vollenhoven dengan konsekwen dinamakan gadai tanah sawah Vervanding. 59 Menurut Boedi Harsono gadai adalah : 60 “Hubungan hukum antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain yang telah menerima uang gadai dari padanya. Selama uang gadai belum dikembalikan tanah tersebut dikuasai oleh “pemegang gadai”. Selama itu hak tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai. Pengembalian uang gadai atau yang lazim disebut “penebusan” tergantung pada kemauan dan kemampuan pemilik tanah yang menggadaikan. Banyak gadai yang berlangsung bertahun- tahun bahkan sampai puluhan tahun karena pemilik tanah belum mampu melakukan penebusan.”

2. Syarat – Syarat Gadai