Syarat – Syarat Gadai Perkembangan Syarat Menggadai Tanah Harta Pusaka Tinggi Dalam Masyarakat Adat Minangkabau Di Kabupaten Agam Nagari Kamang Mudiak

47 bahwa si penyerah akan berhak mengembalikan tanah itu kedirinya sendiri dengan jalan membayar sejumlah uang sama, maka perjanjian transaksi, sedemikian itu oleh Van Vollenhoven dengan konsekwen dinamakan gadai tanah sawah Vervanding. 59 Menurut Boedi Harsono gadai adalah : 60 “Hubungan hukum antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain yang telah menerima uang gadai dari padanya. Selama uang gadai belum dikembalikan tanah tersebut dikuasai oleh “pemegang gadai”. Selama itu hak tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai. Pengembalian uang gadai atau yang lazim disebut “penebusan” tergantung pada kemauan dan kemampuan pemilik tanah yang menggadaikan. Banyak gadai yang berlangsung bertahun- tahun bahkan sampai puluhan tahun karena pemilik tanah belum mampu melakukan penebusan.”

2. Syarat – Syarat Gadai

Tanah harta pusaka tinggi di Minangkabau tidak boleh dijual atau digadaikan. Yang boleh melaksanakan gadai adalah pihak laki – laki. Dalam melaksanakan gadai harus mendapat persetujuan kaum dan hanya dapat dilakukan apabila memenuhi 4 syarat adat terlebih dahulu yaitu: 1. Mambangkit batang tarandam. Diibaratkan mengeluarkan batang pohon yang terendam air. Bila tidak cepat-cepat dikeluarkan, maka batang ini akan menjadi busuk. Identik dengan batang tarandam, maka martabat kaum yang tarandam harus segera dikeluarkan pula, supaya posisinya duduk sama rendah, tegak sama 59 Mr.B.Teer Haar, Azas-Azas Dan Susunan Hukum Adat, Jakarta : Pradnya Paramita, hlm.93 60 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta : Jambatan, 2002, hlm. 394 Universitas Sumatera Utara 48 tinggi dengan kaum-kaum lainnya. Martabat kaum yang dimaksud ialah gelar pusaka yang dimiliki kaum. Sekarang ini, pengertian tersebut bisa diperluas dengan gelar akademik bidang ilmu pengetahuan. Prestasi akademik seseorang sangat menentukan statusnya di dalam pergaulan masyarakat. 2. Gadih gadang alun balaki. Perempuan dalam struktur masyarakat Minangkabau memiliki kedudukan lebih dari laki-laki, sehingga anak perempuan dan para ibu harus didukung dengan harta pusaka. Faktor pendukung lainnya yang tidak kalah pentingnya ialah suami yang akan melindungi kehidupannya. Segala upaya diusahakan agar anak perempuan mendapatkan suami yang terbaik. Di dalam budaya adat Minangkabau, seorang ibu yang tidak memiliki anak perempuan, disebut sebagai kaum yang punah. Tidak ada orang perempuan yang akan menerima hak Pusaka Tinggi dari kaum tersebut. 3. Mayek tabujua di tangah rumah. Dahulu untuk menguburkan dan mendoakan secara adat anggota kaum keluarga yang meninggal dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kini biaya- biaya tersebut sudah jauh berkurang. Satu hal yang perlu diingat tentang kewajiban si pewaris mayat terbujur tersebut, yaitu utang-utangnya. Utang si mayat harus segera dilunasi, meskipun dengan cara menggadaikan harta pusaka. 4. Rumah gadang katirisan. Universitas Sumatera Utara 49 Rumah gadang adalah lambang eksistensi kaum yang harus dipelihara keadaannya, jangan sampai rusak katirisan. Bila saat ini rumah gadang tidak lagi berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga, namun apabila rumah tersebut tetap dijaga, maka masyarakat akan tetap mengakui bahwa keluarga itu masih menjadi bagian dari warganya. Identik dengan rumah gadang, dalam masyarakat moderen di kota-kota, rumah gadang masih tetap dijadikan lambang prestasi kaum keluarga. Saat ini kepemilikan atau perbaikan rumah gadang sudah biasa menggunakan fasilitas utang pegang gadai dari bank. Ada beberapa syarat dalam perjanjian gadai yang harus dipenuhi oleh penggadai dan pemegang gadai yaitu : 61 1. Gadai baru sah apabila disetujui oleh segenap ahli waris, satu orang saja tidak menyetujui gadai menjadi batal demi hukum. 2. Gadai tidak ada waktu kedaluarsa. 3. Pihak penggadai punya hak pertama untuk menggarap tanah gadaian kecuali jika dia mau menyerahkan garapan kepada orang lain. 4. Pemegang gadai tidak boleh menggadaikan lagi tanah yang dipegangnya pada orang lain tanpa seizin pemilik tanah. Sekarang karena ada pengaruh hukum Barat pemegang gadai boleh menggadaikan lagi herverpanding pada pihak lain. 61 H. Djaman Datoek Toeh, Tambo Alam Minangkabau, Bukit Tinggi : Pusaka Indonesia,1985, hal. 117 Universitas Sumatera Utara 50 5. Selama gadai berjalan pemilik tanah gadaian boleh minta tambahan uang gadai pada pemegang gadai tapi pembayaran penebusannya nanti mesti sekaligus. 6. Jika salah satu pihak yang terkait dalam perjanjian gadai meninggal dunia digantikan oleh ahli warisnya.

3. Jangka Waktu Gadai